Banyak faktor yang menentukan
permintaan konsumsi atau pengeluaran individu atas barang-barang dan jasa-jasa
dalam suatu perekonomian. Menurut Spencer (1977:165) faktor tersebut
diantaranya adalah pendapatan disposibel yang merupakan faktor utama, banyaknya
anggota keluarga, usia dari anggota keluarga, pendapatan yang terdahulu dan
pengharapan akan pendapatan dimasa yang akan datang.
Menurut Samuelson (1999:169) bahwa
faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk
konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen
dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor penentu lainnya seperti
faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang.
Dornbusch (1994:238) mengutip hipotesis daur hidup yang dikembangkan oleh
Modigliani melihat bahwa merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan masyarakat
untuk jangka panjang dengan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik
yang mungkin diperoleh selama hidup mereka.
Dalam serangkaian makalah yang
ditulis pada tahun 1950-an Franco Modigliani dan kolaboratornya Albert Ando dan
Richard Brumberg menggunakan model perilaku konsumen Fisher untuk mempelajari
fungsi konsumsi. Salah satu tujuan mereka adalah memecahkan teka teki konsumsi.
Menurut model Fisher, konsumsi tergantung pada pendapatan seumur hidup
seseorang, Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis
selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat seseorang dapat menggerakkan
pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika
pendapatan rendah (Mankiw, 2003:439).
Selanjutnya Sukirno (2000:101)
menyebutkan bahwa disamping faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak
pemerintah, konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain:
- Ekspektasi, mengenai keadaan dimasa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini, keyakinan bahwa pada masa mendatang akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya dimasa sekarang.
- Jumlah penduduk, dalam analisis mengenai pembelanjaan agregat yang diperhatikan adalah konsumsi penduduk Negara. Oleh sebab itu tingkat konsumsi bukan saja tergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan.
- Tingkat harga, dalam analisis Keynesian sederhana dimisalkan bahwa tingkat harga adalah tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan pendapatan riel. Dalam keadaan yang demikian, apabila pendapatan meningkat 100 persen dan MPC sebesar 0,80 (80%) dari kenaikan pendapatan itu akan dikonsumsikan, hal ini menunjukkan terjadi kenaikan konsumsi yang sebenarnya.
Parkin (1993:672) sependapat
dengan teori-teori ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga
ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang paling penting dari
faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu; pendapatan
disposibel (disposable income) dan
pengharapan terhadap pendapatan dimasa akan datang (expected future income).
Penny (1994:28) menyatakan
besarnya konsumsi yang dapat dinikmati seseorang sangat tergantung pada
besarnya pendapatan. Dalam hal ini konsumsi tersebut meliputi kebutuhan primer,
kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tertier. Golongan yang berpenghasilan
rendah cenderung berkonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Apabila pendapatan
meningkat, porsi pendapatan yang akan digunakan untuk pangan akan menurun.
Nicholson (1991:77) menyatakan
bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika
pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik
antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk
pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engel’s Law).
Dalam hukum Engel dikemukakan
tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini
menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang berubah-ubah pada berbagai tingkat
pendapatan. Dengan demikian, naiknya pendapatan, maka persentase yang digunakan
untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara
persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin
bertambah (Ackley, 1992:281).
Kadariah (1996:21) menambahkan
bahwa pada umumnya golongan yang berpendapatan rendah mengeluarkan sebagian
besar dari pendapatannya untuk keperluan hidup yang mutlak seperti; pangan,
perumahan dan sandang. Makin tinggi pendapatan seseorang, makin kecil
pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan pokok.
Delorme dan Ekulend (1993:244) menyatakan bahwa
kelompok berpenghasilan tinggi mempunyai kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) yang
lebih kecil daripada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Pitomo (1992:2)
menambahkan bahwa rumah tangga miskin pada umumnya mengeluarkan pendapatannya
lebih besar untuk kebutuhan dasar, baik yang terdiri dari kebutuhan maupun
konsumsi individu (makanan, pakaian, perumahan) maupun keperluan pelayanan sosial
tertentu (air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar