Anwar Puteh
Fakultas Ekonomi Universitas
Malikussaleh Lhokseumawe
Abstract: The research aims to analyze
the effect of trade openness and investment on economic growth of ASEAN
countries. Data used in this study is panel data during the years 1990 through
2007, the ASEAN countries. Sources of data obtained from the International
Monetary Fund, International Financial Statistics, World Bank, and World
Development Indicators. The model used in this study
using the method of
Ordinary Least Square model: GDPit = α0 + α1TOit + α2INVit + ε it. The results
showed that the Trade Openness and Investment significantly affect economic
growth. Trade Openness has a positive impact on the trade value of Asean member
countries that have significant influence on the economic growth of ASEAN
countries and the investment has positive influence on economic growth in
Asean. By comparing data between countries of Asean 5 obtained a picture that
countries can make improvements in trade openness and investment affect
economic growth.
Keywords
: trade
openness, investment, growth
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini
didasari oleh tiga alasan. Kuznets (Todaro, 2000) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu negara sebagai kemampuan dalam jangka panjang untuk mensuplai
berbagai barang ekonomi (economic goods) yang terus meningkat kepada
rakyatnya, pertumbuhan kemampuan ini atas dasar kemajuan teknologi,
institusional dan penyesuaian ideologi yang diperlukan. Fontagne dan Mimouni
(2000) mengatakan bahwa perdagangan internasional mempunyai korelasi yang
positif bagi negara-negara berkembang, dan bagi beberapa negara-negara yang
kurang berkembang mereka tidak dapat mengoptimalkan manfaat dari openness untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.
Halwani (2005) melihat bahwa di antara alasan pokok yang
dipercayai melandasi kebijakan liberalisasi perdagangan luar negeri ialah demi
mendorong berlangsungnya proses produksi dalam skala penuh dengan memperluas
produksi untuk ekspor. Liberalisasi perdagangan internasional diantisipasikan
akan menimbulkan situasi produksi yang berciri increasing return to scale.
Sejauh ini di kawasan Asia Tenggara keterbukaan ekonomi (trade openness)
berlangsung dengan baik di mana masing-masing negara memanfaatkan momentum
kerjasama bilateral, seperti Indonesia dengan Jepang, Indonesia dengan China
atau antar kawasan seperti (Free Trade Area/FTA) yang dilakukan secara bilateral
dalam wadah ASEAN Free Trade Area
(AFTA). ASEAN Free Trade
Area merupakan salah satu FTA regional di mana Indonesia cukup aktif
berpartisipasi di dalamnya sekaligus merupakan
anggota AFTA.
Sejak tahun 1997-1999 ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Singapura dan Filipina).
Negara-negara ini mengalami
perlambatan pertumbuhan ekonomi bahkan ada yang mengalami pertumbuhan
ekonomi yang negatif. Pada dekade 2000, negara-negara ini sudah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik. Pertumbuhan
ekonomi di ASEAN, seperti terlihat pada Tabel 1 menunjukkan catatan pertumbuhan
ekonomi sejak tahun 2000 - 2007 di 10 negara-negara ASEAN.
Pada Tabel 1 tersebut, Myanmar adalah negara dengan pertumbuhan GDP tercepat pada
tahun 2000-2007, dan hampir semua negara-negara ASEAN mencapai angka
pertumbuhan ekonomi lebih dari 4% pada tahun 2000-2007, kecuali Brunei
Darussalam. Dan pada tahun 2001 selain Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam,
semua negara-negara ASEAN mengalami
pertumbuhan ekonomi yang negatif walaupun setelah tahun tersebut pertumbuhan
ekonomi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pertumbuhan ekonomi yang
sangat cepat di ASEAN dipicu oleh membaiknya kondisi perekonomian dunia. Namun
demikian setiap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara sedang
membangun selalu saja membawa dampak terhadap keseimbangan ekonomi makro. Salah
satu dampak yang timbul adalah meningkatnya inflasi dan jumlah uang beredar.
Pemerintah di negara-negara berkembang sangat sulit untuk menyeimbangkan suatu
kondisi yang memungkinkan terjadi pertumbuhan ekonomi seiring dengan menekan
inflasi. Berdasarkan uraian di atas paper ini bertujuan menganalisis pengaruh Trade Opennes dan Investasi Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Negara Asean.
Tabel 1:
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di ASEAN, 2000 – 2007
Negara
|
Tahun
|
|||||||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
|
Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Laos
Malaysia
Myanmar
Philipina
Singapura
Thailand
Vietnam
|
2.8
7,0
4,9
5,8
8,9
13,7
4,4
9,6
4,8
6,8
|
3.0
7,6
3,8
5,8
0,3
11,3
3,3
-2,0
2,2
6,9
|
2.8
5,2
4,4
5,7
4,4
12,0
4,4
3,2
5,3
7,0
|
3.2
7,0
4,9
5,9
5,4
13,8
4,5
1,4
6,9
7,4
|
4.0
7,7
5,1
5,5
7,1
5,0
6,0
8,4
6,1
7,7
|
3.8
6.7
5,6
5.6
5,0
7.3
4,9
7,3
4,6
6.7
|
4.2
6.9
5,4
5.8
5,9
6.8
5,4
8,4
5,2
5.8
|
4.5
7.6
6,2
6.0
6,3
7.8
7,1
7,8
4,9
7.2
|
Sumber : ASEAN Finance and Macroeconomic
Surveillance Unit (FMSU) Database
LITERATUR
REVIEW
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana
aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat
pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas pertumbuhan ekonomi
adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka
proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap
faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan
ekonomi, maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi
juga akan turut meningkat. Landau (Sihite, 2007) mengemukakan delapan dalil
tentang teori pertumbuhan ekonomi sederhana, antara lain:
1.
Pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang meningkatkan output per kapita (dengan konstan
atau adanya penambahan populasi) yang dicapai melalui investasi (fisik atau
modal manusia) dan inovasi dari
teknologi terbaru (produksi dan teknologi).
2.
Pada
awalnya seseorang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari investor dan suatu
inovator. Kemudian apa yang perlu untuk diterangkan bukanlah pertumbuhan tetapi
kegagalan untuk tumbuh, kegagalan untuk terlibat dalam proses inovasi dan
investasi yang alami.
3.
The
Definition and Protection of Property Right (DPPR) diperlukan untuk memberi kesempatan kepada
inovator dan investor potensial, serta perangsang untuk melakukan inovasi dan
investasi.
4.
Disamping
rendahnya pembangunan ekonomi, perlunya hak atas pemilikan (property right) adalah
terlalu kompleks tanpa paksaan dari pemerintah.DPPR tidak cukup untuk
mengizinkan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah
melindungi hak kepemilikan.
5.
Seringkali
ketidakmampuan pemerintah melindungi hak kepemilikan dapat dihubungkan dengan
kepentingan diri rejim pemerintah itu sendiri. Mereka yang mengendalikan
kegiatan pemerintah hanya memberi manfaat bagi dirinya sendiri tanpa
memperhatikan adanya DPPR yang cukup.
6.
Pertumbuhan
yang cepat dapat dicapai bila pemerintah segera memperbaiki DPPR untuk
keperluan investor dan inovator. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan seperti yang dihasilkan negara maju saat ini adalah mungkin hanya ketika
mereka yang berkuasa adalah sama dengan orang-orang penguasa pemerintahan
sebelumnya.
7.
Pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan seperti pada negara-negara maju, memerlukan
perubahan kesinambungan dalam DPPR. Tidak ada waktu untuk pergerakan menuju
”ekonomi pasar bebas”. Ada proses perubahan berkelanjutan dalam DPPR, proses
yang ada menimbulkan pertumbuhan ekonomi modern pada negara maju sampai saat
ini. Proses penyesuaian menuju DPPR akan berlanjut ke masa datang untuk
menjadikan pertumbuhan dan perkembangan
pada negara-negara berkembang seperti saat ini.
8.
Perpindahan
menuju DPPR superior yang menjadikan
pertumbuhan ekonomi lebih cepat tergantung pada rasio manfaat atau biaya
perubahan untuk mereka yang memiliki kekuasaan politik untuk membuat perubahan.
Teori Perdagangan Internasional
Adam
Smith (Appleyard, Field Jr dan Cobb, 2006) menjelaskan bahwa perdagangan terbuka
antar negara akan membawa keuntungan bagi kedua negara tersebut jika salah satu
negara tidak memaksakan untuk memperoleh surplus perdagangan yang dapat
menciptakan defisit neraca perdagangan bagi mitra dagangnya. Adam Smith pada
dasarnya menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat menguntungkan kedua
belah pihak karena masing-masing negara akan lebih mengkonsentrasikan diri untuk memproduksi
barang-barang yang mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage) kemudian mengekspor kelebihan barang yang
diproduksinya kepada mitra dagangnya. Harga relatif barang dari suatu negara
yang melakukan transaksi perdagangan dinamakan terms of trade (TOT), di mana perhitungannya diperoleh dari harga
barang ekspor dibagi dengan harga barang impor. Sehingga apabila negara A
mengekspor barang X dan mengimpor barang Y maka TOTnya adalah:
TOT =
Di mana, Px : harga barang X; Py :
harga barang Y
Motivasi
utama untuk melakukan perdagangan internasional adalah mendapatkan gains from trade. Perdagangan
internasional memberikan akses terhadap barang yang lebih murah bagi konsumen
dan pemilik sumberdaya untuk memperoleh peningkatan pendapatan karena
menurunnya biaya produksi. Selanjutnya David Ricardo (Krugman dan Obstfeld,
2000) mengemukakan teori keunggulan komparatif (comparative advantage) yang menyatakan bahwa yang menentukan
tingkat keuntungan dalam perdagangan internasional bukan berasal dari
keuntungan mutlak melainkan dari keunggulan komparatif. Apabila salah satu
negara kurang efisien dibandingkan dengan negara lainnya dalam memproduksi dua
barang, kedua negara tersebut masih dimungkinkan untuk melakukan perdagangan
yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan
spesialisasi dalam produksi komoditas yang absolute disadvantagenya lebih kecil
dan mengimpor komoditas yang absolute disadvantagenya lebih besar.
Selain
faktor-faktor tersebut, keunggulan kompetitif nasional juga masih dipengaruhi
oleh faktor kebetulan (penemuan baru, melonjaknya harga, perubahan kurs dan
konflik keamanan antar negara). Dan ternyata negara berkembang yang menerapkan
kebijakan promosi ekspor mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik seperti
dibuktikan oleh negara-negara yang disebut sebagai East Asian Miracle. Menurut Mankiw (2002), Trade openness memberikan kesempatan bagi
semua perekonomian untuk mengkhususkan diri dalam hal yang paling dikuasainya,
menjadikan warga negara di seluruh dunia lebih sejahtera. Pembatasan
perdagangan merusak manfaat-manfaat yang diperoleh dari perdagangan ini,
sehingga mengurangi kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun sebagian
dari alasan-alasan ini dapat dipertanggungjawabkan, kaum ekonom yakin bahwa
perdagangan bebas adalah kebijakan yang biasanya lebih baik.
Pertumbuhan Ekonomi dengan Trade
Openness
Banyak studi telah mendokumentasikan
hubungan yang positif antara openness. Ben-David (1993) menunjukkan bahwa hanya
ekonomi terbuka yang berpengalaman dalam unconditional convergence.
Bagaimana pergerakan ke arah perdagangan yang lebih bebas mempengaruhi
perbedaan pendapatan antar negara? Ada hubungan yang kuat antara reformasi
perdagangan dan konvergen pendapatan. Jovanovic dan Lach (1990) menyatakan
variasi kecepatan difusi teknologi berhubungan dengan variasi tingkat Produk
Nasional Bruto (PNB). Liberalisasi perdagangan dan menghilangkan hambatan dalam
perdagangan memberikan kontribusi pada konvergennya pendapatan. Periode
liberalisasi perdagangan yang berbeda juga akan menyebabkan perbedaan periode
menuju konvergen. Grossman dan Helpman (1990) dalam penelitiannya yang lebih sistematik
menyebutkan bahwa negara-negara yang mengadopsi strategi pembangunan
berorientasi keluar mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan mencapai tingkat
kesejahteraan ekonomi (economic welfare) yang lebih tinggi daripada
negara-negara yang memilih menutup diri dari perdagangan.
Frankel dan Romer (1999) mendukung
estimasi variabel instrumen menggunakan karakteristik geografi yang menegaskan
dampak positif perdagangan yang signifikan dan meyakinkan pada pertumbuhan.
Lebih lanjut Fontagne dan Mimouni (2000) menyatakan bahwa perdagangan
internasional mempunyai korelasi yang positif bagi negara-negara yang kurang
berkembang, mereka tidak dapat mengoptimalkan manfaat dari openness untuk
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Vamvakidis (2002), Clemens dan Williamson (2002) melakukan penelitian dalam
periode yang relatif lebih lama. Mereka menemukan bahwa hubungan antara
keterbukaan dan pertumbuhan menjadi signifikan hanya dalam periode sekarang
ini, yang berarti bahwa secara relatif ekonomi terbuka menjadi syarat untuk
perdagangan internasional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya Arora dan Vamvakidis (2005) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
suatu negara dipengaruhi oleh perekonomian dan pendapatan relatif dari negara
mitra dagangnya. Ketika suatu negara menerapkan ekonomi terbuka, maka akan
semakin besar manfaat yang diperoleh dari perkembangan negara mitra dagang.
Dalam penelitiannya Arora secara empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
suatu negara dipengaruhi secara positif oleh tingkat pertumbuhan ekonomi dalam
negeri dan tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara partner.
Pertumbuhan Ekonomi dengan Investasi
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara erat kaitannya dengan produktivitas
penggunaan modal, sehingga penurunan ICOR untuk menghubungkan pertumbuhan
ekonomi dengan menggunakan faktor produksi dapat dipertanggungjawabkan.
Disamping itu ICOR dapat digunakan untuk menunjukkan efisiensi suatu
perekonomian dalam menggunakan barang modal. Easterly dan Rebelo (1993) dalam
penelitiannya menemukan bahwa pembangunan infrastuktur memberikan manfaat yang
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi seperti ini merupakan pelengkap
dari investasi privat, khususnya pada industri yang berbasis ekspor. Abu-Qarn
dan Abu-Bader (2007) yang melakukan penelitian pada beberapa negara Timur
Tengah dan Afrika Utara menemukan bahwa sektor privat kurang mempunyai peranan
dalam investasi. Padahal beberapa ahli ekonomi
mengemukakan bahwa investasi nasional tidak mungkin terjadi kenaikan
tanpa adanya investasi pada sektor privat.
METODE
PENELITIAN
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data gabungan antara data
runtut waktu (time series) dengan data cross-sectional yang disebut dengan data
pooling atau data panel, dan ada juga yang menyebut sebagai data longitudinal.
Dalam penelitian ini periode waktu analisis selama tahun 1990 sampai dengan
tahun 2007, yang digabungkan dari 5 negara ASEAN. Dengan demikian diharapkan
akan terbentuk n = 90. Data untuk variabel-variabel penelitian merupakan data
sekunder time series dari International
Monetary Fund; International
Financial Statistics (IFS), World Bank; World Development Indicators.
Model estimasi data dalam penelitian ini merupakan pengembangan
dari model yang dikembangkan oleh Arora dan Vamkidis. Adopsi model ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa bentuk data yang digunakan dan
variabel-variabel yang diobservasi sesuai dengan penelitian ini. Pengembangan
model yang menggunakan metode Ordinary
Least Square (OLS) pada analisis regresi linier berganda yaitu:
GDPit = α0+ α1TOit+
α2INVit+ ε it,
Di mana:
GDP : Growth of Gross Domestic
Product
TO : Trade Openness = (E+M)/GDP
nominal
INV : Total Investment
α0 : Konstanta
α1, α2 :
Koefisien regresi
ε : error term
i=1,2,3,4 : Jumlah Cross Section
t=1,2,3…18 : Periode Waktu
HASIL
Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia dalam periode
setelah perang dunia kedua cukup pesat, demikian juga halnya dengan pertumbuhan
ekonomi di negara-negara ASEAN yang telah memberi dampak yang sangat luas terhadap
perekonomian dunia. Sebagai salah satu organisasi regional Asia Tenggara,
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN juga telah memberikan pengaruh yang kuat
terhadap organisasi internasional khususnya kerjasama ekonomi dengan organisasi
dunia. Periode tahun 1990–2007 pertumbuhan GDP di negara ASEAN mencapai 5,30%.
Secara kumulatif pertumbuhan rata-rata GDP dicapai pada tahun 1996 yang
mencapai 7,48%, dan pertumbuhan GDP yang paling rendah dijumpai pada tahun 1998
yang mengalami minus 6,52%. Dilihat dari data Tabel 2 pertumbuhan GDP yang paling pesat di capai
oleh Singapura dengan rata-rata selama tahun 1990-2007 tumbuh sebesar 6,69%
diikuti oleh Malaysia dengan rata-rata pertumbuhan GDP sebesar 6,42%, Thailand
4,94%, Indonesia 4,66%, sementara pertumbuhan rata-rata yang paling rendah di
antara negara-negara ASEAN 5 dialami Phillipina dengan rata-rata pertumbuhan
GDP hanya 3,78%. tahun selanjutnya terus mengalami kestabilan pertumbuhan.
Tabel 2. Pertumbuhan GDP Negara-negara ASEAN Tahun 1990–2007 (persen)
Tahun
|
Negara
|
||||
Indonesia
|
Malaysia
|
Philipina
|
Singapura
|
Thailand
|
|
1990
|
7.24
|
9.32
|
2.34
|
9.49
|
8.29
|
1991
|
6.95
|
9.35
|
2.39
|
9.16
|
8.48
|
1992
|
6.46
|
9.15
|
2.33
|
8.89
|
8.29
|
1993
|
6.50
|
9.43
|
2.31
|
8.61
|
8.18
|
1994
|
7.34
|
9.35
|
2.28
|
8.44
|
8.47
|
1995
|
8.42
|
9.38
|
2.26
|
9.03
|
8.53
|
1996
|
7.82
|
10.05
|
5.90
|
7.72
|
5.91
|
1997
|
4.79
|
7.31
|
5.17
|
8.60
|
-1.46
|
1998
|
-13.13
|
-7.45
|
-0.68
|
-0.80
|
-10.52
|
1999
|
0.81
|
6.19
|
3.47
|
6.87
|
4.42
|
2000
|
4.94
|
8.91
|
4.47
|
9.63
|
4.82
|
2001
|
3.82
|
0.36
|
4.52
|
-2.00
|
2.23
|
2002
|
4.46
|
4.43
|
4.42
|
3.27
|
5.32
|
2003
|
4.98
|
5.41
|
3.33
|
1.50
|
6.98
|
2004
|
5.16
|
7.18
|
6.04
|
8.45
|
6.17
|
2005
|
5.62
|
5.02
|
4.91
|
7.31
|
4.60
|
2006
|
5.54
|
5.91
|
5.40
|
8.43
|
5.22
|
2007
|
6.20
|
6.30
|
7.13
|
7.80
|
4.91
|
Sumber: IFS (CD-ROM)
Investasi di Negara-negara ASEAN
Investasi merupakan salah satu
faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di lihat dari
nilai investasi, Indonesia merupakan negara dengan investasi yang paling
tinggi. Pertumbuhan investasi di Indonesia selain paling tinggi dari segi
nominal, juga tertinggi dilihat dari pertumbuhan rata-rata selama periode
1990–2007 mencapai 14,08% jauh lebih tinggi dari negara ASEAN lain; Thailand
dengan rata-rata 10,02%, Malaysia 8,10%, Phillipina 7,94%, dan yang paling
rendah Singapura sebesar 5,64%. Dilihat dari nominal, negara-negara yang
mempunyai investasi paling rendah adalah Phillipina dan Thailand.
Tabel 3 menunjukkan
bahwa investasi Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hanya pada
tahun 1999 investasi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,88% selebihnya
terus mengalami pertumbuhan. Jika pada tahun 1990 investasi di Indonesia hanya
sebesar US $ 50.708.000, pada tahun 2000 telah mencapai US $ 275.881.000 dan
pada tahun 2007 mengalami lonjakan sangat tajam mencapai US $ 593.691.000.
Nilai investasi Indonesia jauh lebih besar dari investasi yang terjadi di negara-negara
ASEAN lainnya. Investasi yang besar ini diperuntukkan bagi pembangunan sektor
swasta dan sektor publik. Malaysia menjadi negara pada urutan kedua di ASEAN 5
dalam hal investasi. Berbeda dengan Indonesia, investasi yang terjadi di
Malaysia mengalami tiga kali penurunan yakni pada tahun 1998, 1999, dan tahun
2001. Pada tahun 1990 investasi di Malaysia sebesar US $ 39.348.000 terus
tumbuh sampai tahun 1997 telah mencapai US $ 121.494.000 kemudian pada tahun
1998 turun 37,46% menjadi US $ 75.982.000, tahun 1999 kembali turun 13,35%
menjadi US $ 65.841.000. Pada tahun 2007 investasi di Malaysia sebesar US $
127.862.000 atau hanya 21,54% dari investasi di Indonesia.
Tabel 3. Investasi di Negara-negara ASEAN 5 Tahun 1990 – 2007 (US $
juta)
Tahun
|
Negara
|
||||
Indonesia
|
Malaysia
|
Philipina
|
Singapura
|
Thailand
|
|
1990
|
59,708
|
39,348
|
249
|
21,578
|
882
|
1991
|
70,200
|
49,126
|
250
|
25,095
|
1,044
|
1992
|
76,965
|
55,191
|
283
|
28,806
|
1,111
|
1993
|
86,667
|
66,937
|
351
|
32,753
|
1,253
|
1994
|
105,381
|
78,664
|
400
|
36,202
|
1,450
|
1995
|
129,218
|
96,967
|
423
|
39,782
|
1,719
|
1996
|
157,653
|
107,825
|
509
|
49,378
|
1,893
|
1997
|
177,686
|
121,494
|
593
|
54,826
|
1,599
|
1998
|
243,043
|
75,982
|
564
|
51,535
|
1,035
|
1999
|
221,472
|
65,841
|
568
|
47,092
|
966
|
2000
|
275,881
|
87,729
|
710
|
47,538
|
1,081
|
2001
|
323,875
|
83,345
|
651
|
45,943
|
1,181
|
2002
|
353,967
|
83,764
|
698
|
40,333
|
1,243
|
2003
|
386,219
|
87,089
|
715
|
38,901
|
1,424
|
2004
|
483,441
|
91,818
|
798
|
43,203
|
1,687
|
2005
|
513,622
|
98,342
|
833
|
45,746
|
2,152
|
2006
|
546,163
|
109,196
|
900
|
49,400
|
3,008
|
2007
|
593,691
|
127,862
|
923
|
53,865
|
3,885
|
Sumber: IFS (CD-ROM)
Trade Openness Negara ASEAN
Transaksi perdagangan internasional negara-negara
ASEAN dapat tercermin dari volume ekspor
dan impor. Semakin tinggi volume ekspor maupun impor semakin aktif negara dalam
transaksi perdagangan internasional. Dalam hal nilai ekspor maupun impor sangat
tergantung pada teknologi industri dalam menghasilkan barang dan jasa yang
mempunyai nilai tambah cukup tinggi. Pada umumnya di negara-negara yang sedang
berkembang nilai ekspornya rendah, padahal volume transaksinya tinggi. Hal ini
disebabkan negara-negara berkembang hanya mampu mengekspor bahan baku yang
nilai ekonomisnya masih rendah. Sebaliknya mengimpor barang dan jasa yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Tabel 4. Openness = (E+M)/GDP
nominal
TRADE OPENNESS
|
|||||
Tahun
|
to_ind
|
to_mly
|
to_phi
|
to_sin
|
to_tha
|
1990
|
0.376387
|
1.336364
|
0.463636
|
3.135501
|
0.609302
|
1991
|
0.390071
|
1.446029
|
0.464444
|
2.951389
|
0.630303
|
1992
|
0.400916
|
1.365482
|
0.458491
|
2.790744
|
0.610714
|
1993
|
0.372639
|
1.387145
|
0.537037
|
2.802405
|
0.6176
|
1994
|
0.368987
|
1.589262
|
0.54375
|
2.832394
|
0.638621
|
1995
|
0.384443
|
1.706412
|
0.591892
|
2.87929
|
0.708333
|
1996
|
0.366693
|
1.553023
|
0.631325
|
2.778857
|
0.650549
|
1997
|
0.395098
|
1.57485
|
0.676923
|
2.702731
|
0.756081
|
1998
|
0.738118
|
1.822715
|
1.000000
|
2.568841
|
0.764957
|
1999
|
0.469942
|
1.897598
|
0.978947
|
2.736077
|
0.809756
|
2000
|
0.577993
|
1.924307
|
1.074667
|
2.936216
|
1.008943
|
2001
|
0.544264
|
1.743534
|
0.956944
|
2.780774
|
1.013793
|
2002
|
0.485422
|
1.725198
|
0.990667
|
2.742922
|
0.969291
|
2003
|
0.442316
|
1.711434
|
0.968354
|
3.179185
|
1.013986
|
2004
|
0.472557
|
1.858861
|
0.968605
|
3.416285
|
1.104938
|
2005
|
0.525192
|
1.852174
|
0.891919
|
3.551696
|
1.216384
|
2006
|
0.486961
|
1.866368
|
0.845763
|
3.509576
|
1.164423
|
2007
|
0.470493
|
1.731119
|
0.745833
|
3.369332
|
1.111741
|
Sumber: IFS (CD-ROM)
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai net
ekspor positif dari awal periode (1990) sampai akhir periode (2007). Pada tahun
1990 Indonesia mempunyai nilai ekspor sebesar US $ 25.675.000 dan impor sebesar
US $ 21.837.000. Walaupun net ekspor Indonesia pada tahun 1990 positif, namun
dilihat dari nilai ekspor impor Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan
transaksi ekspor – impor Malaysia, Singapura, dan juga empor-impor Thailand.
Pada tahun-tahun berikutnya ekspor dan impor Indonesia terus mengalami
pertumbuhan hingga tahun 2007 ekspor Indonesia telah mencapai US $ 104.478.000
dan impor US $ 77.339.000 juga masih lebih rendah dibandingkan transaksi ekspor
dan impor Malaysia, Singapura dan
Thailand. Transaksi ekspor dan impor Malaysia cenderung fluktuatif.
Tahun 1990 nilai transaksi ekspor Malaysia sebesar US $ 29.452.000 dan impor
sebesar US $ 29.257.000. Tahun 1991 net ekspor Malaysia negatif US $ 2.298.000,
kemudian tahun 1992 dan 1993 kembali net ekspor positif. Setelah krisis ekonomi
tahun 1998 net ekspor Malaysia terus tumbuh positif, sehingga sampai tahun 2007
nilai ekspor Malaysia telah mencapai US $ 176.187.000 sedangkan nilai impor
sebesar US $ 147.002.000. Nilai transaksi ekspor dan impor Malaysia menempati
peringkat kedua di antara negara-negara ASEAN 5 setelah Singapura.
Phillipina menjadi negara yang mempunyai nilai transaksi
ekspor – impor di antara negara-negara ASEAN lainnya. Selain itu selama periode tahun
1990 – 2007 Phillipina hanya mengalami dua kali net ekspor positif yaitu pada
tahun 1999 dan tahun 2000 selebihnya selalu negatif. Transaksi ekspor Phillipina pada tahun 1990
hanya sebesar US $ 8.116.000 dan impor sebesar US $ 13.003.000. Sedangkan pada
tahun 2007 nilai transaksi ekspor Phillipina sebesar US $ 49.519.000 dan impor
sebesar US $ 57.905.000. Transaksi ekspor dan impor Singapura merupakan
transaksi yang paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Walaupun negara
kecil dengan penduduk hanya 4 juta jiwa, ternyata nilai ekspor maupun impor
Singapura cukup besar. Dari tahun 1990 – 1997 net ekspor Singapura masih
negatif, setelah krisis ekonomi tahun 1998 transaksi ekspor Singapura lebih
besar dibandingkan dengan impor. Bila pada tahun 1990 transaksi ekspor sebesar
sebesar US $ 52.729.000 (dua kali lipat ekspor Indonesia), pada tahun 2007
nilai transaksi ekspor Singapura telah mencapai US $ 300.459.000 atau hampir
tiga kali lipat ekspor Indonesia. Transaksi ekspor dan impor Thailand
menunjukkan hampir sama dengan tren transaksi Singapura, hanya saja dilihat
dari nilai transaksinya ekspor dan impor Thailand lebih kecil dibandingkan
transaksi ekspor impor Singapura. Dilihat dari segi ekspor pada tahun 1990
nilai transaksi ekspor Thailand sebesar US $ 23.068.000, tahun 1995 meningkat
menjadi US $ 56.439.000, kemudian meningkat lagi pada tahun 2000 telah mencapai
US $ 68.962.000, dan pada tahun 2007 ekspor Thailand telah menjadi US $
124.572.000.
Pengaruh Trade openness dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Negara-Negara ASEAN
Estimasi data untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN dilakukan dengan
model regresi linier berganda dengan metode OLS. Data yang diestimasi merupakan
data panel dari negara ASEAN selama tahun 1990–2007 sehingga diperoleh jumlah
observasi sebanyak 90. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
Eviews 4.1, dan hasil estimasi sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Hasil
Estimasi Pengaruh Trade Openness dan Investasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Variabel
|
Parameter
|
Koefesien
|
Probabilitas
|
Kesimpulan
|
|
Statistik
|
Ekspetasi Arah
|
||||
Trade
Open (TO)
|
α1
|
63.51684
|
0.0000
|
Signifikan***
|
Sesuai
|
Investasi (INV)
|
α2
|
0.000391
|
0.0000
|
Signifikan***
|
Sesuai
|
F-statistic
|
|
37.24723
|
0.0000
|
Signifikan***
|
Sesuai
|
R-Squared
|
|
0.786267
|
|
||
Adjusted R-Squared
|
|
0.765158
|
|
Sumber: data diolah (2010)
Berdasarkan hasil
estimasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel trade
openness, investasi dan inflasi yang diestimasi berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. Nilai F statistik sebesar 37.24723 signifikan pada probabilitas 0,0000.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel trade openness, investasi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. Dari hasil estimasi juga
diperoleh Adjusted R-Square sebesar 0.765158 yang menunjukkan variasi kemampuan variabel trade openness, investasi
menjelaskan pengaruhnya terhadap model pertumbuhan ekonomi di negara-negara
ASEAN sebesar 76,5%, sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Dampak Trade Openness Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruh variabel trade
openness terhadap pertumbuhan ekonomi positif. Variabel trade openness
signifikan untuk α=1%.
Rasio ekspor dan impor terhadap produk domestik bruto nominal (Trade
Openness) secara statistik signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN dan mempunyai
hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Openness bagi Indonesia,
Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonominya, ini bias
diartikan bahwa kebijakan perdagangan yang diterapkan negara-negara tersebut
sangat kondusif bagi peningkatan transaksi perdagangan internasional, baik itu
melalui kebijakan pemberlakuan tariff ataupun quota.
Dengan demikian kebijakan pemerintah untuk melaksanakan berbagai kebijakan
perdagangan internasional yang bertujuan untuk meningkatkan nilai trade openness
dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi lalu lintas perdagangan antar negara
merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan negara-negara Asean 5. Hal ini
penting dilakukan karena trade openness memberikan dampak yang sangat besar
terhadap upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan cepat.
Adanya kebijakan ekspor dan impor dengan suatu sistem yang baru dan produktif
sangat memungkinkan dilakukan pemerintah negara-negara Asean untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Dan
sosialisasi peraturan pemerintah dalam bidang perdagangan antar negara perlu
dilakukan, di mana masyarakat/pelaku perdagangan internasional agar sepenuhnya
memahami secara baik peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Kondisi tersebut
memungkinkan pelaku usaha dapat menentukan bidang usaha yang sesuai untuk
dilakukan sehingga trade openness
secara jangka panjang dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dampak
Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel investasi secara statistik mempunyai hubungan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
koefisien sebesar 0.000391.
Investasi pada negara-negara Asean 5 memberikan pengaruh yang positif terhadap
pertumbuhan ekonominya, yang berarti investasi yang ada pada negara-negara
Asean adalah investasi yang padat modal dan bersifat jangka panjang. Dengan
demikian transfer teknologi terjadi pada saat negara asing masuk ke
negara-negara tersebut sehingga hal itu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
meningkatkan produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan pemerintah untuk mendorong bertambahnya jumlah investasi dengan
melakukan promosi investasi sangat diharapkan agar pertumbuhan ekonomi dapat
ditingkatkan. Di lain sisi, perampingan birokrasi berkaitan dengan investasi
merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mendorong investor lebih giat
melakukan transaksi perdagangannya di negara – negara Asean.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menemukan
bahwa Trade Openness, Investasi signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Trade Openness telah membawa dampak positif pada nilai perdagangan
negara-negara anggota Asean yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi negara-negara Asean
dan Investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Asean.
Dari hasil perbandingan
data antar negara Asean 5 diperoleh suatu gambaran bahwa negara-negara yang
dapat melakukan peningkatan dalam trade openness dan investasi yang bepengaruh terhadap akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih
baik.
REFERENSI
Abu-Qarn dan Abu-Bader (2007) Abu-Qarn, A. S. and Abu-Bader,
S. (2007) “Sources of Growth Revisited: Evidence from Selected
MENA Countries,” World Development, 35(5), 752-771.
Anonim (2007)
ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit (FMSU) Database
Appleyard, Dennis R.; Field Jr., Alfred J. dan Cobb,
Steven L, International Economics, MacGrow Hill/Irwin, New York, 2006.
Arora dan Vamvakidis (2005) Economic Spillovers, Finance and
Development, lnternational Monetary
Fund. Asian Development Bank, 1997. Volume 43, Nomor 3, Agustus.
Ben-David (1993) "Equalizing
Exchange: Trade Liberalization and Income Convergence," The Quarterly Journal of
Economics, MIT Press, vol. 108(3), pages 653-79, August.
Boyan Jovanovic & Saul Lach, 1991. "The Diffusion of
Technology and Inequality Among Nations," NBER Working Papers 3732,
National Bureau of Economic Research, Inc.
Clemens dan Williamson
(2002) Why Did the
Tariff-Growth Correlation Reverse After 1950?," NBER Working Papers 9181,
National Bureau of Economic Research, Inc.
Easterly dan Rebelo (1993) "Fiscal
policy and economic growth: An empirical investigation," Journal of Monetary Economics,
Elsevier, vol. 32(3), pages 417-458, December.
Fontagne dan Mimouni (2000). Globalisation,
performances commerciales et développement, Reflets et Perspectives de la
vie économique, XLI(2): 27-39, Brussels.
Frankel, Jeffrey A Dan David Romer, (1999), Does Trade Cause Growth, The American Economic Review,Vol.89.
Grossman, Gene M. Dan Helpman, Elhman (1990)”The New Growth Theory: Trade,Innovation And Growth”The American
Economic Review,Vol 40,No.2.Hal 90-91
Halwani, Hendra. (2005). Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia
Jovanovic dan Lach (1990) "The Diffusion Of
Technology And Inequality Among Nations," Working Papers 90-34, C.V.
Starr Center for Applied Economics, New York University.
Krugman, Paul R and Maurice Obstfeld. (2000). International Economics, Fifth
Edition, Pearson Education International.
Mankiw, N. Gregory. (2002). Principle Of Macroeconomic. International Student Edition. Third Edition Singapore : Thomson
South-Western
Sihite, Ricky Nelson B. (2007). Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asean, 1990-2004,
Tesis Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Todaro, M.P.(2000). Economic
Development. Harlow,: Addison Wesley.
Vamvakidis, Anathasios, (1999). Regional
Trade Agreement Or Broad Liberalization : Which Path Leads To Faster Growth. IMF Staff Papers, Vol. 46
Assalamualaikum.
BalasHapussaya mau bertanya pak, bagaimana cara mendapatkan data terbaru dari IFS CD ROM? terima kasih sbelumnya.
Wassalamualaikum.
Assalamualaikum.,
BalasHapusSaya adalah mhsiswa pascasarjana PWP di Untad, ada tugas mencari data Inflasi negara vietnam 5 tahun terakhir.
Mohon bantuannya.