PENGARUH INTERMEDIASI KEUANGAN DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Oleh
Khairil Anwar
(Fakultas Ekonomi
Universitas Malikussaleh – Lhokseumawe)
Hp. 085260077320
email: KHAIRILANWAR@fe-unimal.org
Keywords: financial intermediation, demand deposit, and economic
growth
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi
Indonesia medio 1997 yang diawali dengan terjadinya krisis moneter sebagai
akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Banyak penelitian
yang dilakukan menyangkut sebab akibat suatu krisis. Pandangan pertama menyatakan argument bahwa
penyebab utama krisis adalah kelemahan fundamental ekonomi dan inkonsistensi
kebijakan pemerintah (Krugman, 1998; dan Mishkin, 1999). Pandangan kedua
menyatakan bahwa akar permasalahan krisis adalah pure contagion dan irrational
market (Radellet dan Sach, 1988; Furman dan Stighlizt, 1988; dan Stighlizt,
1999; 2000). Sedangkan beberapa pengamat lain memilih mengambil jalan tengah
dengan menyebut suatu krisis disebabkan selain pure contagion juga kelemahan fundamental ekonomi (Corsetti, et.al,
1998; Djiwandono, 1999).
Gejolak moneter terutama dalam lembaga keuangan
merupakan salah satu sumber instabilitas ekonomi, karenanya krisis keuangan
seharusnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin. Menurut Batunangar
(2003) krisis finansial terjadi tidak hanya disebabkan oleh kelemahan
fundamental ekonomi, tetapi juga dapat terjadi karena ketidakpercayaan investor
dan nasabah perbankan sehingga akan terjadi bank
runs yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi perekonomian.
Dengan terjadinya krisis keuangan, otoritas
moneter menghadapi dilema antara memelihara stabilitas keuangan atau
menyelamatkan bank-bank bermasalah dengan konsekuensi akan meningkatnya
instabilitas dimasa akan datang akibat moral
hazard. Setelah satu dasawarsa krisis multidimensi yang melanda Indonesia,
tanda-tanda kearah pemulihan ekonomi masih berjalan lambat. Memang bila dilihat
dari beberapa indikator makro pemerintah SBY-JK telah berhasil mengendalikan
inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan tentunya yang paling penting adalah
pertumbuhan ekonomi, namun dalam beberapa hal masih dirasa lambat terutama
dalam mengurangi pengangguran, tingkat kemiskinan bagi 240 juta lebih
masyarakat Indonesia.
Pasca krisis titik pokok penyelesaian masalah
dilakukan dalam hal moneter terutama menyangkut bagaimana intermediasi
keuangan. Beberapa studi mengenai intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi
telah ada dan dipelopori oleh Goldsmith (1969), Mckinnon (1973), dan Shaw
(1973). Para ahli ini menemukan bahwa akselerasi pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh struktur keuangan yang terorganisir, bahwa pihak-pihak yang
kelebihan dana akan sangat membantu pihak-pihak yang kekurangan dana.
Sementara itu selama periode 1980 – 1990, banyak
peneliti yang memfokuskan perhatian pada aset-aset keuangan dalam
mengindikasikan hubungan antara peran intermediasi keuangan dan pertumbuhan
ekonomi. Williamson (1987) menemukan bahwa di lima negara industri maju terjadi
korelasi yang positif antara output riil dengan kredit yang disalurkan, dia
juga menemukan adanya hubungan kausalitas antara kredit dengan output nasional, temuan ini konsisten dengan Gettler
(1998) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kredit
dengan output nasional.
Hubungan antara intermediasi keuangan dan
pertumbuhan ekonomi juga telah diperluas untuk menguji pertalian dari
intermediasi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan
seperti yang dikemukakan oleh Greenwood dan Jovanovic (1990) mereka menemukan
bahwa pembangunan struktur keuangan yang baik akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi hal ini terjadi akibat investasi yang dilakukan dapat lebih
efisien. Mereka juga menemukan bahwa untuk menambah pendapatan, struktur
keuangan harus lebih diperluas, pertumbuhan ekonomi akan meningkat, perbedaan
pendapatan antara kelompok masyarakat kaya dengan miskin dapat dipersempit.
King dan Levine (1993) telah membangun sebuah
model pertumbuhan endogenous untuk
membuktikan hubungan yang kuat dari
intermediasi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut mereka
menemukan beberapa indikator dari sistem keuangan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi yaitu rasio dari liquid
liability terhadap GDP, rasio dari total deposito terhadap total aset bank
umum ditambah total aset dari bank sentral, rasio total kredit terhadap total
kredit sektor swasta ditambah total kredit terhadap pemerintah daerah dan
pemerintah pusat, rasio dari jumlah uang yang beredar di luar sistem perbankan
terhadap total deposito perbankan dan suku bunga riil sebagai proksi yang
digunakan sebagai indikator pembangunan sistem keuangan.
Berdasarkan argumen teoritis dari para ahli di
atas, maka penelitian ini mencoba untuk membuktikan hubungan intermediasi
keuangan dan jumlah uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang dan adakah antar setiap variabel ini terbentuk hubungan sebab akibat
(kausalitas) terutama pasca krisis moneter di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan pendekatan kointegrasi dan Kausalitas Granger. Pendekatan kointegrasi
dilakukan untuk melihat hubungan dan perubahan struktur jangka panjang antara
variabel-variabel regresi. Untuk melihat bagaimana hubungan kausalitas antara variabel
intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi diuji dengan menggunakan uji Granger Causality.
Sebelum dilakukan estimasi terhadap model
persamaan di atas, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
Uji Akar-akar Unit
Karena data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data time series maka perlu
dianalisis dan dipelajari struktur temporal (dinamik) dari data tersebut
(Maddala dalam Manurung, 2002). Metode analisis runtun waktu adalah yang
bersifat stasioner. Uji stationarity digunakan untuk menghindari kondisi spurious problem dalam regresi. Sebab
setiap data yang tidak stasioner dalam setiap random shock dalam data tersebut akan bertahan lama dan
mempengaruhi hasil regresi secara keseluruhan sehingga hasil regresi menjadi
tidak akurat.
Untuk mengetahui apakah data time series dari PDB, JUB, LOANS, ABC dan ABCOM adalah stasioner
atau tidak, maka dapat dibuat suatu persamaan (Gujarati, 2003) sebagai berikut:
Variabel adalah stokastik error
term yang berarti bahwa varian konstanta nol dan Y adalah time series.
Dalam melakukan unit root test penelitian ini menggunakan metode Augmented
Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP), nantinya nilai ADF dan PP
statistik akan dibandingkan dengan critical
value McKinnon. Bila nilai ADF dan PP statistik lebih besar dari critical value McKinnon pada derajat
kepercayaan berapapun maka dapat disimpulkan data tidak stasioner.
Uji Kointegrasi
Uji kointergrasi bertujuan untuk
mengetahui apakah seluruh variabel mempunyai hubungan keseimbangan jangka
panjang atau tidak. Jika berkointegrasi maka residu kointegrasi atau kesalahan
ketidakseimbangan adalah stasioner.
Pengujian kointegrasi dapat dilakukan
dengan metode regresi biasa dan kemudian menguji apakah apakah elemen
residualnya (e) bersifat stasioner.
Elemen residual ini tidak akan bersifat stasioner apabila variabel-variabel
tersebut tidak saling co-integrated. Persamaan
untuk menguji kointegrasi dapat ditulis sebagai berikut:
Dengan mensubstitusi e persamaan tersebut dapat ditulis:
Dalam hal ini yang akan diuji adalah e apakah bersifat stasioner atau tidak.
Pengujian dapat dilakukan selain dengan metode ADF juga dapat dilakukan dengan
uji Durbin-Watson (DW).
Uji Granger Causality
Pendekatan ini digunakan untuk melihat
hubungan kausalitas dua variabel. Dengan menggunakan Granger Causality test dapat
diketahui apakah kedua variabel secara statistik saling mempengaruhi, saling
berhubungan atau tidak saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
Persamaan yang digunakan untuk menguji Granger
Causality adalah sebagai berikut:
Dimana Ut
dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak
mengandung korelasi serial dan m = n = r
= s.
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Akar-akar Unit
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, pengujian akar-akar unit dilakukan dengan metode ADF dan PP.
Pengujian pertama dilakukan pada level I (0), jika tidak stasioner pada level
ini, maka akan dilanjutkan pengujian pada first
difference I (1). Hasil pengujian akar-akar unit sebagaimana dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil
Uji Akar-akar Unit dengan Pendekatan Augmented Dickey-Fuller (ADF)
Level
|
1st Difference
|
||||
Variable
|
ADF
|
Critical value
|
Variable
|
ADF
|
Critical value
|
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
|
-0.3752
-6.7515
-3.2558
-7.2705
-0.8253
|
-3.9698
-4.3933***
-3.5998***
-4.4768***
-3.6998
|
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
|
-6.9811
-11.6467
-10.7044
-8.4851
-4.7668
|
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
|
Keterangan:
***signifikan pada α : 1%
Berdasarkan
hasil uji pada level hanya variabel JUB, ABC dan ABCOM yang signifikan pada α :
1% sedangkan PDB dan LOANS tidak signifikan, sehingga dilakukan pengujian pada first difference dan diperoleh hasil
bahwa seluruh variabel yang diuji signifikan pada α : 1%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada first difference data
time series dari variabel-variabel
intermediasi keuangan, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi stasioner.
Uji
stasionary juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan Phillip-Perron (PP).
Hasil pengujian sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil
Uji Akar-akar Unit dengan Pendekatan Phillip-Perron (PP)
Level
|
1st Difference
|
||||
Variable
|
ADF
|
Critical value
|
Variable
|
ADF
|
Critical value
|
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
|
-0.2797
-6.2023
-3.2558
-3.3236
-1.1503
|
-3.9698
-4.3933***
-3.5998***
-4.3393*
-3.6998
|
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
|
-6.9811
-13.8351
-10.7044
-12.4854
-4.8559
|
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
|
Keterangan: ***signifikan pada α : 1%
*signifikan pada α :
10%
Berdasarkan hasil uji pada level hanya
variabel JUB, ABC yang signifikan pada α : 1%, ABCOM signifikan pada α : 10% sedangkan PDB dan LOANS tidak signifikan, sehingga dilakukan pengujian
pada first difference dan diperoleh
hasil bahwa seluruh variabel yang diuji signifikan pada α : 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada first difference data time series dari variabel-variabel
intermediasi keuangan, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi stasioner.
Hasil Uji Kointegrasi
Untuk melihat bagaimana hubungan
variabel-variabel penelitian dalam jangka panjang, model estimasi yang
disampaikan pada bagian uji kointegrasi diuji dengan bantuan program E-views.
Hasil pengujian sebagaimana disajikan pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Uji Kointegrasi
Trend
assumption: linier deterministic trend
Series: PDB JUB ABC ABCOM LOANS
Lags interval
(in first difference): 1 to 1
Unrestricted
Co-integration Rank Test
|
||||
Hypothesized
No. of CE(s)
|
Eigenvalue
|
Trace
Statistic
|
5
Percent Critical Value
|
1
Percent Critical Value
|
r
= 0***
r
≤ 1***
r
≤ 2***
r
≤ 3***
r
≤ 4***
r
≤ 5***
|
0.999457
0.998565
0.928374
0.874617
0.631939
0.377518
|
384.7685
241.9230
117.5382
67.44860
27.99738
9.006768
|
94.15
68.52
47.21
29.68
15.41
3.76
|
103.18
76.07
54.46
35.65
20.04
6.65
|
***significant
at 1% **significant at 5% *significant at 10%
Trace test
indicates 6 co-integrating equation(s) at both 5% and 1% level
|
||||
Hypothesized
No. of CE(s)
|
Eigenvalue
|
Max-Eigen
Statistic
|
5
Percent Critical Value
|
1
Percent Critical Value
|
r
= 0***
r
≤ 1***
r
≤ 2***
r
≤ 3***
r
≤ 4***
r
≤ 5***
|
0.999457
0.998565
0.928374
0.874617
0.631939
0.377518
|
142.8454
124.3848
50.08959
39.45122
18.99062
9.006768
|
39.37
33.46
27.07
20.97
14.07
3.76
|
45.10
38.77
32.24
25.52
18.63
6.65
|
***significant
at 1% **significant at 5% *significant at 10%
Max-Eigen
test indicates 6 co-integrating equation(s) at both 5% and 1% level
|
Dari
hasil uji kointegrasi terlihat bahwa dalam jangka panjang variabel intermediasi
keuangan yaitu ABC, ABCOM, LOANS dan jumlah uang beredar (JUB) serta
pertumbuhan ekonomi (PDB) mempunyai hubungan keseimbangan. Hubungan kointegrasi
dapat dilihat dari Trace statistic dan
nilai Max-Eigen statistic yang lebih
besar dari critical value pada
tingkat kepercayaan 1% maupun 5%. Adanya hubungan jangka panjang memperlihatkan
bahwa intermediasi keuangan berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang terutama pasca krisis.
Hasil Uji Granger Causality
Pengujian hubungan kausalitas antara
intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi akan diuji dengan menggunakan uji
Granger Causality. Pengujian
didasarkan pada uji F statistik pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10%. Jika
F statistik signifikan, maka variabel-variabel yang diuji memiliki hubungan
searah dan atau memiliki hubungan kausalitas. Tabel 4 berikut menunjukkan hasil
pengujian Granger Causality.
Tabel 4. Hasil
Uji Granger Causality antar variabel
intermediasi keuangan, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi.
Causality PDB JUB
Lags: 7
|
|||
Null Hypothesis:
|
Obs
|
F-Statistic
|
Probability
|
DJUB does not
Granger Cause DPDB***
DPDB does not
Granger Cause DJUB
|
20
|
16.2736
1.24303
|
0.00365
0.41944
|
Causality PDB ABC
Lags: 1
|
|||
Null Hypothesis:
|
Obs
|
F-Statistic
|
Probability
|
DABC does not
Granger Cause DPDB*
DPDB does not
Granger Cause DABC
|
26
|
4.27901
0.51796
|
0.05001
0.47897
|
Causality PDB ABCOM
Lags: 3
|
|
|
|
Null Hypothesis:
|
Obs
|
F-Statistic
|
Probability
|
DABCOM does
not Granger Cause DPDB**
DPDB does not
Granger Cause DABCOM
|
24
|
3.65639
1.29485
|
0.03360
0.30837
|
Causality PDB LOANS
Lags: 1
|
|
|
|
Null Hypothesis:
|
Obs
|
F-Statistic
|
Probability
|
DLOANS does
not Granger Cause DPDB**
DPDB does not
Granger Cause DLOANS
|
26
|
4.69713
0.94849
|
0.04081
0.34024
|
***significant
at 1% **significant at 5% *significant at 10%
Sebagaimana
hasil pengujian Granger Causality pada
tabel 4 menunjukkan bahwa variabel Jumlah Uang Beredar (JUB) memiliki hubungan
searah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 1% dengan pertumbuhan ekonomi
(PDB). Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah
uang beredar akan berpengaruh terhadap PDB. Meningkatnya jumlah uang beredar akan merangsang kegiatan ekonomi pada
sektor riil.
Pada pengujian yang lain menjumpai
variabel Asset Bank Central (ABC) hanya signifikan pada tingkat kepercayaan
10%. Hasil ini mengindikasikan bahwa walaupun ABC berpengaruh terhadap PDB
namun masih kurang dominan dibandingkan dengan variabel lainnya. Sementara itu
hubungan kausalitas antara Aset Bank Comersial (ABCOM) mempunyai hubungan
searah dengan PDB dan signifikan pada tingkat kepercayaan 5%, sama halnya
dengan kausalitas antara variabel pinjaman (LOANS) juga mempunyai hubungan
searah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa
aset bank umum dan pinjaman dapat mempengaruhi PDB walaupun secara tidak langsung.
Dari hasil pengujian Granger Causality juga menjumpai bahwa variabel-variabel
intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar yang mempengaruhi PDB sebaliknya
bukan PDB yang mempengaruhi intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar.
Beberapa alasan coba dikemukakan mengapa hal ini terjadi, yaitu: Pertama,
perputaran jumlah uang beredar pasca krisis lebih dipengaruhi oleh fluktuasi
kurs, kebijakan moneter yang dilakukan bank Indonesia, dan disintermediasi
sektor perbankan. Kedua, tidak adanya hubungan antara PDB dengan ABC disebabkan
karena sampai tahun 2003 penerimaan Bank Indonesia masih defisit Rp.6,5
triliun.
Ketiga, tidak adanya hubungan antara PDB
dengan ABCOM memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pasca krisis
belum ditopang oleh sektor-sektor produksi dalam negeri yang melibatkan bank
umum sebagai pemasok dana. Terjadi peningkatan dana pihak ketiga pada perbankan
tidak banyak memberikan kontribusi terhadap peningkatan laba bank yang akan
meningkatkan aset perbankan, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya LDR dan
masih besarnya dana yang menganggur (idle
money) di dalam industri perbankan yang justru menjadi beban bagi bank.
Keempat, tidak adanya hubungan antara PDB
dengan LOANS adalah fenomena menarik yang terjadi di Indonesia. Seharusnya,
pertumbuhan ekonomi yang membaik adalah potensi yang besar bagi sektor
perbankan untuk mengekspansi kredit ke sektor riil. Aktivitas sektor riil yang
membaik tentu memberikan expected return
yang tinggi bagi perbankan. Namun yang terjadi sebaliknya, krisis moneter di
Indonesia menyebabkan sektor perbankan mengalami tekanan yang berat akibat
banyaknya kredit macet dan kesulitan likuiditas.
KESIMPULAN
Data time
series dari variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini stasioner secara statistik yang dibuktikan
dengan pengujian ADF dan PP. Hasil pengujian co-integration konsisten dengan penelitian sebelumnya dan pendapat
dari beberapa ahli bahwa intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar
berkoingresi dengan PDB.
Kesimpulan lainnya bahwa variabel
intermediasi keuangan yang terdiri dari Aset bank sentral, aset bank umum, dan
pinjaman signifikan pada tingkat kepercayaan 5% dan 10% dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, sementara jumlah uang beredar signifikan pada tingkat
kepercayaan 1%. Hal ini bermakna bahwa kebijakan moneter yang dibuat oleh bank
Indonesia dalam hal intermediasi keuangan dan kebijakan jumlah uang beredar
pasca krisis efektif dalam mendorong perbaikan ekonomi terutama pertumbuhan
ekonomi.
IMPLIKASI
Sikap bank yang ekstra hati-hati akibat
terbelenggu trauma kredit macet masa lalu hendaknya secara bertahap dapat
dikurangi. Kehati-hatian memang penting, namun yang terjadi di Indonesia
beberapa tahun terakhir keadaan ini telah menuntun bank cenderung malas dan
lebih memilih langkah aman dengan menanamkan dananya pada instrumen SBI,
obligasi pemerintah dan surat-surat berharga lainnya, walaupun return yang
didapat dari portofolio surat-surat berharga tersebut relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan return yang didapat dari kegiatan menyalurkan kredit.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
jumlah uang beredar mempengaruhi PDB, sebaliknya PDB tidak mempengaruhi jumlah
uang beredar. Hal ini berarti bahwa di satu sisi kebijakan moneter yang
ditempuh oleh Bank Indonesia pasca krisis telah berhasil mendorong pertumbuhan
ekonomi, namun disisi lain kebijakan pemerintah yang diterapkan di sektor riil
masih belum efektif. Karenanya pemerintah melalui otoritas moneter di harapkan
selain tetap menjalankan kebijakan moneter juga perlu menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi, dan juga pemerintah perlu mengkaji
ulang dan perbaikan kebijakan di sektor riil melalui keseimbangan kebijakan
fiskal dan moneter.
DAFTAR PUSTAKA
Bank
Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Bank
Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta
Batunangar,
S. 2003. Reformulasi Manajemen Krisis di
Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Bank
Indonesia. Jakarta.
Corsetti,
Pausetti dan Roubini. 1998. Financial Intermediation and Economic Performance:
Historical Evidence From Five Industry Country. Journal of Money, Credit and Banking. Vol. 30 p. 34-46.
Djiwandono. 1999. Fungsi Intermediasi Keuangan dan
Permasalahannya. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial.
Vol 14.
Gettler, M. 1998. Financial Structure and Aggregate
Economic Activity: An Overview. Journal
of Money, Credit and Banking. Vol. 30 p. 47-60.
Greenwood, J and B. Jovanovic. 1990. Financial
Development, Growth, and The Distribution of Income. Journal of Political Economy.
Goldsmith, R. (1969) Financial Structure and Development. New Haven, Yale University
Press.
Gujarati, D (2003) Basic Econometric. 4th edition. McGraw-Hill. New York
Furman dan Stighlizt. 1988. Development of Financial Intermediation and Economic Growth Chinese
Experience. University d’Auvergne France.
Mishkin and
J. Tirole. 1999. Financial Intermediation, Loanable Funds, and The Real Sector.
The Quarterly Journal of Economics.
King, R.G and R. Levine. 1993. Finance,
Entrepreneurship, and Growth. The
Quarterly Journal of Economics.
Krugman, P. 1998. Impacts of The Indonesian Economic
Crisis: Study of Monetary Policy. NBER
Working Paper Series. p.71-94.
Levine, R., Loayza, N and T. Beck. 2000. Financial Intermediation and Growth
Causality and Causes. University of Virginia and Word Bank.
Manurung, B. R. 2002. Twin Defisit di Indonesia. Thesis. Magister Ekonomi Pembangunan
USU. Medan.
McKinnon and I. Ronald. 1973. Money and Capital in Economic Development. Brookings Institution.
Washington.
Radellet and Sach. 1988. Disintermediation and The
Role of Bank in Europe: An International Camparison. Journal of Financial Intermediation.
Shaw, R.J. 1973. Banks,
Financial Innovations and Regional Growth. University of Granada. Spain
Williamson, S.D. 1987. Financial Intermediation,
Business Failure, and Real Business Cycle. Journal
of Political Economy.
Assalamu'alaikum w2.
BalasHapusYth bpk Khairil Anwar, SE., M.Si
Berkenan memberi masukan kepada saya yang sedang menyusun skripsi tentang "Minat Berwirausaha mahasiswa berdasarkan gender pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas malikussaleh"
dengan Hipotesisnya
1. Minat Berwirausaha mahasiswa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Malikussaleh.
2. Minat Berwirausaha mahasiswa tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Malikussaleh.
jadi pertanyaan saya
bagaimana tehnik analisis data yang bagus untuk saya gunakan.
terimakasih banyak atas waktunya bapak
Muhammad yani
Manajemen Bisnis
angkatan 2006