Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Sabtu, 03 Desember 2011

PENGARUH TRADE OPENNESS DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA ASEAN



Anwar Puteh
 Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Abstract: The research aims to analyze the effect of trade openness and investment on economic growth of ASEAN countries. Data used in this study is panel data during the years 1990 through 2007, the ASEAN countries. Sources of data obtained from the International Monetary Fund, International Financial Statistics, World Bank, and World Development Indicators. The model used in this study
using the method of Ordinary Least Square model: GDPit = α0 + α1TOit + α2INVit + ε it. The results showed that the Trade Openness and Investment significantly affect economic growth. Trade Openness has a positive impact on the trade value of Asean member countries that have significant influence on the economic growth of ASEAN countries and the investment has positive influence on economic growth in Asean. By comparing data between countries of Asean 5 obtained a picture that countries can make improvements in trade openness and investment affect economic growth.

Keywords : trade openness, investment, growth

 
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Kuznets (Todaro, 2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai kemampuan dalam jangka panjang untuk mensuplai berbagai barang ekonomi (economic goods) yang terus meningkat kepada rakyatnya, pertumbuhan kemampuan ini atas dasar kemajuan teknologi, institusional dan penyesuaian ideologi yang diperlukan. Fontagne dan Mimouni (2000) mengatakan bahwa perdagangan internasional mempunyai korelasi yang positif bagi negara-negara berkembang, dan bagi beberapa negara-negara yang kurang berkembang mereka tidak dapat mengoptimalkan manfaat dari openness untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.
Halwani (2005) melihat bahwa di antara alasan pokok yang dipercayai melandasi kebijakan liberalisasi perdagangan luar negeri ialah demi mendorong berlangsungnya proses produksi dalam skala penuh dengan memperluas produksi untuk ekspor. Liberalisasi perdagangan internasional diantisipasikan akan menimbulkan situasi produksi yang berciri increasing return to scale. Sejauh ini di kawasan Asia Tenggara keterbukaan ekonomi (trade openness) berlangsung dengan baik di mana masing-masing negara memanfaatkan momentum kerjasama bilateral, seperti Indonesia dengan Jepang, Indonesia dengan China atau antar kawasan seperti (Free Trade Area/FTA) yang dilakukan secara bilateral dalam wadah ASEAN Free Trade Area (AFTA). ASEAN Free Trade Area merupakan salah satu FTA regional di mana Indonesia cukup aktif berpartisipasi di dalamnya sekaligus merupakan  anggota AFTA.
Sejak tahun 1997-1999 ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Singapura dan Filipina). Negara-negara ini mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi bahkan ada yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Pada dekade 2000, negara-negara ini sudah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi di ASEAN, seperti terlihat pada Tabel 1 menunjukkan catatan pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2000 - 2007 di 10 negara-negara ASEAN.
Pada Tabel 1 tersebut, Myanmar adalah negara dengan pertumbuhan GDP tercepat pada tahun 2000-2007, dan hampir semua negara-negara ASEAN mencapai angka pertumbuhan ekonomi lebih dari 4% pada tahun 2000-2007, kecuali Brunei Darussalam. Dan pada tahun 2001 selain Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam, semua  negara-negara ASEAN mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif walaupun setelah tahun tersebut pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat di ASEAN dipicu oleh membaiknya kondisi perekonomian dunia. Namun demikian setiap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara sedang membangun selalu saja membawa dampak terhadap keseimbangan ekonomi makro. Salah satu dampak yang timbul adalah meningkatnya inflasi dan jumlah uang beredar. Pemerintah di negara-negara berkembang sangat sulit untuk menyeimbangkan suatu kondisi yang memungkinkan terjadi pertumbuhan ekonomi seiring dengan menekan inflasi. Berdasarkan uraian di atas paper ini bertujuan menganalisis pengaruh Trade Opennes dan Investasi Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Negara Asean.
Tabel 1: Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di ASEAN, 2000 – 2007
Negara
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Laos
Malaysia
Myanmar
Philipina
Singapura
Thailand
Vietnam
2.8
7,0
4,9
5,8
8,9
13,7
4,4
9,6
4,8
6,8
3.0
7,6
3,8
5,8
0,3
11,3
3,3
-2,0
2,2
6,9
2.8
5,2
4,4
5,7
4,4
12,0
4,4
3,2
5,3
7,0
3.2
7,0
4,9
5,9
5,4
13,8
4,5
1,4
6,9
7,4
4.0
7,7
5,1
5,5
7,1
5,0
6,0
8,4
6,1
7,7
3.8
6.7
5,6
5.6
5,0
7.3
4,9
7,3
4,6
6.7
4.2
6.9
5,4
5.8
5,9
6.8
5,4
8,4
5,2
5.8
4.5
7.6
6,2
6.0
6,3
7.8
7,1
7,8
4,9
7.2
Sumber : ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit (FMSU) Database

LITERATUR REVIEW
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. Landau (Sihite, 2007) mengemukakan delapan dalil tentang teori pertumbuhan ekonomi sederhana, antara lain:
1.      Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang meningkatkan output per kapita (dengan konstan atau adanya penambahan populasi) yang dicapai melalui investasi (fisik atau modal manusia) dan inovasi dari  teknologi terbaru (produksi dan teknologi).
2.      Pada awalnya seseorang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari investor dan suatu inovator. Kemudian apa yang perlu untuk diterangkan bukanlah pertumbuhan tetapi kegagalan untuk tumbuh, kegagalan untuk terlibat dalam proses inovasi dan investasi yang alami.
3.      The Definition and Protection of Property Right (DPPR) diperlukan untuk memberi kesempatan kepada inovator dan investor potensial, serta perangsang untuk melakukan inovasi dan investasi.
4.      Disamping rendahnya pembangunan ekonomi, perlunya hak atas pemilikan (property right) adalah terlalu kompleks tanpa paksaan dari pemerintah.DPPR tidak cukup untuk mengizinkan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah melindungi hak kepemilikan.
5.      Seringkali ketidakmampuan pemerintah melindungi hak kepemilikan dapat dihubungkan dengan kepentingan diri rejim pemerintah itu sendiri. Mereka yang mengendalikan kegiatan pemerintah hanya memberi manfaat bagi dirinya sendiri tanpa memperhatikan adanya DPPR yang cukup.
6.      Pertumbuhan yang cepat dapat dicapai bila pemerintah segera memperbaiki DPPR untuk keperluan investor dan inovator. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan seperti yang dihasilkan negara maju saat ini adalah mungkin hanya ketika mereka yang berkuasa adalah sama dengan orang-orang penguasa pemerintahan sebelumnya.
7.      Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan seperti pada negara-negara maju, memerlukan perubahan kesinambungan dalam DPPR. Tidak ada waktu untuk pergerakan menuju ”ekonomi pasar bebas”. Ada proses perubahan berkelanjutan dalam DPPR, proses yang ada menimbulkan pertumbuhan ekonomi modern pada negara maju sampai saat ini. Proses penyesuaian menuju DPPR akan berlanjut ke masa datang untuk menjadikan pertumbuhan  dan perkembangan pada negara-negara berkembang seperti saat ini.
8.      Perpindahan menuju DPPR  superior yang menjadikan pertumbuhan ekonomi lebih cepat tergantung pada rasio manfaat atau biaya perubahan untuk mereka yang memiliki kekuasaan politik untuk membuat perubahan.

Teori Perdagangan Internasional
Adam Smith (Appleyard, Field Jr dan Cobb, 2006) menjelaskan bahwa perdagangan terbuka antar negara akan membawa keuntungan bagi kedua negara tersebut jika salah satu negara tidak memaksakan untuk memperoleh surplus perdagangan yang dapat menciptakan defisit neraca perdagangan bagi mitra dagangnya. Adam Smith pada dasarnya menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat menguntungkan kedua belah pihak karena masing-masing negara akan lebih  mengkonsentrasikan diri untuk memproduksi barang-barang yang mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage) kemudian mengekspor kelebihan barang yang diproduksinya kepada mitra dagangnya. Harga relatif barang dari suatu negara yang melakukan transaksi perdagangan dinamakan terms of trade (TOT), di mana perhitungannya diperoleh dari harga barang ekspor dibagi dengan harga barang impor. Sehingga apabila negara A mengekspor barang X dan mengimpor barang Y maka TOTnya adalah:
TOT =
Di mana, Px    : harga barang X; Py   : harga barang Y
Motivasi utama untuk melakukan perdagangan internasional adalah mendapatkan gains from trade. Perdagangan internasional memberikan akses terhadap barang yang lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumberdaya untuk memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi. Selanjutnya David Ricardo (Krugman dan Obstfeld, 2000) mengemukakan teori keunggulan komparatif (comparative advantage) yang menyatakan bahwa yang menentukan tingkat keuntungan dalam perdagangan internasional bukan berasal dari keuntungan mutlak melainkan dari keunggulan komparatif. Apabila salah satu negara kurang efisien dibandingkan dengan negara lainnya dalam memproduksi dua barang, kedua negara tersebut masih dimungkinkan untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam produksi komoditas yang absolute disadvantagenya lebih kecil dan mengimpor komoditas yang absolute disadvantagenya lebih besar.
Selain faktor-faktor tersebut, keunggulan kompetitif nasional juga masih dipengaruhi oleh faktor kebetulan (penemuan baru, melonjaknya harga, perubahan kurs dan konflik keamanan antar negara). Dan ternyata negara berkembang yang menerapkan kebijakan promosi ekspor mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik seperti dibuktikan oleh negara-negara yang disebut sebagai East Asian Miracle. Menurut Mankiw (2002), Trade openness memberikan kesempatan bagi semua perekonomian untuk mengkhususkan diri dalam hal yang paling dikuasainya, menjadikan warga negara di seluruh dunia lebih sejahtera. Pembatasan perdagangan merusak manfaat-manfaat yang diperoleh dari perdagangan ini, sehingga mengurangi kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun sebagian dari alasan-alasan ini dapat dipertanggungjawabkan, kaum ekonom yakin bahwa perdagangan bebas adalah kebijakan yang biasanya lebih baik.

Pertumbuhan Ekonomi dengan Trade Openness
Banyak studi telah mendokumentasikan hubungan yang positif antara openness. Ben-David (1993) menunjukkan bahwa hanya ekonomi terbuka yang berpengalaman dalam unconditional convergence. Bagaimana pergerakan ke arah perdagangan yang lebih bebas mempengaruhi perbedaan pendapatan antar negara? Ada hubungan yang kuat antara reformasi perdagangan dan konvergen pendapatan. Jovanovic dan Lach (1990) menyatakan variasi kecepatan difusi teknologi berhubungan dengan variasi tingkat Produk Nasional Bruto (PNB). Liberalisasi perdagangan dan menghilangkan hambatan dalam perdagangan memberikan kontribusi pada konvergennya pendapatan. Periode liberalisasi perdagangan yang berbeda juga akan menyebabkan perbedaan periode menuju konvergen. Grossman dan Helpman (1990) dalam penelitiannya yang lebih sistematik menyebutkan bahwa negara-negara yang mengadopsi strategi pembangunan berorientasi keluar mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan mencapai tingkat kesejahteraan ekonomi (economic welfare) yang lebih tinggi daripada negara-negara yang memilih menutup diri dari perdagangan.
Frankel dan Romer (1999) mendukung estimasi variabel instrumen menggunakan karakteristik geografi yang menegaskan dampak positif perdagangan yang signifikan dan meyakinkan pada pertumbuhan. Lebih lanjut Fontagne dan Mimouni (2000) menyatakan bahwa perdagangan internasional mempunyai korelasi yang positif bagi negara-negara yang kurang berkembang, mereka tidak dapat mengoptimalkan manfaat dari openness untuk dapat  meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Vamvakidis (2002), Clemens dan Williamson (2002) melakukan penelitian dalam periode yang relatif lebih lama. Mereka menemukan bahwa hubungan antara keterbukaan dan pertumbuhan menjadi signifikan hanya dalam periode sekarang ini, yang berarti bahwa secara relatif ekonomi terbuka menjadi syarat untuk perdagangan internasional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya Arora dan Vamvakidis (2005) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh perekonomian dan pendapatan relatif dari negara mitra dagangnya. Ketika suatu negara menerapkan ekonomi terbuka, maka akan semakin besar manfaat yang diperoleh dari perkembangan negara mitra dagang. Dalam penelitiannya Arora secara empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi secara positif oleh tingkat pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara partner.

Pertumbuhan Ekonomi dengan Investasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara erat kaitannya dengan produktivitas penggunaan modal, sehingga penurunan ICOR untuk menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan faktor produksi dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu ICOR dapat digunakan untuk menunjukkan efisiensi suatu perekonomian dalam menggunakan barang modal. Easterly dan Rebelo (1993) dalam penelitiannya menemukan bahwa pembangunan infrastuktur memberikan manfaat yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi seperti ini merupakan pelengkap dari investasi privat, khususnya pada industri yang berbasis ekspor. Abu-Qarn dan Abu-Bader (2007) yang melakukan penelitian pada beberapa negara Timur Tengah dan Afrika Utara menemukan bahwa sektor privat kurang mempunyai peranan dalam investasi. Padahal beberapa ahli ekonomi  mengemukakan bahwa investasi nasional tidak mungkin terjadi kenaikan tanpa adanya investasi pada sektor privat.

METODE PENELITIAN
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan data cross-sectional yang disebut dengan data pooling atau data panel, dan ada juga yang menyebut sebagai data longitudinal. Dalam penelitian ini periode waktu analisis selama tahun 1990 sampai dengan tahun 2007, yang digabungkan dari 5 negara ASEAN. Dengan demikian diharapkan akan terbentuk n = 90. Data untuk variabel-variabel penelitian merupakan data sekunder time series dari International Monetary Fund; International Financial Statistics (IFS), World Bank; World Development Indicators.

Rancangan Model
Model estimasi data dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Arora dan Vamkidis. Adopsi model ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa bentuk data yang digunakan dan variabel-variabel yang diobservasi sesuai dengan penelitian ini. Pengembangan model yang menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) pada analisis regresi linier berganda yaitu:
GDPit = α0+ α1TOit+ α2INVit+ ε it,
Di mana:
GDP                : Growth of Gross Domestic Product
TO                   : Trade Openness = (E+M)/GDP nominal
INV                 : Total Investment
α0                     : Konstanta
α1, α2                 : Koefisien regresi
ε                       : error term
i=1,2,3,4          : Jumlah Cross Section
t=1,2,3…18     : Periode Waktu 

HASIL
Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia dalam periode setelah perang dunia kedua cukup pesat, demikian juga halnya dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN yang telah memberi dampak yang sangat luas terhadap perekonomian dunia. Sebagai salah satu organisasi regional Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi negara ASEAN juga telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap organisasi internasional khususnya kerjasama ekonomi dengan organisasi dunia. Periode tahun 1990–2007 pertumbuhan GDP di negara ASEAN mencapai 5,30%. Secara kumulatif pertumbuhan rata-rata GDP dicapai pada tahun 1996 yang mencapai 7,48%, dan pertumbuhan GDP yang paling rendah dijumpai pada tahun 1998 yang mengalami minus 6,52%. Dilihat dari data Tabel 2  pertumbuhan GDP yang paling pesat di capai oleh Singapura dengan rata-rata selama tahun 1990-2007 tumbuh sebesar 6,69% diikuti oleh Malaysia dengan rata-rata pertumbuhan GDP sebesar 6,42%, Thailand 4,94%, Indonesia 4,66%, sementara pertumbuhan rata-rata yang paling rendah di antara negara-negara ASEAN 5 dialami Phillipina dengan rata-rata pertumbuhan GDP hanya 3,78%. tahun selanjutnya terus mengalami kestabilan pertumbuhan.
Tabel 2. Pertumbuhan GDP Negara-negara ASEAN Tahun 1990–2007 (persen)
Tahun
Negara
Indonesia
Malaysia
Philipina
Singapura
Thailand
1990
7.24
9.32
2.34
9.49
8.29
1991
6.95
9.35
2.39
9.16
8.48
1992
6.46
9.15
2.33
8.89
8.29
1993
6.50
9.43
2.31
8.61
8.18
1994
7.34
9.35
2.28
8.44
8.47
1995
8.42
9.38
2.26
9.03
8.53
1996
7.82
10.05
5.90
7.72
5.91
1997
4.79
7.31
5.17
8.60
-1.46
1998
-13.13
-7.45
-0.68
-0.80
-10.52
1999
0.81
6.19
3.47
6.87
4.42
2000
4.94
8.91
4.47
9.63
4.82
2001
3.82
0.36
4.52
-2.00
2.23
2002
4.46
4.43
4.42
3.27
5.32
2003
4.98
5.41
3.33
1.50
6.98
2004
5.16
7.18
6.04
8.45
6.17
2005
5.62
5.02
4.91
7.31
4.60
2006
5.54
5.91
5.40
8.43
5.22
2007
6.20
6.30
7.13
7.80
4.91
Sumber: IFS (CD-ROM)
Investasi di Negara-negara ASEAN
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di lihat dari nilai investasi, Indonesia merupakan negara dengan investasi yang paling tinggi. Pertumbuhan investasi di Indonesia selain paling tinggi dari segi nominal, juga tertinggi dilihat dari pertumbuhan rata-rata selama periode 1990–2007 mencapai 14,08% jauh lebih tinggi dari negara ASEAN lain; Thailand dengan rata-rata 10,02%, Malaysia 8,10%, Phillipina 7,94%, dan yang paling rendah Singapura sebesar 5,64%. Dilihat dari nominal, negara-negara yang mempunyai investasi paling rendah adalah Phillipina dan Thailand.
Tabel 3 menunjukkan bahwa investasi Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hanya pada tahun 1999 investasi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,88% selebihnya terus mengalami pertumbuhan. Jika pada tahun 1990 investasi di Indonesia hanya sebesar US $ 50.708.000, pada tahun 2000 telah mencapai US $ 275.881.000 dan pada tahun 2007 mengalami lonjakan sangat tajam mencapai US $ 593.691.000. Nilai investasi Indonesia jauh lebih besar dari investasi yang terjadi di negara-negara ASEAN lainnya. Investasi yang besar ini diperuntukkan bagi pembangunan sektor swasta dan sektor publik. Malaysia menjadi negara pada urutan kedua di ASEAN 5 dalam hal investasi. Berbeda dengan Indonesia, investasi yang terjadi di Malaysia mengalami tiga kali penurunan yakni pada tahun 1998, 1999, dan tahun 2001. Pada tahun 1990 investasi di Malaysia sebesar US $ 39.348.000 terus tumbuh sampai tahun 1997 telah mencapai US $ 121.494.000 kemudian pada tahun 1998 turun 37,46% menjadi US $ 75.982.000, tahun 1999 kembali turun 13,35% menjadi US $ 65.841.000. Pada tahun 2007 investasi di Malaysia sebesar US $ 127.862.000 atau hanya 21,54% dari investasi di Indonesia.

Tabel 3. Investasi di Negara-negara ASEAN 5 Tahun 1990 – 2007 (US $ juta)
Tahun
Negara
Indonesia
Malaysia
Philipina
Singapura
Thailand
1990
    59,708
   39,348
       249
  21,578
       882
1991
    70,200
   49,126
       250
  25,095
    1,044
1992
    76,965
   55,191
       283
  28,806
    1,111
1993
      86,667
   66,937
       351
  32,753
    1,253
1994
    105,381
   78,664
       400
  36,202
    1,450
1995
    129,218
   96,967
       423
  39,782
    1,719
1996
    157,653
 107,825
       509
  49,378
    1,893
1997
    177,686
 121,494
       593
  54,826
    1,599
1998
    243,043
   75,982
       564
  51,535
    1,035
1999
    221,472
   65,841
       568
  47,092
       966
2000
    275,881
   87,729
       710
  47,538
    1,081
2001
    323,875
   83,345
       651
  45,943
    1,181
2002
    353,967
   83,764
       698
  40,333
    1,243
2003
    386,219
   87,089
       715
  38,901
    1,424
2004
    483,441
   91,818
       798
  43,203
    1,687
2005
    513,622
   98,342
       833
  45,746
   2,152
2006
    546,163
109,196
      900
  49,400
  3,008
2007
   593,691
127,862
       923
  53,865
  3,885
       Sumber: IFS (CD-ROM)
Trade Openness Negara ASEAN
Transaksi perdagangan internasional negara-negara ASEAN  dapat tercermin dari volume ekspor dan impor. Semakin tinggi volume ekspor maupun impor semakin aktif negara dalam transaksi perdagangan internasional. Dalam hal nilai ekspor maupun impor sangat tergantung pada teknologi industri dalam menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai tambah cukup tinggi. Pada umumnya di negara-negara yang sedang berkembang nilai ekspornya rendah, padahal volume transaksinya tinggi. Hal ini disebabkan negara-negara berkembang hanya mampu mengekspor bahan baku yang nilai ekonomisnya masih rendah. Sebaliknya mengimpor barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Tabel 4. Openness = (E+M)/GDP nominal
TRADE OPENNESS
Tahun
to_ind
to_mly
to_phi
to_sin
to_tha
1990
0.376387
1.336364
0.463636
3.135501
0.609302
1991
0.390071
1.446029
0.464444
2.951389
0.630303
1992
0.400916
1.365482
0.458491
2.790744
0.610714
1993
0.372639
1.387145
0.537037
2.802405
0.6176
1994
0.368987
1.589262
0.54375
2.832394
0.638621
1995
0.384443
1.706412
0.591892
2.87929
0.708333
1996
0.366693
1.553023
0.631325
2.778857
0.650549
1997
0.395098
1.57485
0.676923
2.702731
0.756081
1998
0.738118
1.822715
1.000000
2.568841
0.764957
1999
0.469942
1.897598
0.978947
2.736077
0.809756
2000
0.577993
1.924307
1.074667
2.936216
1.008943
2001
0.544264
1.743534
0.956944
2.780774
1.013793
2002
0.485422
1.725198
0.990667
2.742922
0.969291
2003
0.442316
1.711434
0.968354
3.179185
1.013986
2004
0.472557
1.858861
0.968605
3.416285
1.104938
2005
0.525192
1.852174
0.891919
3.551696
1.216384
2006
0.486961
1.866368
0.845763
3.509576
1.164423
2007
0.470493
1.731119
0.745833
3.369332
1.111741
     Sumber: IFS (CD-ROM)

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai net ekspor positif dari awal periode (1990) sampai akhir periode (2007). Pada tahun 1990 Indonesia mempunyai nilai ekspor sebesar US $ 25.675.000 dan impor sebesar US $ 21.837.000. Walaupun net ekspor Indonesia pada tahun 1990 positif, namun dilihat dari nilai ekspor impor Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan transaksi ekspor – impor Malaysia, Singapura, dan juga empor-impor Thailand. Pada tahun-tahun berikutnya ekspor dan impor Indonesia terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2007 ekspor Indonesia telah mencapai US $ 104.478.000 dan impor US $ 77.339.000 juga masih lebih rendah dibandingkan transaksi ekspor dan impor Malaysia, Singapura dan  Thailand. Transaksi ekspor dan impor Malaysia cenderung fluktuatif. Tahun 1990 nilai transaksi ekspor Malaysia sebesar US $ 29.452.000 dan impor sebesar US $ 29.257.000. Tahun 1991 net ekspor Malaysia negatif US $ 2.298.000, kemudian tahun 1992 dan 1993 kembali net ekspor positif. Setelah krisis ekonomi tahun 1998 net ekspor Malaysia terus tumbuh positif, sehingga sampai tahun 2007 nilai ekspor Malaysia telah mencapai US $ 176.187.000 sedangkan nilai impor sebesar US $ 147.002.000. Nilai transaksi ekspor dan impor Malaysia menempati peringkat kedua di antara negara-negara ASEAN 5 setelah Singapura.
Phillipina menjadi negara yang mempunyai nilai transaksi ekspor – impor di antara negara-negara ASEAN lainnya. Selain itu selama periode tahun 1990 – 2007 Phillipina hanya mengalami dua kali net ekspor positif yaitu pada tahun 1999 dan tahun 2000 selebihnya selalu negatif.  Transaksi ekspor Phillipina pada tahun 1990 hanya sebesar US $ 8.116.000 dan impor sebesar US $ 13.003.000. Sedangkan pada tahun 2007 nilai transaksi ekspor Phillipina sebesar US $ 49.519.000 dan impor sebesar US $ 57.905.000. Transaksi ekspor dan impor Singapura merupakan transaksi yang paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Walaupun negara kecil dengan penduduk hanya 4 juta jiwa, ternyata nilai ekspor maupun impor Singapura cukup besar. Dari tahun 1990 – 1997 net ekspor Singapura masih negatif, setelah krisis ekonomi tahun 1998 transaksi ekspor Singapura lebih besar dibandingkan dengan impor. Bila pada tahun 1990 transaksi ekspor sebesar sebesar US $ 52.729.000 (dua kali lipat ekspor Indonesia), pada tahun 2007 nilai transaksi ekspor Singapura telah mencapai US $ 300.459.000 atau hampir tiga kali lipat ekspor Indonesia. Transaksi ekspor dan impor Thailand menunjukkan hampir sama dengan tren transaksi Singapura, hanya saja dilihat dari nilai transaksinya ekspor dan impor Thailand lebih kecil dibandingkan transaksi ekspor impor Singapura. Dilihat dari segi ekspor pada tahun 1990 nilai transaksi ekspor Thailand sebesar US $ 23.068.000, tahun 1995 meningkat menjadi US $ 56.439.000, kemudian meningkat lagi pada tahun 2000 telah mencapai US $ 68.962.000, dan pada tahun 2007 ekspor Thailand telah menjadi US $ 124.572.000.

Pengaruh Trade openness dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara ASEAN
Estimasi data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan metode OLS. Data yang diestimasi merupakan data panel dari negara ASEAN selama tahun 1990–2007 sehingga diperoleh jumlah observasi sebanyak 90. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 4.1, dan hasil estimasi sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 5 berikut ini.



Tabel 5. Hasil Estimasi Pengaruh Trade Openness dan Investasi terhadap
 Pertumbuhan Ekonomi
Variabel
Parameter
Koefesien
Probabilitas
Kesimpulan
Statistik
Ekspetasi Arah
Trade Open (TO)

α1

63.51684

0.0000
Signifikan***
Sesuai
Investasi (INV)

α2

0.000391

0.0000
Signifikan***
Sesuai
F-statistic

37.24723
0.0000
Signifikan***
Sesuai
R-Squared


0.786267

Adjusted R-Squared


0.765158

 Sumber: data diolah (2010)

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel trade openness, investasi dan inflasi yang diestimasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. Nilai F statistik sebesar 37.24723 signifikan pada probabilitas 0,0000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel trade openness, investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. Dari hasil estimasi juga diperoleh Adjusted R-Square sebesar 0.765158 yang menunjukkan variasi kemampuan variabel trade openness, investasi menjelaskan pengaruhnya terhadap model pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN sebesar 76,5%, sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Dampak Trade Openness Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruh variabel trade openness terhadap pertumbuhan ekonomi positif. Variabel trade openness signifikan untuk α=1%. Rasio ekspor dan impor terhadap produk domestik bruto nominal (Trade Openness) secara statistik signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN dan mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Openness bagi Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand  memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonominya, ini bias diartikan bahwa kebijakan perdagangan yang diterapkan negara-negara tersebut sangat kondusif bagi peningkatan transaksi perdagangan internasional, baik itu melalui kebijakan pemberlakuan tariff ataupun quota.
Dengan demikian kebijakan pemerintah untuk melaksanakan berbagai kebijakan perdagangan internasional yang bertujuan untuk meningkatkan nilai trade openness dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi lalu lintas perdagangan antar negara merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan negara-negara Asean 5. Hal ini penting dilakukan karena trade openness memberikan dampak yang sangat besar terhadap upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan cepat. Adanya kebijakan ekspor dan impor dengan suatu sistem yang baru dan produktif sangat memungkinkan dilakukan pemerintah negara-negara Asean untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Dan sosialisasi peraturan pemerintah dalam bidang perdagangan antar negara perlu dilakukan, di mana masyarakat/pelaku perdagangan internasional agar sepenuhnya memahami secara baik peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Kondisi tersebut memungkinkan pelaku usaha dapat menentukan bidang usaha yang sesuai untuk dilakukan sehingga trade openness secara jangka panjang dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dampak Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Variabel investasi secara statistik mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0.000391. Investasi pada negara-negara Asean 5 memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonominya, yang berarti investasi yang ada pada negara-negara Asean adalah investasi yang padat modal dan bersifat jangka panjang. Dengan demikian transfer teknologi terjadi pada saat negara asing masuk ke negara-negara tersebut sehingga hal itu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah untuk mendorong bertambahnya jumlah investasi dengan melakukan promosi investasi sangat diharapkan agar pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan. Di lain sisi, perampingan birokrasi berkaitan dengan investasi merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mendorong investor lebih giat melakukan transaksi perdagangannya di negara – negara Asean.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menemukan bahwa Trade Openness, Investasi signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Trade Openness telah membawa dampak positif pada nilai perdagangan negara-negara anggota Asean yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara Asean  dan Investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Asean. Dari hasil perbandingan data antar negara Asean 5 diperoleh suatu gambaran bahwa negara-negara yang dapat melakukan peningkatan dalam trade openness dan investasi  yang bepengaruh terhadap  akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

REFERENSI
Abu-Qarn dan Abu-Bader (2007) Abu-Qarn, A. S. and Abu-Bader, S. (2007) “Sources of Growth Revisited: Evidence from Selected MENA Countries,” World Development, 35(5), 752-771.
Anonim (2007) ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit (FMSU) Database
Appleyard, Dennis R.; Field Jr., Alfred J. dan Cobb, Steven L, International Economics, MacGrow Hill/Irwin, New York, 2006.
Arora dan Vamvakidis (2005) Economic Spillovers, Finance and Development, lnternational Monetary Fund. Asian Development Bank, 1997. Volume 43, Nomor 3, Agustus.
Ben-David (1993) "Equalizing Exchange: Trade Liberalization and Income Convergence," The Quarterly Journal of Economics, MIT Press, vol. 108(3), pages 653-79, August.
Boyan Jovanovic & Saul Lach, 1991. "The Diffusion of Technology and Inequality Among Nations," NBER Working Papers 3732, National Bureau of Economic Research, Inc.
Clemens dan Williamson (2002) Why Did the Tariff-Growth Correlation Reverse After 1950?," NBER Working Papers 9181, National Bureau of Economic Research, Inc.
Easterly dan Rebelo (1993) "Fiscal policy and economic growth: An empirical investigation," Journal of Monetary Economics, Elsevier, vol. 32(3), pages 417-458, December.

Fontagne dan Mimouni (2000). Globalisation, performances commerciales et développement, Reflets et Perspectives de la vie économique, XLI(2): 27-39, Brussels.
Frankel, Jeffrey A Dan David Romer, (1999), Does Trade Cause Growth, The         American Economic Review,Vol.89.
Grossman, Gene M. Dan Helpman, Elhman (1990)”The New Growth Theory: Trade,Innovation And Growth”The American Economic Review,Vol 40,No.2.Hal 90-91
Halwani, Hendra. (2005). Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia
Jovanovic dan Lach (1990) "The Diffusion Of Technology And Inequality Among Nations," Working Papers 90-34, C.V. Starr Center for Applied Economics, New York University.
Krugman, Paul R and Maurice Obstfeld. (2000). International Economics, Fifth Edition, Pearson Education International.
Mankiw, N. Gregory. (2002). Principle Of Macroeconomic. International Student   Edition. Third Edition Singapore : Thomson South-Western
Sihite, Ricky Nelson B. (2007). Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asean, 1990-2004, Tesis Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Todaro, M.P.(2000). Economic Development. Harlow,: Addison Wesley.
Vamvakidis, Anathasios, (1999).  Regional Trade Agreement Or Broad Liberalization : Which Path Leads To Faster Growth. IMF Staff Papers, Vol. 46

2 komentar:

  1. Assalamualaikum.
    saya mau bertanya pak, bagaimana cara mendapatkan data terbaru dari IFS CD ROM? terima kasih sbelumnya.
    Wassalamualaikum.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum.,
    Saya adalah mhsiswa pascasarjana PWP di Untad, ada tugas mencari data Inflasi negara vietnam 5 tahun terakhir.
    Mohon bantuannya.

    BalasHapus