Sebagai titik pangkal kita lihat bagaimana seorang konsumen dapat
membelanjakan uangnya atas dua macam barang, kalau diketahui jumlah
pendapatan yang tersedia dan harga barang.
Keluarga pak Agus
tinggal di kampung dan mempunyai penghasilan tertentu. Setelah dipotong
untuk sewa rumah, uang sekolah anak dan beban-beban tetap lainnya, sisa
uangnya sebanyak
Rp40.000/bulan akan habis dibelanjakan untuk makanan
dan pakaian. Tentu saja dalam kenyataan keluarga tersebut membeli lebih
dari dua macam barang, tetapi untuk menyederhanakan kita batasi pada dua
macam barang saja, makanan den pakaian. Harga makanan dan pakaian sudah
tertentu pula, misalnya untuk pakaian Rp4.000/satuan, dan makanan
Rp2.000/satuan. Nah, berapa yang dapat dibelinya?
Seandainya
seluruh uang Rp40.000 yang tersedia dibelanjakan untuk membeli makanan,
berapa jumlah maksimum makanan yang dapat dibeli? Jawabnya: 20 satun
(yaitu Rp40.000 dibagi Rp2.000 = 20). Seandainya seluruh uangnya
dibelanjakan untuk pakaian, berapa yang dapat dibelinya? 10 satuan
(Rp40.000 dibagi Rp4.000 = 10).
Tentu saja keluarga Agus tidak
hanya akan membeli pakaian saja, atau makanan saja, melainkan suatu
kombinasi tertentu dari keduanya. Berbagai kemungkinan pembagian
pengeluaran atas makanan dan pakaian (pada harga yang berlaku)
dicantumkan dalam Tabel IV.3 dan digambarkan dalam grafik di sampingnya
(Gambar IV.4)
Garis yang diperoleh disebut GARIS ANGGARAN (budget line) atau juga disebut garis harga atau GARIS KEMUNGKINAN KONSUMSI.
Beberapa ciri penting garis anggaran:
a.
Setiap titik pada garis anggaran menunjukkan suatu kombinasi dari M
(makanan) dan P (pakaian) yang mungkin dibeli dan tepat menghabiskan
pendapatan yang tersedia untuk konsumsi.
b. Setiap titik di bawah
garis anggaran, misalnya titik C (6 M dan 4 P) mungkin dicapai dengan
uang yang tersedia tetapi tidak menghabiskannya.
c. Setiap titik
di luar garis anggaran (di sebelah kanan-atas) tidak bisa dijangkau
dengan pendapatan yang tersedia, misalnya titik D (15 M dan 7 P).
d. Koefisien arah (gradien) garis anggaran menunjukkan perbandingan harga (=harga relatif) M dan P.
Harga
mutlak adalah jumlah rupiah yang harus dibayar untuk memperoleh barang
tertentu. Harga relatif adalah harga barang tertentu dinyatakan dalam
jumlah barang lain yang harus dikorbankan untuk memperolehnya. Dalam
contoh di atas, koefisien arah garis anggaran adalah -1/2. Artinya harga
yang harus dibayar untuk satu satuan Makanan secara riil adalah 1/2
satuan pakaian; atau untuk menambah konsumsi pakaian dengan satu satuan,
konsumen haru rela mengorbankan/melepaskan 2 satuan makanan.
e.
Apabila ada perubahan dalam besarnya pendapatan keluarga, misalnya
pendapatan bertambah, sedangkan hangs P dan harga M tetap sama, make
garis anggaran bergeser ke luar (ke kanan-atas) sejajar dengan garis
semula. lni menunjukkan bahwa keluarga yang bersangkutan dapat membeli
lebih banyak, baik makanan maupun pakaian. Misalnya, dengan anggaran
belanja keluarga yang tersedia sebesar Rp60.000/bulan untuk makanan dan
pakaian, maka keluarga Agus dapat membeli 15 satuan pakaian atau 30
satuan makanan,atau salah satu kombinasi di tengah-tengahnya. Lihat
Gambar 1V5 A.
f. Jike ada perubahan dalam harga M atas P maka arah
(miringnya) geris akan berubah. Misalnya, harga pakaian tetap, tetapi
harga makanan naik menjadi Rp4.000/satuan, maka jumlah M yang dapat
dibeli dengan uang yang tersedia tinggal Rp40.000 dibagi Rp4.000 = 10
satuan. Sedangkan kalau harga M turun, misalnya menjadi Rp1.600/satuan,
jumlah M yang dapat dibeli bertambah menjadi 25 satuan. Lihat Gambar
IV.5-B.
Garis
anggaran menunjukkan apa yang DAPAT dilakukan oleh konsumen, tegasnya
berapa P dan M yang bisa dibeli dengan tingkat penghasilan dan harga
barang tertentu. Tetapi belum menunjukkan berapa yang akan dibelinya.
Hal itu baru dapat ditentukan kalau diketahui apa yang diinginkan oleh
konsumen yang bersangkutan, yaitu kebutuhan dan kesukaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar