Untuk menjalankan produksi diperlukan tenaga kerja, bahan-bahan
dasar, alat-alat dan mesin, bahan bakar, dan sebagainya, yaitu
sumber-sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi.
Untuk menentukan harga jual produk serta untuk dapat menentukan apakah
suatu usaha itu rendabel, semua biaya produksi harus diperhitungkan
dengan seteliti mungkin. Perhitungan semua biaya yang perlu dikeluarkan
untuk menghasilkan suaru barang/jasa sampai barang tersebut terjual
disebut “kalkulasi harga pokok“.
Pengertian Biaya
Dalam ilmu ekonomi
biaya diartikan, semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses
produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalam
definisi ini ada empat unsur yang perlu diperhatikan:
a. Pengorbanan
Pengorbanan
yang sesungguhnya adalah pemakaian faktor-faktor produksi atau
sumber-sumber ekonomis bahan-bahan yang harus dipakai, waktu dan tenaga
yang dicurahkan, peralatan dan mesin yang terpakai, upah karyawan yang
harus dibayar, dan sebagainya.
Masalah pertama yang dihadapi oleh
produsen adalah menentukan berapa jumlah pengorbanan tersebut. Untuk itu
semua pengorbanan harus diukur dengan teliti (dikuantitatifkan):
berapa kg bahan yang habis terpakai, berapa jam kerja yang telah
dicurahkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, berapa jam mesin yang
diperlukan untuk pembuatan suatu barang, dan sebagainya.
b. Pengorbanan yang perlu untuk produksi
Yang
dihitung sebagai biaya hanyalah pengorbanan yang perlu saja, artinya
yang tidak dapat dihindarkan. Jadi, pemborosan bahan atau waktu yang
sebenarnya tidak perlu itu seharusnya tidak ikut dihitung sebagai biaya.
c. Dinilai dalam
Semua biaya produksi
dinilai dalam uang. Pengeluaran yang memang harus dibayar dengan uang,
seperti harga beli bahan-bahan atau gaji pegawai, sudah dengan
sendirinya termasuk perhitungan biaya. Tetapi dapat tejadi bahwa ada
hal-hal yang sebenrnya termasuk biaya produksi — tetapi tidak dibayar
dengan uang. Misalnya, tenaga sendiri atau bahan-bahan yang diambil dari
kebun sendiri. Karena tidak menyangkut pengeluaran uang, maka kerap
kali juga tidak dihitung sebagai biaya. Padahal sebenarnya tenaga
sendiri dan bahan-bahan itu juga harus ikut diperhitungkan sebagai
biaya, meskipun tidak berupa pengeluaran uang.
Contoh lain adalah
penyusutan gedung dan alat-alat produksi, yang betul-betul termasuk
biaya, biar pun tidak ada satu sen pun dikeluarkan untuk itu. Biaya
seperti itu, yang secara ekonomis harus dihitung sebagai biaya produksi
tetapi bukan merupakan pengeluaran uang, sering juga disebut biaya
implisit.
Bagaimana caranya pengorbanan atau biaya yang tidak
menyangkut pengeluaran uangmmhamuadiperhituntglnan?Biaya-biaya
tenanbundinilaidalamuaag,yammdiaannakan dengan harga yang umum berlaku
dalam masyarakat untuk hal-hal seperti itu. Misalnya, harga pasar untuk
basil kebun sendiri, untuk upah tarif yang bertaku umum, dan seterusnya.
Cara ini dalam ilmu ekonomi disebut biaya alternadf (alternative cost atau opportunity cost).”
d. Menurut barna pasar yang berlaku
Kalau
biaya harus dinilai dalam uang, nilai atau harga yang manakah yang
harus dipakai? Di atas sudah disinggung bahwa yang dipakai adalah harga
pasar yang berlaku.
Banyak orang memperhitungkan nilai bahan atau
barang sama dengan harga yang dulu telah dibayar untuk membeli
barang/bahan tersebut atau disebut “harga perolehan“. Tetapi berapa yang dulu dibayar untuk membeli suatu barang itu sebenarnya tidak penting lagi. Apalagi dalam masa kenaikan harga umum (inflasi).
Agar suatu usaha bisa berjalan tarus (agar kontinuitas usaha terjamin),
yang lebih panting adalah berapa harga yang harus dibayar sekarang
kalau membeli barang yang sama lagi. Jadi yang dipakai sebagai pedoman
untuk penentuan besarnya biaya dalam kalkulasi harga pokok adalah harga
pasar yang berlaku sekarang (=pada saat penjualan) meskipun dahulu
mungkin dibeli dengan harga yang lebih rendah atau lebih mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar