PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO
DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Iswadi
The objective of this research is to prove simultaneously and
individually the influence of debt to equity ratio and return on equity on
stock return. This research was conducted at Indonesian Stock Exchange period
2007-2008. Research method used is verificative research by quantitative
analysis. The data were collected from the Capital Market Reference Center. Data
analysis used is multiple regression method. The result of the research
indicated that (1) simultaneously, debt to equity ratio and return on equity
not influence stock return significantly, (2) individually, debt to equity
ratio and return on equity not influence stock return significantly.
Key words; debt to equity ratio, return on equity, and stock return
Pendahuluan
Perbankan pada umumnya, sebagaimana perusahaan-perusahaan lainnya, yang
didirikan dengan tujuan memaksimalkan laba dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan
serta memakmurkan para pemegang saham (investor). Kemakmuran pemilik perusahaan
dapat dicapai apabila bank tersebut mempunyai kinerja yang baik. Baik buruknya
kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi investor dalam
menentukan pembelian saham perusahaan. Investor
akan menjatuhkan pilihannya pada saham yang memiliki reputasi yang baik karena
investor ingin memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.
Manajemen bank harus dapat menekan biaya seefesien mungkin agar dapat
mengembangkan penghasilan dari aset (asset)
masing-masing secara penuh supaya didapat keuntungan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bank. Dengan pengelolaan bank yang baik akan berdampak pada
perkembangan bank tersebut. Bank harus mengatur leveragenya agar dapat melihat
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).
Harahap (2002:306) mengemukakan “bahwa perusahaan yang baik mestinya
memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang”. Dengan memiliki
komposisi modal yang lebih besar dari hutang
maka bank tersebut dikatakan lebih baik. Bank juga harus dapat mengatur return on Equity (ROE) , karena semakin
tinggi rasio ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kesejahteraan investor. Return on equity yang rendah merupakan
hambatan bagi pertumbuhan bank dan juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan
pemegang saham terhadap bank tersebut.
Penelitian untuk menganalisis
pengaruh berbagai faktor fundamental terhadap harga maupun return saham pada berbagai sektor
telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Penelitian tentang hubungan
rasio profitabilitas dan leverage yang
dikaitkan dengan return saham antara
lain dilakukan oleh Ulupui (2005) yang mendokmentasikan bahwa secara simultan rasio
likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap return saham. Penelitian sejenis juga
dilakukan oleh Natarsyah (2000) menunjukkan bahwa profitabilitas secara
signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham di pasar sekunder.
Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003) menunjukkan bahwa variabel asset turnover, ROA, ROE, leverage ratio,
debt to equity ratio dan earnings
pershare memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah,
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian ini
difokuskan pengujian Pengaruh Debt to Equity Ratio dan Return
on Equity Terhadap Return Saham
pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Masalah penelitiannya
adalah apakah debt to equity ratio dan return on equity secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap return saham pada perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh debt to equity ratio dan return on equity baik secara
simultan maupun parsial terhadap return saham
pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penilitian ini adalah dapat digunakan oleh investor maupun
pihak yang berkepentingan lainnya dalam pengambilan keputusan investasi di
Pasar Bursa Indonesia.
Tinjauan Pustaka
Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal
maupun aset. Rasio dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang
atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Harahap (2002;306-307)
“Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari
utang”. Sedangkan menurut Sartono (2001:62), “rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang”. Muslich (2007:49) “rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai
sebagian daripada aktiva perusahaan, pembiayaan dengan utang mempunyai pengaruh
bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap”.
Menurut
Muslich (2007:51) ada tiga macam leverage sebagai berikut :
1. Operating
leverage, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menggunakan biaya operasi tetap (fixed operating cost) untuk memperbesar pengaruh dari perubahan
penjualan pendapatan sebelum dikurangi dengan bunga dan pajak (EBIT)
2. Financial
leverage, yaitu kemampuan
perusahaan menggunakan biaya financial tetap (fixed financial cost) untuk memperbesar pengaruh dan perubahan EBIT
terhadap laba bersih atau pendapatan per lembar saham biasa (EPS).
3. Total
Leverage, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menggunakan fixed cost
baik operating maupun financial cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan
penjualan terhadap laba bersih atau tingkat EPS.
Financial Leverage
Menurut Husnan
(2002:319) “leverage financial menyangkut penggunaan
dana yang diperoleh pada biaya tetap tertentu dengan harapan bisa meningkatkan
bagian pemilik modal sendiri”. Menurut Syamsuddin (2002:109) “financial leverage
merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan pendapatan per
lembar saham biasa”. Menurut Horne dan Wachowicz (1998:440) “pengungkit
keuangan adalah penggunaan pendanaan biaya tetap perusahaan”.
Dari pendapat di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa financial leverage adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan
kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh
perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (earning per share/eps). Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban
finansial yang sifatnya tetap (fixed
financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Penman (2001;346) financial leverage secara umum diukur dengan membandingkan total
hutang dengan ekuitas.
Return on Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik perusahaan
(baik pemegang saham biasa maupun pemegang sahan preferen) atas modal yang
mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi
return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Dalam perhitungannya secara umum Return
On Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan equitas selama setahun
terakhir. Secara umum Return On Equity (ROE)
menurut Gitosudarmo (2001:233) dapat dianalisis dengan membandingkan earning after taxe dengan jumlah modal
sendiri. Sedangkan menurut Riyanto (2001:129) Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return Saham
Return merupakan pengembalian
hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2001:109), return saham dibedakan menjadi dua,
yaitu ; return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam
mengukur kinerja dalam perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang
dan masih bersifat tidak pasti.
Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang dihadapinya. Semakin
besar return yang diharapkan akan
diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan
bahwa return ekspektasi memiliki
hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan
dengan peluang untuk mendapatkan return yang
lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus
disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar
yang tidak rasional.
Return yang diterima oleh
investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain / capital loss
(keuntungan selisih harga). Current
income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat
periodik seperti deviden. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat
diuangkan secara cepat.
Misalnya deviden saham yang dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa
dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya,
sedangkan capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang
dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi
(rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt-1)
maka pemegang saham mengalami capital
gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss.
Dalam penelitian ini, return
saham yang digunakan adalah capital gain
(loss). capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang
dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi
(rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Menurut Jogiyanto (2001:108) Capital gain (loss) dihitung dengan rumus:
Rit = x 100%
Rit = Tingkat keuntungan saham i pada periode t
Pt = Harga
penutupan saham i pada periode t (periode penutupan/ terakhir)
Pt-1 = Harga
penutupan saham i pada periode sebelumnya
Hubungan debt to equity ratio dan return
on equity terhadap return saham
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan hutang terhadap equitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan
perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat.
Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden).
Tingginya debt
to equity ratio akan mempengaruhi minat investor terhadap saham
perusahaan tertentu, karena investor lebih tertarik pada perusahaan yang tidak
menanggung terlalu banyak beban hutang. Keadaan ini diperkirakan akan
berpengaruh terhadap return saham.
Return on equity menggambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal sendiri. Diperkirakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri
berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian untuk
menganalisis pengaruh berbagai faktor fundamental terhadap harga maupun return saham pada berbagai sektor telah
banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Penelitian tentang hubungan rasio
profitabilitas dan leverage yang
dikaitkan dengan return saham antara
lain dilakukan oleh Ulupui (2005). Dengan judul “Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas terhadap return saham
perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi di BEJ”
menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap return saham satu
tahun ke depan. Secara parsial rasio leverage
tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham satu tahun ke depan. Sedangkan rasio profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Penelitian sejenis juga
dilakukan oleh Natarsyah (2002) menganalisis pengaruh beberapa faktor
fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham. Penelitian ini
merupakan studi terhadap 16 industri barang konsumsi yang go public di
pasar modal dalam periode 8 tahun (1990—1997) dengan mengasumsikan bahwa harga
saham merupakan fungsi dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return.
Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor
fundamental seperti return on assets, dividend payout ratio, debt to equity
ratio, book value equity per share, dan indeks beta berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan. Hasil riset ini
juga menyimpulkan bahwa return on asset dan return on equity tidak dapat digunakan
secara bersama-sama untuk mengestimasi harga saham karena kedua variabel
tersebut dalam model matematika saling menggantikan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kennedy (2003) meneliti pengaruh ROA, ROE, Earnings Per share, profit margin,
asset turnover, rasio leverage
dan dept to equity ratio terhadap return saham. Sampel yang digunakan
adalah LQ 45 di BEJ tahun 2001 dan 2002 dengan menggunakan teknik analisis
regresi hasil yang diperoleh menunjukkan hanya variabel asset turnover, ROA, ROE,
leverage ratio, debt to equity ratio dan earnings per share memberikan hubungan yang nyata dengan return
saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
Penelitian lain yang
dilakukan oleh Pribawanti (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap total Return pada Perusahaan Manufaktur di BEJ” menunjukkan bahwa
pengaruh antara Quick Asset to Inventory (QAI), Net Profit Margin (NPM),
Return on Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Earning per Share (EPS) terhadap total
return saham secara simultan QAI, NPM, ROA, DTA, DER, dan EPS
berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham. Hasil regresi
dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% menunjukkan hasil R2
= 0,266 : F =6,376: signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan dasar bagi
penarikan kesimpulan bahwa Ha
diterima, artinya secara bersama-sama variabel independent (QAI,
NPM, ROA, DTA, DER dan EPS) berpengaruh terhadap total return saham.
Penelitian Sasongko dan Wulandari (2006)
“Pengaruh eva dan rasio-rasio profitabilitas
terhadap harga saham”. Hasil
pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS)
berpengaruh terhadap harga saham. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return
on asset, return on equity, return on sale, basic earning power, dan
economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham. Artinya
ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai
perusahaan.
Penelitian Ferawati (2010) “pengaruh economic
value added dan rasio profitabilitas terhadap return saham
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia(BEI). Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa EVA dan rasio profitabilitas ROA, ROE dan EPS secara simultan
mempengaruhi return saham, namun secara parsial hanya ROE yang
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, sedangkan EVA, ROA
dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Koefisien R Square hasil regresi sebesar 0.211. Artinya bahwa variasi
variabel bebas EVA, ROA, ROE dan EPS dapat menjelaskan 21,1% terhadap variabel
tak bebas, sedangkan sisanya sebesar 78,9% dijelaskan oleh variabel bebas lain
yang tidak diteliti. Penelitian ini hanya menguji kembali hubungan debt to equity ratio dan return
on equity terhadap return saham.
Berdasarkan penjelasan di
atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ha1. Debt to
equity ratio dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh
terhadap return saham.
Ha2. Debt to
equity ratio secara individual berpengaruh terhadap return saham.
Ha3. Return on
equity secara individual berpengaruh terhadap return saham.
Metode
Penelitian
Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil
subjek tentang pengaruh debt to equity
ration dan return on equity
terhadap return saham pada perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian diperoleh melalui web site www.idx.co.id.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar dan mempublikasikan laporan
keuangan melalui Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2007-2008 dengan data laporan keuangan dan data harga saham tahun 2008-2009. Populasinya
berjumlah 28 bank.
Dalam penelitian ini sampel
diambil secara purposive sampling
yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dalam pemilihan sampel adalah:
a.
Bank-bank yang dijadikan sampel adalah bank yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap
dan berturut-turut pada tahun 2007-2008.
b.
Bank-bank yang dijadikan sampel adalah bank yang memiliki harga saham setiap bulan secara
berturut-turut di BEI, diambil mulai bulan April-Desember 2008-2009.
Berdasarkan
kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 18 bank
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: teknik dokumentasi. Data penelitian
ini merupakan pooled data dari
perusahaan perbankan. Melalui teknik dokumentasi didapat laporan keuangan bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan situs www.idx.co.id.
Sedangkan pengumpulan data harga saham perbankan diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu dari bulan April-Desember Tahun 2008-2009.
Operasionalisasi Variabel
1.
Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel terikat (Y) yaitu return saham. Return
saham merupakan pengembalian hasil atau tingkat keuntungan yang diperoleh oleh
investor atas investasi saham yang dilakukan.
2.
Variabel Independen
Variabel
Independen yaitu variabel bebas (X), terdiri dari:
-
X1 yaitu
debt to equity ratio, yang diukur dengan total hutang dibagi dengan
modal sendiri
-
X2 yaitu return
on equity, yang diukur dengan laba bersih setelah pajak dibagi modal
sendiri
Metode Analisis Data
Model analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda (multiple
regression) untuk mencari pengaruh fungsional antara variabel
independent terhadap variabel dependent. Model ini dipilih karena
penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel independent yang
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis pengaruh debt to
equity ratio dan return on equity terhadap return saham pada perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Formulasi persamaan
regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut:
Y =
a + b1 X1 + b2
X2 +e
Dimana:
Y = Return saham
X1
= Debt to equity ratio
X2
= Return on Equity
b1
b2 = Koefesien X1 X2
a = Konstanta
e = Kesalahan
penggangu
Sebelum melakukan pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap data yang
didapat. Uji asumsi klasik dilakukan agar nilai parameter penduga sahih dan
tidak bias. Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji: normalitas,
multikolinearitas,heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis
tentang kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen meliputi
uji F dan uji t. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Pengujian secara simultan (F-test)
Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah variabel debt to
equity ratio dan return on equity secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap return
saham dengan membandingkan antara nilai kritis Ftabel dengan Fhitung.
- Jika Fhitung < Ftabel
maka HO1 diterima dan Ha1 ditolak, ini berarti variabel debt to equity ratio dan return
on equity tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel return
saham, dengan tingkat signifikan 5%.
- jika Fhitung > Ftabel,
maka Ho1 ditolak dan Ha1, ini berarti variabel debt to equity ratio dan return
on equity berpengaruh secara simultan
terhadap variabel return saham,
dengan tingkat signifikan 5% .
b. Pengujian secara parsial (t-test)
Pengujian ini adalah untuk
mengetahui apakah masing-masing atau secara individu variabel debt to equity ratio dan return on equity mempunyai pengaruh
terhadap return saham. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung
masing-masing koefisien dengan ttabel, dengan tingkat signifikan 5%.
- Jika
thitung < ttabel maka Ho2 dan Ho3 diterima dan Ha2 dan
Ha3 ditolak, ini berarti variabel debt to
equity ratio dan return on equity secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham.
- jika
thitung > ttabel maka Ho2 dan Ho3 ditolak dan Ha2 dan
Ha3 diterima, ini berarti variabel debt
to equity ratio dan return on equity secara parsial berpengaruh terhadap return saham.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil
uji asumsi klasik menunjukkan bahwa data penilitian ini berdistribusi secara
normal, bebas dari multikolinearitas, heteroskedastiditas, dan autokorelasi.
Dengan kata lain, model yang digunakan sudah memenuhi uji asumsi klasik untuk
model regresi berganda. Hasil regresi tersebut diringkas pada tabel 1 berikut;
Tabel
1
Hasil
Analisis Regresi Berganda Pengaruh Debt
to Equity Ratio dan Return on Equity Terhadap
Return Saham pada Perusahaan Perbankan di BEI
Variabel Independen
|
Koefisien Regresi
|
Standard of Error
|
thitung
|
Signifikansi
|
Konstanta
|
-87.647
|
3.842
|
-22.813
|
0.000
|
Debt to Equity
Ratio (X1)
|
-0.081
|
0.136
|
0.802
|
0.428
|
Return on Equity
(X2)
|
0.109
|
0.339
|
-0.240
|
0.812
|
R 0.141
R Square 0.020
|
Adjusted R Square -0.039
F 0.335
Sig F 0.718
|
Sumber: Hasil Penelitian,2010
Berdasarkan hasil analisis model regresi yang ditampilkan dalam tabel 1
di atas, maka dapat disusun ke dalam model penelitian menjadi:
Y = -87.647 - 0.081 X1 +
0.109 X2
Dari persamaan regresi linear
tersebut dapat dilihat bahwa besarnya nilai konstanta adalah -87.647. Ini
berarti bahwa dengan asumsi pada saat variabel independen bernilai nol maka return saham berada pada posisi -87.647.
Jika debt to equity ration meningkat
satu persen maka return saham akan turun sebesar 0.081 pada kondisi return on equity konstan. Jika return
on equity meningkat satu persen maka
return saham akan meningkat 0.109
pada kondisi debt to equity ratio
konstan.
Nilai F dipergunakan untuk melihat tingkat signifikansi hubungan dan
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Selanjutnya
seberapa besar hubungan dan pengaruh yang signifikan tersebut dilihat dari
nilai R (koefisien korelasi). Nilai koefisien korelasi berganda menjelaskan
tingkat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan independen. Dari
analisis diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.141
(R = 14,1%). Artinya tingkat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan
independen lemah.
Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang
menyatakan kontribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya
terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan
analisis regresi berganda (multiple regression analysis) diperoleh R2
(nilai koefisien determinasi) sebesar 0.020 atau 2%. Hal ini menjelaskan bahwa
besarnya pengaruh dari return saham
dalam perusahaan yang mampu dijelaskan oleh variabel debt to equity ratio
dan return on equity secara
bersama-sama sebesar 2% sedangkan sisanya 98 % dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan
rendahnya koefisien determinasi adalah kondisi perekonomian baik negara maupun
dunia, seperti terjadinya krisis global yang melanda Amerika Serikat yang bisa
mempengaruhi perekonomian dunia. Krisis finansial global dan lumpuhnya sistem
perbankan global yang berlarut berdampak negatif terhadap Indonesia, karena
pembiayaan kegiatan investasi di Indonesia (baik oleh pengusaha dalam maupun
luar negeri) akan terus menurun, penyerapan tenaga kerja melambat dan akibatnya
daya beli masyarakat turun, yang akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk menguji pengaruh debt to equity ratio dan return on equity secara bersama-sama
terhadap return saham dilakukan
dengan menggunakan statistik uji F.
Berdasarkan statistik uji F diperoleh nilai Fhitung
sebesar 0.335 dengan tingkat siginifikan
0.718 pada α = 0,05. Sedangkan nilai Ftabel adalah sebesar 3.32. Dengan demikian, Fhitung
lebih kecil dari pada Ftabel (0.335 < 3.32) dan tingkat signifikansinya
lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0,05. Pembuktian hipotesis ini menerima Ho1 dan menolak Ha1. Hal ini
menunjukkan bahwa secara bersama-sama debt to equity ratio dan return on equity tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Salah satu penyebabnya yaitu terjadinya krisis global sehingga berdampak
terhadap perekonomian Indonesia, sehingga berpengaruh terhadap perbankan dan
bursa saham.
Untuk menguji pengaruh debt to equity ratio dan return on equity secara individual
terhadap return saham dilakukan
dengan menggunakan statistik uji t. Berdasarkan hasil regresi untuk variabel debt to equity ratio diperoleh nilai thitung sebesar 0.240. Sedangkan nilai ttabel sebesar
1.960 dengan tingkat signifikansi 0.812 lebih
besar dari α = 0,05. Dengan demikian, thitung < ttabel
yang berarti secara individual hipotesis Ha2 ditolak dan Ho2
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return
saham. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ulupui (2005), Suryanti dan
Indrianto (1999). Dalam penelitian ini semua perbankan memiliki hutang lebih
banyak daripada modal, sehingga menyebabkan perusahaan itu kurang baik. Apabila
perusahaan mempunyai hutang yang lebih besar daripada modal ini menandakan
bahwa tingginya resiko perusahaan untuk mengembalikan hutang, sehingga
perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Tingginya resiko perusahaan akan
mempengaruhi investor berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang memiliki leverage atau hutang perusahaan yang
tinggi.
Berdasarkan hasil regresi
untuk variabel return on equity
diperoleh nilai thitung sebesar 0.802.
Sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi 0.802 lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian, thitung
< ttabel yang berarti secara individual hipotesis Ha3
ditolak dan Ho3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa return on
equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Investor tidak menggunakan informasi return on equity dalam pengambilan
keputusan investasi pada saham perusahaan perbankan di bursa efek.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut;
1. Debt
to equity ratio dan return on equity secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
2. Debt
to equity ratio dan return on equity secara individual tidak
berpengaruh terhadap return saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
investor tidak responsive terhadap informasi ini dalam pengambilan keputusan
investasi pada saham. Ini mungkin dikarenakan oleh krisis keuangan global.
Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan dan
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka penulis dapat
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a.
Bagi investor, dalam memprediksi return saham
para investor harus memperhatikan
faktor lain yang berpengaruh baik internal seperti ukuran perusahaan, modal,
struktur aktiva, serta memperhatikan kondisi sosial, politik dan ekonomi yang
sangat berpengaruh. Dalam pembuatan keputusan menyangkut investasi pada
saham-saham perbankan di pasar modal, investor hendaknya memperhatikan jenis
rasio keuangan dan jangka waktu kegunaan rasio-rasio keuangan yang digunakan
dalam perusahaan perbankan, serta perlu mengkaji lebih lanjut mengenai variabel
informasi keuangan lain yang mempengaruhi return
saham.
- Kepada peneliti berikutnya agar penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada perusahaan yang berbeda agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada semua sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini, hanya menggunakan periode penelitian (2007-2008) oleh karena itu diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian atau mengambil tahun sebelum atau sesudah terjadinya krisis global agar hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat.
Referensi
Ferawati. 2010. Pengaruh Economic Value Added Dan
Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia(BEI). TESIS Universitas Sumatera Utara.
Gitosudarmo, H. Indriyo (2001) Manajemen
Strategis, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.
Harahap,Sofyan Syafri. 2002. Analisis
Kritis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Horne, James C Van and Wachowicz,
Jonh Martin, (1998), Fundamentals of
Financial
Management, Tenth edition, Prentice Hall, New Jersey
Husnan, Suad. 2002. Dasar-Dasar
portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN: Yogyakarta.
Jogiyanto. 2001. Analisis Sekuritas Dan Analisis Portofolio.:
BPFE: Yogyakarta.
Kennedy, J . S. P. 2003. Analisis
Pengaruh dari return on risset, return of
equity, Earning pershare, profit margin, asset turnover, rasio leverage, dan
debt to equity, ratio terhadap return
saham (studi terhadap saham-saham yang termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun
2001) thesis tidak dipublikasikan, program pasca sarjana Universitas Indonesia,
Jakarta.
Muslich, Mohamad. 2007. Manajemen
Keuangan Modern. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Natarsyah, Syahib. 2000. Analisis
Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia). Volume 15, No. 3, Juli Hal. 394-412.
Pribawanti, Maya, Tika. 2006. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total
Return Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. UNNES: Semarang.
Riyanto, Bambang (2001) Manajemen
pembelanjaan, Penerbit PT. Erlangga, Jakarta.
Sasongko, Wulandari. 2006.
Pengaruh eva dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sartono, Agus, R. 2001. Manajemen
Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE:
Yogyakarta.
Syamsuddin, Lukman (2002) Manajemen
Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam Perencanaan Pengawasan dan
Pengambilan Keputusan, Penerbit PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta.
Penman, Stephen H, (2001), Financial Statement Analysis and Security
Valuation,
McGraw-Hill,
Irwin
Ulupui, IG. K. A. 2004. Analisis
Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage,
Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham pada Perusahaan Makanan dan
Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Riset Akuntasi Indonesia.
malam Pak... BOlehkan saya bertanya.. Jurnal ini kapan di buatnya ya? Tahun berapa? Makasih^^
BalasHapus