Analisis Kelayakan Usaha Kilang Padi
Di Kecamatan Tanah Pasir Pasca Tsunami
(Study Kasus Kilang Padi Usaha Bersama)
Husaini*
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Malikussaleh
Email : saini_um@yahoo.com
ABSTRACT
This research is to analyze the prospect of rice
production that produced by Usaha Bersama at Kecamatan Tanah Pasir and the
factors which face by owner in development of firm. The data was analyzed by Net
Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Gross Benefit
Cost Ratio, Profitability Ratio, Pay Back Period, dan Break Event Point. The
result of research of Usaha Bersama were Net Present Value (NPV) Rp. , Internal Rate of Return (IRR) 25.33%, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1.42, Gross
B/C 1,64, Profitability Ratio (PR) 1.73
and Pay Back Period (PBP) Usaha Bersama could refundable in first year
production. Besides that, the challenges of production are lack of capital,
rice production, quality of rice and price.
Key words:
BEP, Gross B/C, Net B/C, NPV, IRR, and PBP.
Pendahuluan
Industri kecil harus mendapat perhatian yang
serius bagi pemerintah, karena industri
kecil secara umum memanfaatkan potensi alam yang ada pada suatu daerah. Kondisi
ini akan menciptakan efficiency cost production bagi perushaan. Sementara dari sisi lain akan meningkatkan
pendapatan masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurut Tunggal (1996:58)
industri merupakan himpunan semua penjual suatu produk, di mana produk yang
dihasilkan tersebut merupakan pengolahan dari suatu bahan tertentu untuk
menghasilkan jasa pelayanan atau produk dalam bisnis.
Dalam pada itu, pasca gempa dan tsunami di
Kecamatan Tanah Pasir pendapatan petani mengalami penurunan yang sangat tinggi.
Ini disebabkan sebahagian dari lahan
pertanian yang dipakai petani tidak dapat digunakan lagi karena telah
mengandung garam, sehingga tidak dapat dipakai untuk lahan pertanian. Pada
dasarnya masyarakat Kecamatan Tanah Pasir menjadikan sektor pertanian sebagai
mata pencaharian masyarakat setempat. Kehidupan para petani rata-rata masih
sederhana, baik ditinjau dari segi pendidikan, pendapatan, jenis bibit yang
digunakan dan juga pupuk serta obat-obatan dan peralatan.
Kerusakan lahan yang dialami petani sangat
berdampak terhadap produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir karena mereka tidak
dapat menghasilkan pada lagi. Kondisi ini akan menurunkan produksi pada secara
keseluruhan di Kec. Tanah Pasir. Namun demikian, pengembangan usaha kilang padi
sangat baik untuk di kembangkan karena pasca tsunami kerusakan kilang padi
mencapai 90%. tuhkan waktu yang lama agar lahan tersebut dapat dipergunakan
lagi.
Dari data yang diperoleh dari kantor Pertanian
Kec. Tanah Pasir (2008) dikatakan bahwa jumlah produksi padi sawah di Kecamatan
Tanah Pasir sebelum tsunami sebesar 2.454 ton dan setelah tsunami jumlah
produksi menurun menjadi 1.634 ton. Hal ini mengambarkan bahwa terjadinya
penurunan produksi padi sawah setelah bencana tsunami yaitu mencapai 819 ton. Meskipun demikian,
kilang padi yang sudah rusak perlu dibangun kembali agar produksi beras terus
berjalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Maka dari itu
penulis ingin mengkaji lebih lanjut yang membahas mengenai “Prospek Kelayakan Usaha Pabrik Padi Di Kecamatan
Tanah Pasir Pasca Tsunami (Studi Kasus Kilang Padi Usaha Bersama).
Tujuan Penelitian
Dari fenomena di atas tujuan penulis
mengadakan penelitian ini adalah
Untuk menganalisis apakah usaha pabrik padi di
Kecamatan Tanah Pasir memiliki prospek
yang layak untuk dikembangkan dilihat dari analisis kriteria investasi setelah
terjadi tsunami.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menjadi hambatan pengusaha pabrik padi
dalam mengembangkan usahanya.
Tinjauan Pustaka
Studi Kelayakan Bisnis
Ibrahim (2003:4) mengatakan, studi kelayakan
bisnis merupakan “gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan disusun
secara terperinci dan teratur serta kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan
manfaat di samping dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknis maupun
operasional”.
Siagian dan Asfaliani (1997:231), mengatakan
bahwa analisis kelayakan bisnis merupakan suatu analisis formal (resmi)
terhadap suatu rencana investasi dari suatu peluang usaha yang bertujuan untuk
mengetahui apakah manfaat investasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan
biayanya. Menurut Nitisemito dan Burhan (1991:9) studi kelayakan pada
hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang
kemungkinan layak ayau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.
Aspek-Aspek Kelayakan Investasi
Ibrahim (2003:6) mengatakan bahwa Aspek
Pemasaran bertujuan untuk menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang di
hasilkan dapat mendukung perkembangan usaha yang akan di laksanakan” Adapun
yang menjadi faktor penentu kelayakan usaha dapat di nilai dari segi daya serap
pasar terhadap produk yang di hasilkan, prospeknya di masa yang akan datang,
pangsa pasar dan bagaimana strategi yang di gunakan nantinya.
Selanjutnya adalah penelitian terhadap aspek
organisasi dan manajemen untuk menilai dan mengukur kesiapan dan kemampuan
pihak pengelola perusahaan dalam menjalankan usahanya kemudian mencari bentuk
organisasi yang sesuai dengan usaha yang di jalankan yang menyangkut seperti
jumlah karyawan, skill yang di perlukan dan jumlah upa/gaji karyawan.
Pembahasan ini bertujuan untuk menilai dan menentukan tentang kebijaksanaan
personalia yang perlu dilakukan.
Aspek ekonomi dan keuangan merupakan aspek
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya
biaya yang di keluarkan, dari sini akan terlihat pengembalian uang yang di
tanamkan seberapa lama akan kembali. Penilaian yang di lakukan dalam bidang
keuangan menyangkut dengan investasi, modal kerja, biaya operasi dan biaya
pemeliharaan, serta perhitungan pendapatan yang mungkin di terima.
Penelitian yang selanjutnya adalah untuk
menilai manfaat ekonomi dan sosial dengan di jalankan bisnis tersebut bagi
masyarakat. Yang terakhir adalah aspek lingkungan yang merupakan salah satu
aspek untuk mendapat perhatian,
Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi membantu para
pengusaha untuk menilai sejauhmana suatu kegiatan atau suatu proyek layak atau
tidak dilakukan. Evaluasi proyek dapat digunakan sebagai alat untuk menilai
suatu kegaiatn yang ada ataupun yang akan dilaksanakan layak atau tidak bila
diusahakan.
Ibrahim (2003:141) mengatakan bahwa “tujuan
dari pehitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui sejauhmana gagasan
usaha (proyek) yang direncanakan atau dijalankan dapat memberikan manfaat
(benefit), baik dilihat dari financial benefit maupun social benefit.”
Suatu kegiatan usaha dari segi sosial pada
umumnya adalah kegiatan-kegiatan yang keuntungannya di hitunh atau di nilai
dari segi manfaat yang diberikan terhadap perekonomian masayarakat secara
keseluruhan. Sedangkan dari segi finanasial adalah kegiatan yang di nilai dari
segi penanaman investasiyang akan memberikan keuntungan secara finansial. Hasil
perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan
total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis
proyek. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan layak, pelaksanaannya akan
jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor yang
tidak dapat terkontrol seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan
pemerintah dan disamping data yang digunakan tidak relevan.
Net Present Value (NPV)
Net Present value (NPV) merupakan salah satu
pengkriteriaan usaha dari segi perbandingan kas
dalam suatu usaha. Untuk menghitung Net Present Value (NPV) dalam
menjalankan sebuah gagasan usaha diperlukan data tentang perkiraan biaya
investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek
yang direncanakan.
Menurut Kasmir (2003:157) Net Present Value
(NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih
dengan PV Investasi selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV
tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value (NPV). Sedangkan menurut
Ibrahim (2003:142) Net Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah di
diskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai
discount factor.
Apabila hasil perhitungan dari Net Present
value (NPV) lebih besar dari nol maka dapat dikatakan usaha atau proyek
tersebut feasible atau layak untuk dijalankan dan jika Net Present Value (NPV)
kecil dari nol maka tidak layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan NPV sama
dengan nol ini berarti proyek atau usaha tersebut berada dalam keadaan break
event point (BEP) di mana TR = TC dalam bentuk present vulue.
Internal Rate of Return (IRR)
Ukuran kedua dalam perhitungan kriteria
investasi adalah Internal rate of Return (IRR). Internal Rate of Return (IRR)
menunjukkan bahwa tingkat bunga yang akan menghasilkan present value dari
sebuah proyek atau usaha sama dengan nol.
Menurut Ibrahim (2003:140) memberikan dcfinisi
Internal Rate of Return (IRR) sebagai " tingkat bunga yang dapat membuat
Net Present Value dari sebuah usaha sama dengan nol, karena present value dari
cash in flow pada tingkat bunga tersebut
sama dengan internal investasinya". Selanjutnya, Suharto (1992:54)
mengatakan "Internal Rate of Return (IRR) sebagai tingkat bunga yang
menyamakan antara nilai sekarang dengan aliran kas keluar yang
diharapkan".
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
apabila hasil perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dari usaha tersebut
lebih besar dari bunga pinjaman maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Dan
sebaliknya apabila Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh lebih kecil dari
pada bunga pinjaman yang berlaku dalam masyarakat maka usaha tersebut tidak
layak untuk diteruskan karena akan mendatangkan kerugian bagi pelaksananya.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Ibrahim (2003:49) menyatakan Net Benefit Cost
Ratio (NET B/C) merupakan hasik nilai perbandingan antara net benefit yang
telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif
(-). Selanjutnya, Suharto (1992) mengatakan Net Benefit Cost Ratio (NET B/C)
merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan
net benefit yang telah di discount negatif (-).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Kasmir (2003: 51) menyatakan hasil nilai
perbandingan antara benefit kotor yang
telah di discount dengan biaya secara keseluruhan yang telah di
discountSelanjutnya, Suharto (1992) mengatakan adalah perbandingan antara
benefit kotor yang telah di discount
dengan biaya secara keseluruhan yang telah di discount.
Profitability Ratio (PR)
Analisis Profitabilitiy Ratio akan digunakan
untuk mengukur perbandingan antara
selisilih benefit dengan biaya operasional dan pemeliharaan dibanding dengan
besarnya investasi yang akan dikeluarkan. Ibrahim (2003:152) mengatakan
profitability ratio merupakan suatu
ratio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan
dibanding dengan jumlah investasi."
Kasmir (2003:163) menyebutkan bahwa "
Profitability Ratio (PR) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang
penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi."
Nilai dari masingmasing variabel dalam bentuk present value atau nilai yang
telah di discount dengan discont factor dari Social Opportunity Cost of Capital
(SOCC) yang berlaku dalam masyarakat.
Pay Back Period (PBP)
Menurut Ibrahim (2003:154) Pay Back Period
(PBP) adalah jangka aktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan cash in flows. Kasmir
(2003:163) menyebutkan Pay back period (periode pengembalian) merupakan jangka
waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui
penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari proyek/usaha yang dijalankan.
Break Event Point (BEP)
Kasmir (2003:163) menyebutkan Break Event
Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue sama dengan total
cost.” Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek/usaha, terjadinya
titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek/usaha
dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal
lainnya. Ibrahim (2003:22) menyatakan Break Event Point (BEP) adalah titik
pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost.”
Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2000) tentang Analisis Pengembangan Usaha
Pabrik Padi di Desa Blang Mee Lhok Nga. Permasalahan dalam penelitian tersebut
adalah bagaimana analisis pengembangan
usaha pabrik padi di Desa Blang Mee Lhok Nga. Hasil dalam penelitian ini adalah
pengembangan pabrik padi di Desa Blang Mee sangat baik ini dapat dilihat dari
tingginya tingkat pekerjaan penduduk di sekitar desa Blang Mee adalah petani
dan 75% dari area tanah digunakan untuk
bertani sehingga pabrik padi sangat penting
bagi masyarakat tersebut.
Yacob (2002) yang menganalisis tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi kilang padi dalam memenuhi
kebutuhan beras di Kecamatan Nisam dan Dewantara. Hasil dalam penelitiannya
menunjukkan faktor yang diobservasi yaitu faktor lahan pertanian (X1), tenaga
kerja (X2), modal (X3), manajemen (X4) mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap proses produksi kilang padi dalam memenuhi kebutuhan beras
di Kecamatan Nisam dan Dewantara.
Tarmizi, (2003) menganalisis tentang Sistem
Poduksi Pada Kilang Padi CV. Indomas Krueng Mane Aceh Utara. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah
sistem produksi kilang padi pada CV. Indomas dalam menghasilkan beras bermutu
serta mendukung pengadaan pangan nasional. Hal yang menjadi penelitian ini
adalah sistem informasi produksi, peralatan produksi, pengawasan internal, perawatan dan pemeliharaan mesin produksi
sistem pengadaan bahan baku produksi dan pelaksanaan sistem produksi pada
kilang padi CV. Indomas Krueng Mane dan pengawasan mutu. Hasil penelitiannya
adalah sistem produksi yang dilakukan oleh CV. Indomas mampu memaksimalkan
hasil yang diperoleh dari beras yang bermutu sehingga memuaskan para konsumen.
Hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini yaitu :
Ho : Pabrik Padi Usaha Bersama di
Kecamatan Tanah Pasir tidak memiliki
prospek untuk dikembangkan dilihat dari analisis kriteria investasi
setelah terjadi Tsunami.
Hi : Pabrik Padi Usaha Bersama di
Kecamatan Tanah Pasir memiliki prospek untuk dikembangkan dilihat dari analisis
kriteria investasi setelah terjadinya Tsunami
Metodologi Penelitian
Objek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Padi Usaha
Bersama di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara. Objek yang diamati
adalah semua asset yang ada di perusahaan dan tingkat produksi yang dilakukan
pasca Tsunami.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha pengumpulan data sebagai bahan
analisis dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha mendapat data, yaitu:
Data primer
Data yang dikumpulkan penulis secara langsung
dari sumbernya baik melalui daftar pertanyaan maupun wawancara dengan pihak
yang bersangkutan.
Data sekunder
Data yang didapatkan penulis melalui observasi
langsung pada objek penelitian atau dari literatur lain baik itu dari bahan
bacaan atau dari internet dan instansi terkait.
Definisi Operasional Variabel
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih
sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi
selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita
kenal dengan Net Present Value (NPV).
Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) menunjukkan
bahwa tingkat bunga yang akan menghasilkan present value dari sebuah proyek
atau usaha sama dengan nol.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan
perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net
benefit yang telah di discount negatif.
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah
perbandingan antara benefit kotor yang
telah di dicount dengan biaya secara keseluruhan yang telah di discount.
Profitability Ratio (PR)
Analisis Profitability Ratio akan di gunakan
untuk mengukur perbandingan antara
selisih benefit dengan biaya operasional dan biaya pemeliharaan di banding
dengan besarnya biaya yang akan dikeluarkan.
Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period (periode pengembalian)
merupakan jangka waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan – penerimaan yang
diperoleh dari proyek /usaha yang dijalankan.
Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) adalah titik pulang
pokok da mana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu
pelaksanaan sebuah proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada
lama arus penerimaan sebuah proyek/usaha dapat menutupi segala biaya operasi
dan biaya pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Metode Analisis Data
Untuk menganalisa data digunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Net Present Value (NPV)
di mana :
NB = Benefit – cost
i = Discount Factor
n = Tahun (waktu)
Internal Rate of Return (IRR)
Di mana :
= tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
= tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C
Di mana :
= Benefit yang telah
didiscount
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C
Di mana :
B = Benefit yang telah didiscount
C = Cost yang telah didiscount
i =
Tingkat Bunga
n = Periode waktu tahun ke n
Profitability Ratio (PR)
PR =
Di mana :
PR = Profitability Ratio
= Jumlah Investasi yang telah didiscount
n =
Periode waktu tahun ke n
= Jumlah Benefit yang telah didiscount
Pay Back Period (PBP)
PBP =
Di mana :
PBP =
Pay Back Period
= Tahun sebelum
terdapat PBP
= Jumlah
Investasi yang telah di discount
Jumlah Benefit yang
telah di discount sebelum PBP
= Jumlah Benefit pada PBP berada
Break Event Point (BEP)
BEP =
Di mana:
BEP =
Break Event Point
= Tahun sebelum
terdapat BEP
= Jumlah total cost
yang telah di discount
Jumlah benefit yang
telah di discount sebelum BEP
= Jumlah Benefit
pada Break Event Point berada.
Kriteria Pengujian
Untuk pengujian terhadap data yang dikumpulkan
dianalisis dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Net Presen Value (NPV)
Bila nilai NPV > 0 (nol) maka usaha atau
proyek tersebut layak (feasible) untuk dikerjakan.
Bila nilai NPV < 0 (nol) maka usaha atau
proyek tersebut tidak layak (non feasible)
untuk dikerjakan.
Bila nilai NPV = 0 (nol) maka usaha atau
proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Internal Rate of Return (IRR)
Bila nilai IRR > SOCC maka usaha atau
proyek tersebut layak (feasible) untuk
dikerjakan.
Bila nilai IRR < SOCC maka usaha atau
proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Bila nilai IRR = SOCC maka usaha atau proyek
tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Bila nilai Net B/C > 1 maka usaha atau
proyek tersebut feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai Net B/C < 1 maka usaha atau
proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Bila nilai Net B/C = 1 maka usaha atau proyek
tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Bila nilai Gross B/C > 1 maka usaha atau
proyek tersebut feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai Gross B/C < 1 maka usaha atau
proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Bila nilai Gross B/C = 1 maka usaha atau
proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Profitability Ratio (PR)
Bila nilai PR > 1 maka usaha atau proyek
tersebut feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai PR < 1 maka usaha atau proyek
tersebut tidak l feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai PR = 1 maka usaha atau proyek
tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Pay Back Period (PBP)
Jangka waktu sejauh mana sebuah usaha yang
dijalankan bisa menutupi seluruh investasi yang dikeluarkan.
Break Event Point (BEP)
Jangka waktu sejauh mana sebuah usaha bisa
menutupi seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan di mana TR = TC
Hasil Penelitian
Perkiraan Jumlah Investasi Kilang Padi Usaha
Bersama
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan
diketahui bahwa untuk mendirikan sebuah usaha kilang padi diperlukan sejumlah
investasi tertentu. Perkiraan jumlah investasi ini menggambarkan bahwa jumlah
investasi yang dibutuhkan dari pendirian usaha kilang padi. Perkiraan jumlah
investasi dari usaha kilang padi Usaha Bersama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Rincian Biaya Investasi Pada Kilang Usaha
Bersama
di Kecamatan Tanah Pasir
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Total Nilai
(Rp)
|
1
|
Pembelian Tanah
|
1000
|
30.000
|
30.000.000
|
2
|
Bangunan Pabrik
|
1
|
40.000.000
|
40.000.000
|
3
|
Bangunan Gudang
|
1
|
10.000.000
|
10.000.000
|
4
|
Bangunan Kantor
|
1
|
9.500.000
|
9.500.000
|
5
|
Mesin Kewa
|
1
|
6.500.000
|
6.500.000
|
6
|
Polis
|
1
|
13.000.000
|
13.000.000
|
7
|
Alipatur
|
1
|
7.500.000
|
7.500.000
|
8
|
Roda Angin
|
1
|
2.500.000
|
2.500.000
|
9
|
Besi As
|
7
|
350.000
|
2.450.000
|
10
|
Timbangan
|
1
|
2.000.000
|
2.000.000
|
11
|
Menjeng Air
|
2
|
4.000.000
|
8.000.000
|
12
|
Mesin Jahit
|
2
|
1.000.000
|
2.000.000
|
13
|
Kereta Sorong
|
2
|
400.000
|
800.000
|
14
|
Meja
|
2
|
5.000.000
|
10.000.000
|
15
|
Kursi
|
4
|
1.000.000
|
4.000.000
|
16
|
ATK
|
|
2.000.000
|
2.000.000
|
|
Jumlah
|
150.250.000
|
Sumber : Hasil (diolah), Desember 2008
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa jumlah investasi ini
diperkirakan modal yang dapat dibiaya sendiri yaitu Rp.120.250.000,- sedangkan
tanah yang bernilai Rp.30.000.000,-.
Perkiraan Jumlah Biaya Operasional Kilang Padi
Usaha Bersama
Biaya operasional yang diperlukan untuk
pembuatan kilang padi dapat berupa biaya tetap dan biaya variabel. Perincian
biaya yang diperlukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Rincian Biaya Operasional Pada Kilang Usaha
Bersama
di Kecamatan Tanah Pasir (dalam ribuan)
No
|
Jenis Biaya
|
Tahun
|
||||
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
||
I
|
Biaya Tetap
|
|
|
|
|
|
|
Manager
|
28.800
|
28.800
|
28.800
|
28.800
|
28.800
|
|
Pekerja Tetap
|
25.200
|
25.200
|
25.200
|
25.200
|
25.200
|
|
Pengangkutan & Penimbangan
|
10.800
|
10.800
|
10.800
|
10.800
|
10.800
|
|
Pengeringan
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
|
Penggilingan dan Pengarungan
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
|
Pembukuan
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
|
Penyusutan
|
6.818
|
6.818
|
6.818
|
6.818
|
6.818
|
II
|
Biaya Variabel
|
|
|
|
|
|
|
Biaya Produksi
|
89.695
|
94.180
|
98.889
|
103.833
|
109.025
|
|
Biaya Pemasaran
|
4.000
|
4.200
|
4.410
|
4.631
|
4.863
|
|
Biaya Tak Terduga
|
3.000
|
3.500
|
3.500
|
4.000
|
4.500
|
III
|
Total Cost
|
222.313
|
227.498
|
232.417
|
238.082
|
244.006
|
Sumber : Hasil (diolah), Desember 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
besarnya biaya operasional untuk biaya tetap dari tahun pertama sampai tahun
kelima tidak mengalami peningkatan yaitu Rp.125.618.000,- pertahun, sedangkan
biaya variabel setiap tahunnya meningkat. Biaya produksi dan biaya pemasaran
meningkat sebesar 5% setiap tahun. Sedangkan biaya tak terduga pada tahun 2003
sebesar Rp. 3.000.000,- mengalami kenaikan tipa tahun Rp. 500.000,- sehingga
pada tahun 2007 biaya tak terduga sebesar Rp. 4.500.000,-.
Perkiraan Pendapatan Kotor Kilang Padi Usaha
Bersama
Perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh
pengusaha kilang padi Usaha Bersama pasca Tsunami mencapai Rp.336.960.000,- per
tahun. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Rincian Besar Pendapatan Kilang Padi Usaha
Bersama
di Kecamatan Tanah Pasir
Tahun
|
Produksi
|
Harga
|
Nilai
|
Per Kg
|
Penggilingan
|
||
2003
|
22.464
|
5.000
|
112.320.000
|
2004
|
42.120
|
5.000
|
210.600.000
|
2005
|
68.796
|
5.000
|
343.980.000
|
2006
|
89.856
|
5.000
|
449.280.000
|
2007
|
113.724
|
5.000
|
568.620.000
|
Jumlah
|
336.960
|
25.000
|
1.684.800.000
|
Rata-rata
|
67.392
|
5.000
|
336.960.000
|
Sumber : Hasil (diolah), Desember 2008
Pembahasan
Perhitungan Net Present Value (NPV) Kilang
Padi Usaha Bersama
Dari data yang tersedia dan diolah dengan
menggunakan rumus NPV, maka hasil perhitungan Net Present Value (NPV) dari
kilang padi Usaha Bersama adalah sebagai berikut:
NPV Usaha Bersama =
Berdasarkan perhitungan Net Present Value
(NPV) di atas, menunjukkan keuntungan bersih yang diperoleh oleh pengusaha
kilang padi Usaha Bersama sebesar Rp.109.204.870,- Maka usaha kilang padi tersebut
layak (feasible) untuk dikembangkan berdasarkan pertimbangan ekonomis di atas.
Perhitungan Internal Rate of Retrun (IRR)
Kilang Padi Usaha Bersama
Langkah selanjutnya dalam menganalisis
kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah kriteria investasi Internal Rate of
Return (IRR). Dengan menggunakan rumus
maka IRR diperoleh:
IRR Usaha Bersama = 25,33%
Berdasarkan perhitungan Internal Rate of
Return (IRR) di atas, menunjukkan persentase keuntungan yang diperoleh oleh
pengusaha kilang padi Usaha Bersama sebesar 25,33%. Maka usaha kilang padi
tersebut dengan SOCC atau biaya modalnya 25,33%. Yang disiyaratkan masih layak
(feasible) untuk dikembangkan.
Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Kilang Padi Usaha Bersama
Elemen selanjutnya dalam menganalisis
kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah kriteria investasi Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C).
Net B/C =
Net B/C Usaha Bersama = 1,420
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas,
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Usaha Bersama sebesar 1,42. Ini menunjukkan
bahwa kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan.
Perhitungan Gross Benefit Cost Ratio (Gross
B/C) Kilang Padi Usaha Bersama
Elemen selanjutnya dalam menganalisis
kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah kriteria investasi Gross
Benefit Cost Ratio (Gross B/C). Adapun perhitungan Gross Benefit Cost
Ratio (Gross B/C) dari usaha kilang Usaha
Bersama sebagai berikut :
Gross B/C =
Gross B/C Usaha Bersama = 1,64
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas,
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) kilang padi Usaha Bersama sebesar 1,64. Ini
menunjukkan bahwa usaha kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk
dikembangkan karena Gross B/C>1.
Perhitungan Profitability Ratio (PR) Kilang
Padi Usaha Bersama
Elemen selanjutnya dalam menganalisis
kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah dengan kriteria investasi
Profatability Ratio (PR). Adapun perhitungan Profatability Ratio (PR) dari
usaha kilang padi sebagai berikut :
PR Usaha Bersama = 1,73
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas,
Profitability Ratio (PR) kilang padi Usaha Bersama 1,73. Ini menunjukkan bahwa
usaha kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan karena
PR>1.
Perhitungan Pay Back Periode (PBP) Kilang Padi
Usaha Bersama
Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu
tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) sama dengan
jumlah investasi dalam bentuk Present Value. Analisis Pay Back Periode (PBP)
pada usaha kilang padi perlu dijelaskan karena untuk mengetahui lama usaha
kilang padi didirikan dapat mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan.
Untuk mengetahui hasil perhitungan Pay Back Period (PBP) dari kilang padi Usaha
Bersama dihitunga denganmenggunakan rumus sebagai berikut :
PBP
PBP Usaha Bersama = 1 Tahun, 3 Bulan,
24 Hari.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat
bahwa Pay Back Periode (PBP) kilang padi Usaha Bersama yaitu 1 Tahun, 3 Bulan,
24 Hari. Dengan demikian usaha tanaman kilang padi layak (feasible) untuk
dikembangkan. Karena PBPnya cepat.
Perhitungan Break Even Point (BEP) Kilang Padi Usaha Bersama
Break Event Point (BEP) merupakan titik pulang
pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Untuk mengetahui hasil
perhitungan Break Even Point (BEP) dari usaha kilang padi Usaha Bersama
dihitunga dengan rumus sebagai berikut :
BEP =
BEP Usaha Bersama = 3 Tahun + 6 Bulan
+ 25 Hari
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa kilang
padi Usaha Bersama titik pulang pokok yaitu 3 tahun 6 bulan 25 hari. Maka dari
itu kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan.
Hambatan-Hambatan Yang dihadapi Para Pengusaha
Kilang Padi di Kecamatan Tanah Pasir
Adapun hambatan yang banyak dialami oleh para
pengusaha kilang padi di Kecamatan Tanah Pasir diantaranya adalah :
Rendahnya produksi gabah oleh para petani
karena luasnya lahan pertanian yang disebabkan oleh bencana gempa dan gelombang
tsunami.
Tingginya kadar air yang terdapat dalam gabah
yang diproduksikan oleh petani, sehingga menyebabkan mudah hancurnya gabah
dalam proses penggilingan menjadi beras.
Minimnya modal usaha yang dimiliki oleh
pengusaha dalam mengembangkan usaha diantaranya dalam pembuatan lantai
penjemuran dan gudang penampung.
Rendahnya harga jual beras pada tingkat
pedagang, sehingga mengakibatkan tidak seimbangnnya antara harga beli gabah
dengan biaya produksi penggilingan.
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan melalui analisis
kelayakan usaha Kilang padi Usaha Bersama, dan melihat aspek-aspek yang
mendukung usaha kilang padi, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu : Dari perhitungan studi kelayakan bisnis
didapati Net Present Value (NPV) yaitu Rp. , ini berarti usaha tersebut dinyatakan layak (feasible)
untuk didirikan dimana NPV > 0. Sedangkan IRR diperoleh sebesar 25,33%, ini berarti IRR > SOCC (Social Oppurtunity
Cost of Capital). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1,42 (Net
B/C > 1). Gross B/C diperoleh 1,64 (Gross B/C > 1), Profitability Ratio
(PR) diperoleh 1,73 (PR > 1) serta PBP Kilang Padi Usaha Bersama dapat
menutupi seluruh biaya pada tahun pertama.
Hambatan-hambatan dalam menjalankan kilang
padi di Kecamatan Tanah Pasir adalah rendahnya produksi gabah, tingginya kadar
air yang terdapat dalam gabah yang diproduksikan, minimnya modal usaha yang
dimiliki dan rendahnya harga jual beras pada tingkat pedagang.
Saran
Diharapkan kepada para pengusaha pengilingan
padi agar bisa lebih memerhatikan peralatan dan input (padi) yang digunakan
sehingga kualitas beras yang dihasilkan menjadi lebih baik. Dengan layaknya
usaha ini dijalankan, maka pihak perusahaan harus bisa mempertahankan produksi
dan juga lebih ditingkatkan produksinya sehingga pendapatan yang diperoleh
lebih besar lagi.
Referensi
Anoraga, Panji dan Sudantoko (2002), Koperasi
Kewiraswastaan dan Usaha Kecil, Rineka Cipta, Jakarta.
Boyd At All (2000), Pengantar Evaluasi Proyek,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Daud (2003), Petani dan Prospeknya, Buana
Ilmu, Jakarta.
Ibrahim, Yacob, (2003), Studi Kelayakan
Bisnis, Jakarta.
Kadariah, Karlina, Lien, Gray, Clive, (1999),
Pengantar Evaluasi Proyek (edisi revisi), Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Kasmir (2003), Studi Kelayakan Bisnis, Rineka,
Jakarta.
Siagian dan Asfaliani, (2001), Studi Kelayakan
Bisnis, Nusa Buana, Jakarta.
Suharto, Imam (1992), Manajemen Proyek
Industri, Erlangga, Jakarta.
maaf pak, apakah ada teori yang berkaitan dengan pembahasan bapak ini?
BalasHapus