REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Organisasi Hak Asasi Manusia
(HAM) internasional mengecam pemerintah Cina secara diam-diam meminta
ekstradisi dua Muslim Uighur yang melarikan diri ke Kamboja. Pemerintah
Cina berdalih dua Muslim Uighur itu telah melakukan kejahatan.
Presiden Asosiasi Uighur Amerika, Alim Seytoff mengatakan pemerintah
Cina melaksanakan deportasi secara paksa dua Muslim Uighur yang meminta
suaka politik dari pemerintah Kamboja."Kami mengkhawatirkan akan terjadi perlakuan brutal oleh pemerintah Cina," papar Alim seperti dikutip onislam.net, Jum'at (27/1).
Sebelumnya, pada Desember 2009, 18 Muslim Uighur mencari suaka di Kamboja. Mereka lalu dideportasi atas permintaan Cina lantaran pemerintah Kamboja menolak seruan Amerika Serikat dan Kelompok HAM Internasional.
Selanjutnya, dua Muslim Uighur yang diketahui bernama Nurahmet Kudret (35) dan Islam Urayim (32) diadili secara rahasia di Xinjiang. Mereka lalu dipenjara secara terpisah.
Sebelumnya, Muhammad Musa (25) nasibnya setali tiga uang. Ia dijatuhui hukuman 17 tahun penjara oleh pengadilan Kashgar, Xinjiang. Ketiga orang itu termasuk dalam kelompok Muslim Uighur yang mencari suaka di Kamboja, setelah kerusuhan di Xinjiang, Juli 2009.
Dengan mengutip laporan organisasi HAM internasional, para pencari suaka telah melarikan diri dari kemungkinan penganiayaan karena mereka menyaksikan tindakan brutal tentara keamananan Cina saat mengamankan demonstrasi Muslim Uighur. Dalam Kerusuhan itu, menurut versi pemerintah Cina, memakan korban hampir 200 orang tewas dan 1.700 orang luka-luka. Sementara dari versi Uighur, jumlah korban lebih besar lagi.
Dalam kongres Uighur Dunia di Munich, Jerman, Presiden Kongres, Rebiya Kadeer mengatakan Cina telah menolak untuk mengkonfirmasi keberadaan anggota kelompoknya. Menurut Rebiya, empat orang dijatuhi hukuman mati setelah mereka kembali, sedangkan 14 orang lainnya dipenjara seumur hidup.
"Muslim Uighur secara paksa kembali ke Cina dalam resiko penyiksaan ekstrim, penahanan dan penghilangan paksa," kata Rebiya Kadeer, presiden Kongres Uighur Dunia.
Kadeer pun mengharapkan masyarakat Internasional untuk menekan pihak berwenang Cina untuk mengungkap beradaan Muslim Uighur yang diekstradisi.
"Tahun lalu, data yang dapat kami himpun negara-negara Asia telah memulangkan setidaknya 180 orang Uighur ke China sejak tahun 2001," ujarnya.
Seperti diketahui, Cina dan Kamboja telah lama menjalin hubungan dekat. Lewat bantuan Cina, Kamboja membangun kembali perekonomiannya selepas perang saudara.
Dua hari setelah Kamboja mendeportasi Muslim Uighur Muslim pada medio Desember 2009, Wakil Presiden Cina Xi mengunjungi Phnom Penh, dan menandatangani 14 kesepakatan perdagangan senilai 850 juta dolar AS. Pemerintah Kamboja lalu membantah kabar tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar