Oleh: Jarjani Usman
“Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya sendiri,
menjadi kusir untuk nafsunya, dan menjadi nakhoda bagi bahtera
hidupnya” (Imam Ali).
Sungguh tak akan merasakan kepuasan sejati, bila hidup menjadi orang
lain. Namun, ke dalam kehidupan seperti itulah banyak orang
tergiring. Dalam rangkaian hari-harinya, yang dijalankan adalah
kehendak-kehendak atau paksaan orang lain, bukan karena keinginan yang
murni berasal dari dalam hati sendiri.
Islam juga mengajak manusia untuk menjadi dirinya sendiri. Kalau
beribadah, janganlah karena paksaan orang lain, tetapi karena niat
yang ikhlas yang datang dari dalam diri sendiri. Juga karena
keyakinan diri bahwa setiap ibadah dan amal kebaikan lain akan kembali
kepada diri sendiri. Beribadah karena orang lain seringkali menjadi
sangat bersemangat dilakukan di kala ada yang melihatnya, tetapi malas
melakukannya ketika tak ada orang lain. Orang-orang semacam inilah
yang sangat tidak diharapkan amalnya, meskipun banyak, oleh Allah.
Bila terbiasa menjadi diri sendiri, akan menjadi mandiri dalam
berpikir, termasuk dalam memilih agama yang benar. Tak akan mampu
digiring untuk memilih agama yang tak masuk akal, seperti menjadikan
manusia sebagai tuhan, apalagi yang berasal dari benda-benda yang tak
punya kekuatan. Sebab, itu samasekali tak mungkin. Tuhan tentunya
Maha Perkasa, yang telah terbukti mampu menciptakan alam ini dan
segala isinya. Yang mampu menciptakan dan memberi nyawa, termasuk
untuk makhluk hidup yang paling halus bentuknya. Juga mampu melihat,
meskipun sehelai daun yang jatuh di hutan yang tak bertuan.
“Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya sendiri,
menjadi kusir untuk nafsunya, dan menjadi nakhoda bagi bahtera
hidupnya” (Imam Ali).
Sungguh tak akan merasakan kepuasan sejati, bila hidup menjadi orang
lain. Namun, ke dalam kehidupan seperti itulah banyak orang
tergiring. Dalam rangkaian hari-harinya, yang dijalankan adalah
kehendak-kehendak atau paksaan orang lain, bukan karena keinginan yang
murni berasal dari dalam hati sendiri.
Islam juga mengajak manusia untuk menjadi dirinya sendiri. Kalau
beribadah, janganlah karena paksaan orang lain, tetapi karena niat
yang ikhlas yang datang dari dalam diri sendiri. Juga karena
keyakinan diri bahwa setiap ibadah dan amal kebaikan lain akan kembali
kepada diri sendiri. Beribadah karena orang lain seringkali menjadi
sangat bersemangat dilakukan di kala ada yang melihatnya, tetapi malas
melakukannya ketika tak ada orang lain. Orang-orang semacam inilah
yang sangat tidak diharapkan amalnya, meskipun banyak, oleh Allah.
Bila terbiasa menjadi diri sendiri, akan menjadi mandiri dalam
berpikir, termasuk dalam memilih agama yang benar. Tak akan mampu
digiring untuk memilih agama yang tak masuk akal, seperti menjadikan
manusia sebagai tuhan, apalagi yang berasal dari benda-benda yang tak
punya kekuatan. Sebab, itu samasekali tak mungkin. Tuhan tentunya
Maha Perkasa, yang telah terbukti mampu menciptakan alam ini dan
segala isinya. Yang mampu menciptakan dan memberi nyawa, termasuk
untuk makhluk hidup yang paling halus bentuknya. Juga mampu melihat,
meskipun sehelai daun yang jatuh di hutan yang tak bertuan.
Editor : hasyim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar