Membangun masyarakat yang adil dan makmur suatu cita-cita yang luhur,
tetapi juga suatu tantangan yang berat. Memang. Indonesia mempunyai
jumlah penduduk yang besar dan sumber alam yang memadai, tetapi itu saja
belum cukup. Untuk membangun bangsa dan negara yang sebesar ini perlu
tindakan yang terarah dan terencana. Maka. kita harus berpikir:
Bagaimana cara atau strategi membangun? Apa yang perlu dibangun? Mana
yang hams didahulukan? Hambatan apa yang perlu diatasi? Dari manakah
kita mencari dana yang diperlukan.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pembangunan
Dalam hal pemikiran tentang pembangunan ekonomi
telah terjadi suatu perkembangan yang pastas kita perhatikan. Sejak
Adam Smith menulis bukunya yang terkenal: An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations (1776) para ahli ekonomi tidak banyak
mempersoalkan masalah pembangunan ekonomi. Kemajuan atau pertumbuhan
ekonomi dianggap sudah semestinya terjadi. Masalah pembangunan ekonomi
baru aktual lagi sesudah Perang Dunia II, ketika banyak negara bekas
jajahan mencapai kemerdekaannya dan bertekad untuk segera mengejar
keterbelakangannya dan mengatasi masalah kemiskinan, ketergantungan, dan
ketertinggalannya.
Sayang dalam ilmu ekonomi
yang berlaku pada waktu itu belum banyak terdapat petunjuk atau teori
tentang bagaimana caranya membangun suatu negara yang belum Rostov (The
Stages of Economic Growth, 1959). Menurut teori ini, dalam proses
menjadi negara maju setiap masyarakat harus melalui lima tahap
perkembangan, yaitu: dari masyarakat “statis tradisional” — melalui
tahap “prasyarat” — baru bisa “lepas landas” (take off) — untuk
selanjutnya berkembang atas kekuatan sendiri — sampai akhirnya mencapai
tahap “masyarakat adil makmur”.
Prasyarat-prasyarat yang perlu diusahakan atau dilengkapi sebelurn suatu negara dapat “lepas landas”, antara lain:
a. Perubahan ekonomi:
kenaikan
produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor
pertambangan, dengan modernisasi dan penerapan teknologi maju.
- kenaikan daya hell masyarakat sehingga mampu membeli hasil-hasil industri (lugs pasar).
— perluasan prasarana produksi dan sosial di luar sektor industri, seperti perhubungan, perbankan, pendidikan, dan kesehatan.
h. Perubahan sikap mental masyarakat: Sikap yang dihutuhkan untuk pembangunan, antara lain:
herorientasi
pada masa depan; kemampuan untuk bekerja sama secara disiplin dan
bertanggung jawab; bersikap rasional: efisiensi, menghargai waktu dan
kekayaan inateriil.
c. Peningkatan kemampuan warga masyarakat untuk menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kepemimpinan nasional yang berorientasi pada pembangunan.
e. Munculnya usahawan-usahawan sejati, hukan yang karbitan.
f. Keseimbangan Neraca Pembayaran perlu dijaga untuk memperkecil ketergantungan dari modal luar negeri.
Meskipun penahapan Rostow ini banyak dikritik oleh para ahli ekonomi dan sejarah, namun sebagai pola pembangunan ekonomi
nasional mengandung beberapa pengertian yang penting, antara lain bahwa
pembangunan harus diartikan sebagai suatu usaha terencana di berbagai
sektor secara simultan dan terpadu untuk mempersiapkan tahap “lepas
landas”, dengan menciptakan pranata dan lembaga sosial sebagai prasyarat
yang mendorong perubahan sosial dan budaya.
Teori Perubahan Struktural
Teori
yang lebih langsung menanggapi masalah span style=”text-decoration:
underline;”>pembangunan ekonomi negara-negara berkembang berpangkal
dari pengertian perubahan struktural. Teori perubahan struktural
memusatkan perhatiannya pada mekanisme atau cara bagaimana negara
“terbelakang” dapat mentransformasikan struktur perekonomiannya dari
pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri menjadi
perekonomian yang lebih modern. Tokoh teori ini adalah W.Arthur Lewis
(model dua sektor) yang dikeinbangkan lebih lanjut oleh John Fei dan
Gustav Ranis.
Model W. Arthur Lewis
Dalam
model Lewis perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor. yaitu
sektor tradisional di pedesaan dan sektor industri modern perkotaan
yang lebih produktif dan dapat sedikit demi sedikit menampung kelebihan
tenaga kerja dari sektor pertanian.
Perhatian utama model ini
adalah pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dari desa ke kota
serta pertumbuhan produksi dan kesempatan kerja di sektor modern.
Perkembangan sektor modem ditentukan oleh tingkat investasi di hidang
industri, sedangkan tingkat upah di perkotaan cukup lebih tinggi untuk
menarik tenaga kerja dan desa ke kota tetapi tidak naik dengan terlalu
cepat. Yang disyaratkan agar proses ini berjalan dengan balk ialah hahwa
keuntungan yang diperoleh di sektor modern ditanam kembali dalam sektor
modern (dan tidak dilarikan ke bank di luar negeri), dan dieunakan
untuk perluasan usaha (hukan untuk membeli barang modal yang lebih
canggih yang justru menghemat tenaga kerja). Juga diandaikan bahwa
tenaga kerja yang tidak terampil yang mengalir dari desa ke kota
semuanya bisa ditampung di sektor modern. Jelaslah kiranya bahwa
syarat-syarat dan anggapan-anggapan ini kenyataannya sulit terpenuhi.
Perubahan Struktural dan Pola Pertumbuhan
Sementara
itu, pars ahli ekonometri berhasil mengembangkan metode-metode
penelitian empiris dengan indikator-indikator yang secara kuantitati
dapat menelusuri proses perubahan struktural yang telah terjadi di
berbagai negara berkembang. Atas dasar penetitian yang luas dalam
sejumlah besar negara berkembang dalam kurun waktu 195°— 1973. Chenery
dan Syrquin (1975) merumuskan sejumlah ciri-ciri yang bersama-sama
menunjukkan pola dasar proses perkembangan ekonomi (Patterns of
Development), meskipun ada perbedaan-perbedaan antara negara yang satu
dengan yang lain karena perbedaan situasi, sumber daya, kebijakan
pemerintah, dan sebagainya. Pola perubahan yang terjadi bila pendapatan
per kapita suatu negara berkembang mulai naik, antara lain:
a. Transformasi struktur produksi: terjadi pergeseran dari produksi harang pertanian ke produksi barang
industri: peranan industri (sebagai % GNP) meningkat dan peranan pertanian menurun.
b. Tingkat tabungan dan akumulasi modal, balk modal fisik maupun modal manusia (pendidikan) semakin meningkat.
c. Terjadi perubahan dalam komposisi permintaan dalam negeri: pengeluaran rnasyarakat untuk pangan
relatif
menunin. pengeluaran untuk konsumsi bukan pangan naik, pengeluaran
untuk imestasi dan untuk sektor pemerintah meningkat. Biasanya balk
impor maupun ekspor naik dan komposisi ekspor berubah dari bahan-hahan
mentah menjadi lebih banyak barang industri.
d. Penggunaan faktor produksi terjadi pergeseran tenaga kerja dart sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, sedangkan produktivitas di sektor pertanian juga meningkat.
e.
Perubahan sosial: terjadinya urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat
kematian menurun, sekaligus distribusi pendapatan makin timpang
(perbedaan kaya-miskin semakin menyolok).
Dalam model ini selain
peranan tabungan dan investasi ditunjuk pula adanya setumpuk faktor lain
yang (harus) ikut berubah agar perekonomian dapat berkembang dari
sistem ekonomi tradisional menjadi sistem modern. Chenery juga menunjuk
pada kendala-kendala dari dalam negeri seperti keterbatasan sumber daya,
jumlah dan pertainbahan penduduk, rintangan kelembagaan, kebijakan dan
cara kerja pemerintah. Juga kendala yang berasal dari dunia
internasional seperti kesulitan (atau kemudahan) mendapatkan modal dari
luar negeri, peralihan teknologi (canggih tapi padat modal padahal yang
dibutuhkan teknologi madya yang padat karya), dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar