Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Sabtu, 03 Desember 2011

PENGARUH IKLAN TELEVISI PADA EKUITAS MEREK





Nurainun


Abstract: The purpose of this research is to identify the impact of television advertising on brand equity. Television advertising dimensions that used are informative/not informative, silliness and pleasure/disturbance. The dimensions of brand equity that used in this study are perceived quality, brand awareness, brand loyalty and brand image. There are twelve hypotheses propose in this study. To
answer the hypotheses, researcher employed the survey design and SEM (structural equation modelling) is used to test all hypotheses. The result shows there are positive relationship between informative/non informative with brand awareness, brand image, brand loyalty and perceived quality. There are negative relationship between pleasure / disturbance with brand awareness, brand image and perceived quality but positive relationship with brand loyalty. There are negative relationship between silliness with brand awareness and brand image, but positive relationship with brand loyalty and perceived quality.

Keywords: television advertising, brand equity


 
PENDAHULUAN
Komunikasi pemasaran merupakan bagian dari strategi pemasaran dan merupakan kunci utama dalam membangun ekuitas merek dan nilai produk perusahaan baik yang berupa barang maupun jasa. Salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang paling umum dan sering digunakan adalah periklanan (advertising). Periklanan merupakan sarana yang membantu pemasaran untuk menjalin komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dalam menghadapi pesaingnya.  Disamping itu iklan juga merupakan sumber informasi yang menarik bagi konsumen.
Tema iklan haruslah menarik sehingga konsumen tertarik dan terbujuk untuk berprilaku seperti yang diharapkan oleh perusahaan. Selain tema juga harus dipertimbangkan jingle dan siapa yang akan menjadi pemeran iklan (endorser) yang sesuai untuk produk yang diiklankan tersebut. Dan membuat konsumen berfikir kalau mereka memperoleh informasi yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Deis (2006) bahwa konsumen tidak akan membeli apa yang tidak mereka mengerti.
Dalam jangka panjang periklanan mempunyai dampak yang positif pada ekuitas merek (Jedidi Kamel, Mela dan Gupta, 1999). Begitu juga dengan iklan televisi. Iklan televisi dapat memperbaiki ekuitas merek (Kotler dan Keller, 2006). Menurut Aaker, Kumar dan Day (2004) ekuitas merek memiliki 5 dimensi yaitu kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen (perceived quality), loyalitas merek (brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), citra merek (brand association/ image) dan aset merek yang lain (paten, merek dagang dan lain-lain).
Merek digunakan oleh perusahaan untuk membedakan produknya dengan pesaing. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler dan Keller, 2006). Menurut Kotler dan Keller (2006) ekuitas merek adalah adalah nilai tambah yang melekat pada produk dan pelayanan. Ekuitas merek merupakan aset intangible penting yang mempunyai nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan. Definisi lain dikemukakan oleh Aaker, Kumar dan Day (2004) ekuitas merek adalah aset atau kewajiban (liabilities) yang dihubungkan dengan merek yang dapat menambah atau mengurangi nilai produk atau pelayanan bagi perusahaan dan atau konsumen. Aset atau kewajiban (liabilities) yang mendasari ekuitas merek harus dihubungkan dengan nama dan atau simbol dari merek. Ringkasnya ekuitas merek merupakan sumber yang bernilai untuk mencapai keunggulan kompetitif sehingga dari definisi-definisi tersebut sangat jelas bahwa ekuitas merek akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Ramos dan Franco (2005) dengan judul “The Impact of Marketing Communication and Price Promotion On Brand Equity.” Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunikasi pemasaran mempunyai pengaruh yang positif pada ekuitas merek. Dalam melakukan replikasi ini peneliti melakukan spesifikasi yaitu hanya fokus pada iklan televisi saja yang diukur dengan 3 dimensi yaitu informatif/ tidak informatif, kesenangan/ gangguan dan kebodohan (silliness) dengan tujuan replikasi adalah untuk mengidentifikasi pengaruh iklan televisi pada ekuitas merek (brand equity).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif, dimensi kesenangan/ gangguan, dimensi kebodohan (silliness) pada dimensi-dimensi ekuitas merek yaitu kesadaran merek (brand awareness), citra merek (brand image), loyalitas merek (brand loyalty) serta kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).

TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran merupakan pertukaran informasi dua arah antara pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Komunikasi pemasaran berarti perusahaan mencoba untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai produk atau merek yang mereka jual. Komunikasi pemasaran menunjukkan pandapat (voice) tentang merek dan dengan begitu perusahaan dapat membangun dialog dengan konsumen mereka mengenai produk yang mereka tawarkan. Komunikasi pemasaran dapat memberikan kontribusi bagi ekuitas merek dengan cara membangun merek pada ingatan dan keahlian dalam hal citra (image) produk (Kotler dan Keller, 2006).
Menurut Madhavaram, Vishag B, dan McDonald (2005) komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan juga akan membantu mereka dalam menghadapi persaingan di masa mendatang yaitu dengan menekankan pada aktivitas integrasi komunikasi merek produk mereka. Komunikasi pemasaran akan membantu perusahaan untuk memperoleh respon yang menguntungkan dari pelanggan. Komunikasi yang efektif dapat dicapai oleh perusahaan dengan menggunakan beberapa tahap yaitu mengidentifikasi target audiens, menentukan tujuan, mendesain komunikasi, menseleksi saluran dan menetapkan anggaran (Kotler dan Keller, 2006). Disamping itu produktivitas komunikasi pemasaran juga dapat mempercepat arus kas melalui beberapa cara. Investasi komunikasi pemasaran memberikan tingkat yang sama dari penjualan dan reputasi merek dengan sedikit periklanan dan pengeluaran untuk melakukan promosi. Produktivitas periklanan dan promosi penjualan akan mengurangi vulnerability dan volatility dari arus kas melalui pengurangan keinginan untuk beralih merek dan mengurangi biaya pelanggan. Pelanggan yang mempertahankan identitas merek perusahaan cenderung akan lebih responsif terhadap iklan dan promosi penjualan pada masa yang akan datang (Luo dan Naveen, 2006).
Menurut Hoefler dan Keller (2003) aktivitas komunikasi pemasaran meliputi semua bentuk yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan, public relation,  sponsorship, personal selling dan sebagainya. Secara luas, konsumen mungkin akan berbeda dalam memperhatikan suatu komunikasi, dengan cara mana mereka memproses komunikasi dan kemampuan mereka untuk mengingat isinya atau reaksi mereka untuk komunikasi. Memformulasikan komunikasi untuk mencapai respon yang diharapkan akan menyelesaikan tiga masalah yaitu apa yang harus dikatakan (strategi pesan), bagaimana cara mengatakannya (creative strategy) dan siapa yang harus mengatakannya (sumber pesan).


Iklan Televisi
Periklanan adalah setiap bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa oleh pihak sposor. Periklanan dapat digunakan oleh perusahaan untuk membangun citra (image) produk jangka panjang atau memicu penjualan. Periklanan dapat menjangkau konsumen yang secara geografik tersebar (Kotler dan Keller, 2006).
Menurut Denny (1988) iklan mengatur pemirsanya dengan 3 peran yaitu pertama, pemirsa sebagai teman bicara (interlocutor), disini pemirsa berpura-pura sebagai partisipan yang aktif dalam iklan Kedua, pemirsa sebagai pendengar (eavesdropper), disini pemirsa tidak secara langsung dituju tetapi mendengarkan interaksi yang ada. Dan pemirsa sebagai audiens dengan ditunjukkan pada suatu performance.
Menurut Kotler dan Keller (2006) iklan televisi mempunyai 2 kekuatan penting yaitu 1) dapat secara lebih efektif menunjukkan atribut produk dan membujuk untuk menjelaskan manfaat pada konsumen, 2) mendramatisir untuk melukiskan pada pengguna dan perumpamaan penggunaan, kepribadian merek dan sifat merek lain yang tidak nampak.
Dalam memasang iklan di televisi perusahaan dituntut untuk memperhatikan aspek informatif dari iklan tersebut. Hal ini disebabkan karena aspek tersebut merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan keefektifan suatu iklan televisi. Terdapat beberapa hal yang menjadi alasan bahwa iklan harus informatif(Aaker dan Noris, 2006)   yaitu  untuk memperoleh informasi yang bermanfaat, informasi mempunyai peran penting dalam program informasi pada konsumen yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan citra (image) atau untuk memperbaiki kepuasan konsumen . Iklan menggambarkan citra (image)/ emosional/ perasaan atau informasional/ rational/ kognitif
Menurut Aaker (1981) diantaranya terdapat 2 pertanyaan penting yang akan berdampak pada keefektifan iklan televisi yaitu apa yang orang pikirkan tentang iklan dan kenapa pemirsa (konsumen) menyukai beberapa iklan atau tidak menyukai iklan yang lain. Orang akan memberikan sikap yang berbeda mengenai iklan televisi. Beberapa konsumen akan mempunyai sikap yang positif maupun negatif terhadap iklan televisi secara keseluruhan. Perbedaan yang lain adalah mereka juga akan berbeda mengenai alasan yang melatarbelakangi perilaku mereka terhadap iklan televisi. Sehingga pemasang iklan harus mengetahui bagaimana pasar sasaran yang mereka miliki. Disamping itu beberapa perbedaan arah dan tingkat dalam mengevaluasi iklan untuk kategori produk dan merek mungkin akan relevan dengan semua kategori dan merek untuk perbedaan pasar sasaran secara demografik (Alwitt dan Paul, 1992).

Ekuitas Merek (Brand Equity)
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler dan Keller, 2006). Membangun merek yang kuat di pasar (market) merupakan tujuan dari banyak organisasi saat ini. Hal ini mempunyai kaitan dengan fakta bahwa ekuitas merek dapat digunakan untuk mendorong pada harga yang tinggi, market share yang besar, lebih responsif terhadap periklanan dan promosi penjualan, lebih awal dalam melakukan penetrasi pasar, dan lebih efisien dalam melakukan perluasan lini produk (Vidal dan Elena, 2005).
Ekuitas merek adalah nilai tambah yang melekat pada produk dan service. Nilai ini ditunjukkan dalam bagaimana konsumen berfikir, merasakan dan bertindak dengan memperhatikan merek seperti halnya harga, market share, dan keuntungan merek untuk perusahaan. (Kotler dan Keller, 2006). Membangun dan mengelola ekuitas merek dengan baik merupakan prioritas bagi banyak perusahaan. Untuk membangun ekuitas merek diperlukan beberapa persyaratan yaitu 1) identitas merek internal , 2) mengintegrasikan identitas merek ke dalam program pemasaran perusahaan secara keseluruhan seperti misalnya produk, harga, periklanan, promosi dan keputusan distribusi.  Disamping itu kekuatan ekuitas merek perusahaan dari komunikasi tergantung pada bagaimana dengan baik identitas merek diintegrasikan dalam mendukung program pemasaran (Keller dalam Madhavaram, Vishag B, dan McDonald, 2005).
Menurut Aaker, Kumar dan Day, 2004) ekuitas merek memiliki 5 dimensi yaitu Kesadaran merek (brand awareness), kesadaran merek mengarah pada kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa merek adalah anggota dari kategori produk tertentu. Citra Merek (brand association/ image), citra merek adalah segala sesuatu yang dihubungkan dengan ingatan terhadap merek. Menurut Faircloth, Capella dan Bruce (2001) brand association diperoleh melalui aktivitas bauran pemasaran perusahaan atau penggunaan produk, berperan untuk itu dan pada akhirnya mendefinisikan citra produk bagi konsumen. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), kualitas yang dipersepsikan dapat didefinisikan sebagai penilaian konsumen mengenai keunggulan atau kelebihan produk secara keseluruhan. Kualitas yang dipersepsikan merupakan penilaian subjektif dan tidak dapat diintepretasikan dengan cara yang ilmiah. Loyalitas Merek (brand loyalty), loyalitas merek adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu (Assael, 2001). Loyalitas merek menunjukkan hasil dari pengalaman pertama dari pembelian yang puas. Loyalitas merek dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti misalnya promosi yang dilakukan oleh pesaing.

Iklan Televisi dan Ekuitas Merek
Periklanan seringkali menjadi elemen sentral dari komunikasi pemasaran. Secara jelas periklanan merupakan elemen dari strategi komunikasi dan merupakan salah satu bagian penting dari komunikasi pemasaran dalam membangun ekuitas merek. Komunikasi perlu untuk proporsional dan seimbang menurut kebutuhan konsumen dan digunakan sebagai strategi untuk membangun ekuitas merek (Foreman, 2004).
Periklanan mempunyai kekuatan untuk membangun merek yang kuat. Dengan membangun posisi yang kuat di pasar, periklanan akan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengkomando harga yang tinggi untuk produknya dan pada akhirnya akan meningkatkan profit (Low dan Mohr, 2000). Menurut Ramos dan Franco (2005) periklanan yang diterima oleh konsumen mempunyai pengaruh yang positif terhadap ekuitas merek secara keseluruhan yaitu loyalitas, kesadaran, kualitas yang dipersepsikan dan image merek. Pendapat serupa dikemukakan oleh Edlin dan Harkin (2003) yang menyatakan bahwa periklanan mempunyai peran yang penting dalam membangun ekuitas merek. Iklan televisi dapat memperbaiki ekuitas merek (brand equity). Untuk meningkatkan nilai merek melalui periklanan harus dibedakan pesan merek yang dibutuhkan untuk diterima.
Kesadaran merek akan diperoleh melalui komunikasi pemasaran dan sebagai bagian dari komunikasi pemasaran periklanan dalam hal ini adalah iklan televisi merupakan salah satu alat promosi untuk produk di dalam pasar konsumen.
H1a : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada kesadaran merek (brand awareness).
H1b: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada kesadaran merek (brand awareness).
H1c: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kebodohan (siliness) pada kesadaran merek (brand awareness).
Asosiasi yang dihubungkan dengan gambaran mental yang konsumen rasakan setelah mengenali merek melalui pesan yang disampaikan oleh perusahaan. Asosiasi positif merupakan bentuk citra merek yang tinggi yang diberikan kepada konsumen melalui iklan dan kekuatan iklan.         
H2a: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada citra merek (brand image).
H2b: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada citra merek (brand image).
H2c: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kebodohan (silliness) pada citra merek (brand image).
Iklan yang dipersepsikan akan meningkatkan probabilitas merek termasuk di dalam kelompok alternatif yang konsumen pilih sehingga berikutnya proses pengambilan keputusan lebih sederhana pada waktu yang sama sebagai kebiasaan konsumen yang diciptakan dan pada akhirnya akan memungkinkan membentuk perilaku loyalitas merek.
H3a : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada loyalitas merek (brand loyalty).
H3b : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada loyalitas merek (brand loyalty).
H3c : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kebodohan (silliness) pada loyalitas merek (brand loyalty).
Hubungan dari iklan tidak hanya berpengaruh pada kualitas merek yang dterima oleh konsumen saja akan tetapi juga pada kualitas yang dipersepsikan oleh mereka.
H4a : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Ha4b: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Ha4c: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kebodohan (silliness) pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).

MODEL PENELITIAN
       Gambar 1. Pengaruh iklan televisi pada ekuitas merek (brand equity)


          IKLAN TELEVISI                                      EKUITAS MEREK (Brand Equity)
  










Informatif/ tidak informatif
 
 

+
 
Kesadaran merek (brand awareness)
 
                                        H1a  
+
 
                                           H2a  
+
 
                                             H3a  


Kesenangan/ gangguan
 
                                   H1b     H4a 

+
 
+
 
Citra merek (brand image)
 
                                        H2b 
+
 
                                             H3b  
                                              H4b        
H2c  
 
 Kebodohan (silliness)
 

+
 
H3c 
 
                                  H1c


+
 
Loyalitas merek (brand loyalty)
 
+
 
                                         


                                                 H4c
                                                                            +    +             
                                                                        +
Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
 
                             
                                       



Sumber: Dimodifikasi dari Ramos dan Franco (2005)

METODE PENELITIAN
Teknik dan prosedur pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dalam pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data secara langsung dengan membagikan kuesioner untuk diisi kepada responden yang memiliki kriteria sebagaimana yang ditentukan. Kuesioner dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan berdasarkan variabel yang diteliti.

Responden
Responden dalam penelitian ini adalah para mahasiswa yang berasal dari beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta di Yogyakarta baik yang menempuh jenjang studi S1 maupun S2.

Pertimbangan Pemilihan Sampel
Dalam riset metode ilmiah seharusnya menggunakan banyak sampel untuk meningkatkan validitas eksternalnya. Dengan memperhatikan hal tersebut maka dalam riset ini peneliti menggunakan responden mahasiswa yang berasal dari beberapa Perguruan Tinggi negeri maupun swasta di Yogyakarta dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan validitas eksternal dari penelitian dan dapat digeneralisasi pada waktu yang berbeda dan pada banyak tempat.

Metode Pengambilan Sampel
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non probability dengan menggunakan dua metode yaitu convenience dan  purposive sampling atau sampel bersyarat yaitu pemilihan sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah mahasiswa yang pernah menggunakan sabun mandi Lux dan pernah melihat iklan produknya di televisi yaitu iklan sabun mandi Lux saat ini yang dibintangi oleh dian Sastro. Disamping itu mereka adalah pengambil keputusan dalam membeli sabun mandi tersebut. Sampel yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat, sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 104 dari 110 kuesioner yang disebar.  Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Roscoe dalam Sekaran (1992) yang mengatakan antara lain bahwa ukuran sampel lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 pada kebanyakan penelitian sudah mewakili, dan jika sampel dibagi dalam subsampel maka setiap kategori diperlukan minimum 30 sampel.

Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah periklanan yaitu iklan televisi yang diukur dengan dengan dimensi informatif/ tidak informasi, dimensi kesenangan/ gangguan dan dimensi kebodohan (silliness) sedangkan variabel dependen adalah ekuitas merek yang diukur dengan menggunakan beberapa dimensi yaitu kesadaran merek (brand awareness), citra merek (brand image), loyalitas merek (brand loyalty) dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).

Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Periklanan adalah setiap bentuk presentasi nonpersonal yang dibayar dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor (Kotler dan Keller, 2006). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
2.      Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang melekat pada produk dan service (Kotler dan Keller, 2006). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
Periklanan dan ekuitas merek merupakan variabel kualitatif sehingga digunakan beberapa indikator atau dimensi untuk mengukurnya. Dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel independen adalah dimensi informatif/ tidak informatif, dimensi kesenangan/ gangguan dan dimensi kebodohan (silliness)  Definisi operasional masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Informatif adalah informasi iklan berisi kebenaran, lengkap, dapat dimengerti, relevan, mengenalkan dan cukup substantial untuk menjamin berlangsungnya suatu pemrosesan (Aaker dan Noris, 2006). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
b.      Kesenangan/ gangguan adalah sesuatu yang menyenangkan dari iklan yang mempunyai nilai yang dapat menganggu dan mengambil perhatian (Veronica dan Larsson, 2005). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
c.       Kebodohan (silliness)  adalah tidak adanya hubungan (disconnection) antara tujuan dari sangkalan pada iklan televisi (contoh memberikan konsumen akan kebutuhan informasi yang dapat menentukan produk yang ditawarkan tersebut positif dan negatif) dengan mana produk tersebut ditawarkan (Herbst dan David, 2006). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
Sedangkan dimensi yang digunakan untuk mengukur ekuitas merek yaitu kesadaran merek (brand awareness), citra merek (brand image), loyalitas merek (brand loyalty) dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Definisi operasional masing-masing dimensi dari ekuitas merek adalah sebagai berikut :
a.       Kesadaran merek (brand awareness) adalah kemampuan dari pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek adalah anggota/ bagian dari kategori produk tertentu (Lin dan Kao, 2004). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
b.      Citra merek (brand image) adalah persepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang dicerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan bersangkutan dengan nama merek tertentu dalam ingatannya (Tjiptono dkk, 2004). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
c.       Loyalitas merek (brand loyalty) adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek tersebut sepanjang waktu (Assael, 2001). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
d.      Kualitas yang dipersepsikan (perceived value) adalah penilaian subjektif yang diterima oleh konsumen berkaitan dengan keunggulan atau kelebihan produk (Ramos dan Franco, 2005). Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 point dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.

Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen dalam mengukur variabel penelitian. Pengukuran secara kualitatif dengan menggunakan face validity dan content validity. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan pertimbangan expert judgment. Sedangkan pengukuran secara kuantitatif dilakukan dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi suatu alat ukur. Reliabilitas merupakan syarat tercapainya validitas kuesioner dengan tujuan dapat menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dalam sebuah konstruk dan dapat digunakan kembali untuk mengukur variabel yang sama.. Reliabilitas instrumen kuesioner diuji dengan menggunakan Cronbach’s Alpha.

Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk mengukur pengaruh iklan televisi pada ekuitas merek adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model yang komplek dan memiliki beberapa sub model akan lebih perform ketika menggunakan SEM. SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan (Ferdinand, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil analisis faktor pada instrumen penelitian maka diketahui. Ada beberapa  pertanyaan yang harus dikeluarkan karena mengelompok di dua faktor, dan ada beberapa pertanyaan yang harus dilakukan rotasi beberapa kali karena beberapa pertanyaan dari dimensi yang berbeda mengelompok pada satu faktor. Sehingga dilakukan rotasi ulang. Dan hasil tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan uji reliabilitas.  Untuk variabel informatif/tidak informatif diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,7621. Nilai Cronbach alpha untuk Variabel kesenangan/gangguan adalah 0,7. Untuk variabel kebodohan (silliness) adalah 0,7641. Sedangkan nilai Cronbach Alpha untuk masing-masing dimensi ekuitas merek adalah 0,7808 (kesadaran merek), 0,7824 (citra merek),  0,8285 (loyalitas merek) dan 0,7649 (perceived quality).

Hasil Analisis SEM
Di dalam mengukur pengaruh iklan televisi pada ekuitas merek dengan permodelan SEM dalam penelitian ini asumsi-asumsi pengumpulan data dan pengolahan data yang dianalisis telah terpenuhi.

Tabel  1: Goodness of Fit
Goodness of Fit Index
Cut off Value
Hasil
Keterangan
Chi square

472, 860
Diharapkan nilai kecil
RMSEA
£0,08
0,062      
Baik
AGFI
³0,90
0,720      
Kurang baik
TLI
³0,95
0,840      
Kurang baik
NFI
³0,90
0,642      
Kurang baik
CFI
³0,94
0,857
Kurang baik
GFI
³0,90
0,767      
Kurang baik
CMIN/DF
£2,00
1,399
Baik

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa model secara keseluruhan bisa menjelaskan data yang sesungguhnya mengenai pola hubungan antar konstruk penelitian. Hal ini dijelaskan oleh indeks Goodness of Fit yang hampir mendekati persyaratan berdasarkan cut off value yang direkomendasikan (Ferdinand, 2000).
Berdasarkan kriteria goodness of Fit dari model yang diestimasi diperoleh nilai kesesuaian cukup baik pada RMSEA, AGFI, TLI, NFI, CFI, GFI dan CMIN/DF sehingga secara keseluruhan disimpulkan bahwa model struktural tersebut diterima walaupun dengan beberapa keterbatasan karena hal-hal berikut ini, pertama AGFI menunjukkan besaran 0,720 yaitu lebih kecil dari tingkat penerimaan sebesar lebih besar atau sama dengan 0,90. Kedua TLI menunjukkan besaran 0,840 yaitu lebih kecil dari tingkat penerimaan sebesar lebih besar atau sama dengan 0,95. Ketiga NFI menunjukkan besaran 0,642 yaitu lebih kecil dari tingkat penerimaan sebesar lebih besar atau sama dengan 0,90.    Keempat CFI menunjukkan besaran 0,857 yaitu lebih kecil dari tingkat penerimaan sebesar lebih besar atau sama dengan 0,94. Kelima GFI menunjukkan besaran 0,767 yaitu lebih kecil dari tingkat penerimaan sebesar lebih besar atau sama dengan 0,90.
Pengujian model yang menggunakan SEM yang mensyaratkan indikator-indikator yang digunakan pada masing-masing model harus mempunyai factor loading yang tidak berbeda untuk masing-masing konstruk yang diestimasi. Berikut ini intepretasi factor loading dari masing-masing konstruk:

Tabel 2: Regression Weight Models Measurement
Pengaruh
Critical Ratio (C.R)
Standardized Estimate
Informatif à kesadaran merek
3,433*         
0,463
Kesenangan/ gangguanà kesadaran merek
-0,386          
-0,044
Kebodohan (silliness) à kesadaran merek
-0,263          
-0,029
Informatif à citra merek
3,025*         
0,380
Kesenangan/ gangguanà citra merek
-0,308          
-0,035
Kebodohan (silliness) à citra merek
-1,298          
-0,147
Informatif à loyalitas merek
3,215*         
0,408
Kesenangan/ gangguanà loyalitas merek
1,590          
0,232
Kebodohan (silliness) à loyalitas merek
1,227          
0,137
Informatif à kualitas yang dipersepsikan
3,649*       
0,515
Kesenangan/ gangguanà kualitas yang dipersepsikan
0,065          
0,007
Kebodohan (silliness) à kualitas yang dipersepsikan
1,562          
0,185
Keterangan: * ® signifikan pada a = 0,05

Berdasarkan pada hasil analisis yang disajikan dalam tabel tersebut dapat diintepretasikan bahwa Ha1a  yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada kesadaran merek (brand awareness) diterima dengan ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 3,433 dan signifikan pada 0,05 dan H01a ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan kesadaran merek sehingga kesadaran konsumen akan meningkat jika dimensi informatif dari iklan ditingkatkan.       
            Ha2a yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada citra merek (brand image) diterima dengan ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 3,025  dan signifikan pada 0,05 sehingga H02a ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan citra merek sehingga semakin tinggi atau semakin baik dimensi informatif dari iklan suatu merek produk maka citra merek juga akan semakin meningkat.
Ha3a yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada loyalitas merek (brand loyalty) diterima yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 3,215 dan signifikan pada 0,05 sehingga H03a ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan loyalitas merek sehingga jika dimensi informatif dari iklan ditingkatkan maka loyalitas merek konsumen juga akan meningkat.  
            Ha4a  yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi informatif/ tidak informatif pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) diterima yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 3,649 dan signifikan pada 0,05 sehingga H04a diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan kualitas yang dipersepsikan sehingga semakin tinggi dimensi informatif dari iklan maka kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen juga akan semakin baik atau meningkat.    
            Ha1b yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada kesadaran merek (brand awareness) ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar -0,386 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga H01b yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada kesadaran merek (brand awareness) diterima. Hal ini menujukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan kesadaran merek (brand awareness).
Ha2b yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada citra merek (brand image) tidak terbukti atau ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar -0,308 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga dengan begitu H02b  yang menyatakan  tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada citra merek (brand image) diterima. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan citra merek (brand image).
            Ha3b yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada loyalitas merek (brand loyalty) ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 1,590 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga H03b yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada loyalitas merek (brand loyalty) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan loyalitas merek sehingga jika dimensi kesenangan ditingkatkan maka tidak akan berpengaruh pada  loyalitas merek konsumen.
Ha4b yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 0,065 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga H04b diterima yaitu tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kesenangan/ gangguan pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Ha1c yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kebodohan (siliness) pada kesadaran merek (brand awareness) tidak terbukti atau ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar -0,263 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga H01c yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dengan dimensi kebodohan (siliness) pada kesadaran merek (brand awareness) diterima. Hal ini menujukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kebodohan (siliness) dan kesadaran merek (brand awareness).
Ha2c yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dimensi kebodohan (silliness) pada citra merek (brand image)  tidak terbukti atau ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar -1,298 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga H02c yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dimensi kebodohan (silliness) pada citra merek (brand image) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kebodohan (silliness) dan  citra merek (brand image).
Ha3c yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dimensi kebodohan (silliness) pada loyalitas merek (brand loyalty) ditolak yang ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 1,227 dan tidak signifikan pada 0,05 sehingga H03c yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diterima dimensi kebodohan (silliness) pada loyalitas merek (brand loyalty) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara  dimensi kebodohan (silliness) dan loyalitas merek.
Ha4c yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dimensi kebodohan (silliness) pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) ditolak ditunjukkan oleh angka C.R. sebesar 1,562 dan signifikan pada 0,05 sehingga H04c yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari iklan televisi yang diukur dimensi kebodohan (silliness) pada kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara  dimensi kebodohan (silliness) dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).  
























Gambar 2. Pengaruh iklan televisi pada ekuitas merek (brand equity)

          IKLAN TELEVISI                                 EKUITAS MEREK (Brand Equity)
  









Informatif/ tidak informatif
 
 

+
 
Kesadaran merek (brand awareness)
 
                                                             3,433 (p...... 
-
 
                                            
-
 
                                                3,025 (p
                                               3,215 (p 

Kesenangan/ gangguan
 
                                   -0,386 (p 3,649 (p           
-
 
+
 
Citra merek (brand image)
 
                                        -0,308 (p       
-
 
                                             1,590 (p  
-1,298 (p 
 
                                              0,065 (p
 Kebodohan (silliness)
 
 

1,227 (p
 
+
 
                                  -0,263 (p
+
 
Loyalitas merek (brand loyalty)
 
+
 
                                         

                                                 1,562 (p
                                                                        -    +             
                                                                        +

Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
 
                             
                                      



Sumber: Dimodifikasi dari Ramos dan Franco (2005)

Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan penelitian
            Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan kesadaran merek sehingga kesadaran konsumen akan meningkat jika dimensi informatif dari iklan ditingkatkan.   Terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan citra merek sehingga semakin tinggi atau semakin baik dimensi informatif dari iklan suatu merek produk maka citra merek juga akan semakin meningkat. Terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan loyalitas merek sehingga jika dimensi informatif dari iklan ditingkatkan maka loyalitas merek konsumen juga akan meningkat.  Terdapat hubungan yang positif antara dimensi informatif/ tidak informatif dan kualitas yang dipersepsikan sehingga semakin tinggi dimensi informatif dari iklan maka kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen juga akan semakin baik atau meningkat.  Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan kesadaran merek (brand awareness) sehingga meskipun dimensi kesenangan/ gangguan meningkat atau menurun tidak akan berpengaruh pada kesadaran merek konsumen. Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan citra merek (brand image) sehingga meskipun dimensi kesenangan/ gangguan meningkat atau menurun tidak akan berpengaruh pada citra merek. Terdapat hubungan yang positif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan loyalitas merek sehingga jika dimensi kesenangan dari iklan ditingkatkan maka loyalitas merek oleh konsumen juga akan meningkat. Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kesenangan/ gangguan dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) sehingga meskipun dimensi kesenangan/ gangguan meningkat atau menurun tidak akan berpengaruh pada kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen. Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kebodohan (siliness) dan kesadaran merek (brand awareness) sehingga meskipun dimensi kebodohan (siliness) meningkat atau menurun tidak akan berpenagruh pada kesadaran merek (brand awareness) konsumen. Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi kebodohan (silliness) dan  citra merek (brand image) sehingga meskipun dimensi kebodohan (siliness) meningkat atau menurun tidak akan berpenagruh pada citra merek (brand image) dari produk yang diiklankan. Terdapat hubungan yang positif antara dimensi kebodohan (silliness) dan loyalitas merek sehingga loyalitas konsumen akan mengalami peningkatan atau penurunan sesuai dengan dimensi kebodohan (silliness) dari iklan. Terdapat hubungan yang positif antara  dimensi kebodohan (silliness) dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) sehingga persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh dimensi kebodohan (silliness) dari iklan.  
Penelitian ini juga mempunyai beberapa keterbatasan yaitu dalam penentuan dimensi-dimensi iklan televisi seperti yang sudah disebutkan dalam penelitian ini, peneliti tidak memperhitungkan dimensi lainnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini akan lebih bagus jika jumlahnya lebih besar karena para konsumen pengguna sabun mandi Lux tidak hanya terbatas pada mahasiswa saja. Adanya kemungkinan penilaian yang diberikan oleh responden melalui jawaban mereka pada kuesioner bias dan tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena tidak semua responden mendapat penjelasan secara mendetail dari peneliti tentang setiap butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner sehingga kemampuan mereka dalam memahami kuesioner tidak sama, meskipun kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Karena desin penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, seharusnya menggunakan eksperimen. Sehingga dapat mengidentifikasi pengaruh masing-masih dimensi lebih akurat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaku pasar dari hasil penelitian ini adalah para pemasar dalam mengiklankan produk hendaknya fokus pada 4 hal yaitu isi pesan, format pesan, struktur pesan dan sumber pesan dengan begitu diharapkan dapat mencapai tujuan dilakukannya program komunikasi pemasaran. Informasi pesan hendaknya diberikan secara jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen yang dituju sebagaimana diketahui dari hasil penelitian ini bahwa dimensi informatif akan membentuk ekuitas merek perusahaan dan merupakan salah satu dimensi penting dari iklan yang akan menentukan keefektifan iklan.



DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. (1981), “Viewer Perceptions of Prime Time Television Advertising,” Journal of Advertising Research, Vol. 21, pp. 15-17.
Aaker, D.A. (1984), “Measuring the information Content of Television Advertising,” Current Issues and Research in Advertising, pp. 93-108.
Aaker, D. A; V. Kumar; and G. S. Day (2004), “Marketing Research, 8th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Aaker, D.A; V; and Noris, Donald (2006), “Characteristics of TV Commercials Perceived as Informative,” Journal of Advertising Research, Vol. 22, pp. 61-70.
Alwitt, Linda F and Prabhaker, Paul. R (1992), “Functional And Belief Dimensions Of Attitudes To Television Advertising,Journal of Advertising Research, pp. 30-42.
Argyriou, Evmorfia; Kitchen P. J; and T. C. Melewar (2006), “The Relationship Between Corporate Websites and Brand Equity, ” International Journal of Marketing Research, Vol. 48, pp. 575-599.
Arikunto, S. (1992), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi                                                                                                                                                                                                                                      Revisi, Cetakan Kedelapan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Assael, H. (2001), Consumer Behaviour & Marketing Action, 6thed. Singapore: Thompson Learning.
Deis, Karen (2006), “Do You Make These Advertising Mistakes? Seven Common Errors Seen in Image Oriented marketing, ” Broker.
Denny, Rita (1988), “Pragmatic Dimensions of Advertising,” Advances in Consumer Research, pp. 260-261.
Edlin, Bev and Harkin Brenda (2003), “Building Brand Reputation,” Chartered Accountants Journal.
Faircloth, James B; Capella, L. M. and Bruce L. A (2001), “The Effect of Brand Attitude and Brand Image on Brand Equity,” Journal of Marketing, pp. 61-74.
Ferdinand, Augusty (2000), “Structural Equation Modelling Dalam Penelitian Manajemen,” Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Foreman, Susan (2004), “Integrated Communications, Advertising Effectiveness and Brand Equity, Manager Update, Vol. 15, No. 3, pp. 13-22.
Herbst, Kenneth C and Allan David (2006), “The Effects of  Brand Experience and An Advertisement’s Disclaimer Speed On Purchase: Speak Slowly or Carry A Big Brand,” International Journal of Advertising, pp. 213-222.
Hoeffler, Steve and Keller, K. L. (2003), “The Marketing Advantages of Strong Brands,” Henry Stewart Publications, Vol. 10, No. 6, August, pp. 421-445.
Lin, Chien Huang and Kao, D. T (2004), “The Impacts of Country of Origin on Brand Equity,” The Journal of American Academy of Business, Cambridge, pp. 37-40.
Jedidi, Kamel; Carl. F Mela; and Sunil Gupta (1999), “Managing Advertising and Promotion for Long Run Profitability,” Marketing Science, Vol. 18, No.1, pp. 1-22.
Kotler, P. and K. Keller (2006), “Marketing Management,” 12 th  ed. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.
Low, George S. and Mohr, Jakki J. (2000), “Advertising vs Sales Promotion: A Brand Management Perspective,” Journal of Product & Brand Management, Vol. 9, No. 6, PP. 389-414.
Luo, Xueming and Donthu, Naveen (2006), “Marketing’s Credibility: A Longitudinal Investigation of Marketing Communication Productivity and Shareholder Value,” Journal of Marketing, Vol. 70, October, pp. 70-91.
Madhavaram, Sreedhar; Badrinarayanan, Vishag and Robert E. McDonald (2005), “Integrated Marketing Communication (IMC) and Brand Identity As Critical Components of Brand Equity Strategy,” Journal of Advertising, Vol. 34, No. 4, pp 69-80.
Olsson, Veronica and Lorsson A. (2005), “Humor In Advertising,” Bachelor’s Thesis.
Ramos, Angel F. Villarejo and Franco, Manuel J. Sanchez (2005), “The Impact of Marketing Communication and Price Promotion on Brand Equity,” Henry Stewart Publications, Vol. 12, No. 6, August, pp. 431-444.
Sekaran, Uma. (1992), “Research Methods For Business”: A Skill Building Approach.3 rd ed., New York: John Wiley and Sons, Inc.
Tjiptono, Fandy dkk (2004), “Marketing Scale,” Andi Offset, Yogyakarta.
Vidal, Mariola P. and Ballester Elena D. (2005), “Sales Promotions Effects on Consumer Based Brand Equity,” International Journal of Marketing Research, Vol. 47, pp. 179-204.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar