Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Jumat, 30 Desember 2011

Fungsi Konsumsi


Putong (2003:184) membuat suatu hipotesa pendapatan absolut yang menyatakan bahwa bila pendapatan nasional naik dari sebelumnya, maka konsumsi juga akan ikut naik, tetapi besarnya kenaikan konsumsi tidak sebesar kenaikan pendapatan, sehingga umumnya besarnya tingkat tabungan akan semakin bertambah.
Dornbusch dan Fisher (1994:235) terdapat hubungan yang erat dalam praktek antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan disposibel. Lebih lanjut Dornbusch melihat bahwa individu merencanakan konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama hidup mereka. Lebih lanjut Dumairy (1996) menyebutkan konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan.
Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat lazim ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi tentulah fungsi konsumsi Keynesian:
                                                                                                 (2.1)
Atau,
C = C (Y – T)                                                                                           (2.2)
Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut consumption function (Mankiw, 2003:52). Secara lebih spesifik Keynes memasukkan komponen marginal propensity to comsume (MPC) ke dalam persamaan konsumsinya sehingga menjadi:
,        c0 > 0,       0 < c < 1                                                    (2.3) 
John Maynard Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung pada (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. James S. Duesenberry mengusulkan model lain. Berkaitan dengan hipotesisnya tentang pendapatan relatif, ia berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat bukan tingkat pendapatan efektif, maksudnya pendapatan rutin yang efektif diterima, tapi oleh tingkat pendapatan relatif (Dumairy, 1996).
Milton Friedman mengajukan model lain lagi, terkenal dengan hipotesis pendapatan permanen. Menurut Friedman tingkat pendapatan yang menentukan besar kecilnya konsumsi adalah tingkat pendapatan permanen. Tentu saja, selain tingkat pendapatan sebagai variabel pengaruh utama, terdapat kemungkinan beberapa variabel lain turut mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran konsumsi masyarakat. Untuk menghitung besarnya pendapatan permanen dari pendapatan ”rutin-faktual” berdasarkan data pendapatan yang ada, diasumsikan bahwa pendapatan permanen sekarang (YPt) berhubungan dengan pendapatan sekarang (Yt) dan pendapatan satu periode yang lalu (Yt-1) dalam bentuk:
                                       (2.4)
                                                                              (2.5)
Menurut model Evans (1969) jika fungsi konsumsi ditambahkan laju inflasi sebagai variabel lain yang diduga turut mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran konsumsi masyarakat, sehingga model lengkapnya:
                                                                                           (2.6)
Dimana, C merupakan konsumsi, YP sebagai variabel pendapatan permanen dan P sebagai variabel inflasi. Secara linear model konsumsi ini dapat dikongkritkan sebagai:
                                                                                (2.7)
Sukirno (2001) membedakan dua pengertian tentang kecondongan mengkonsumsi marjinal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata:
-        Kecondongan mengkonsumsi marjinal dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume) dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tambahan konsumsi dibagi dengan pertambahan pendapatan disposibel yang diperoleh;
                                                                                           (2.8)
-        Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan sebagai APC (Average Propensity to Consume) didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan disposibel, nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula:
                                                                                              (2.9)
Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok (Dumairy, 1996; Sukirno, 2001).
Konsumsi adakalanya tidak sesuai sebagaimana yang diharapkan, hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran. Fisher mencoba membuat persamaan yang menganalisis tentang batas anggaran untuk konsumsi pada dua periode, yaitu; pada periode pertama tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi:
S = Y1C1                                                                                             (2.10)
Dimana S adalah tabungan. Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga tabungan) ditambah pendapatan periode kedua, yaitu:
C2 = (1 + r) S + Y2                                                                                 (2.11)
Dimana r adalah tingkat bunga riel. variabel S menunjukkan tabungan atau pinjaman dan persamaan ini berlaku dalam kedua kasus. Jika konsumen pada periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumen menabung dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi pendapatan periode pertama, konsumen meminjam dan S kurang dari nol. Untuk menderivasi batas anggaran konsumen, maka kombinasi persamaan (2.10) dan persamaan (2.11) menghasilkan:
C2 = (1 + r) (Y1C1) + Y2                                                                     (2.12)
Persamaan ini menghubungkan konsumsi selama dua periode dengan pendapatan dalam dua periode. Preferensi konsumen yang terkait dengan konsumsi dalam dua periode bisa ditampilkan oleh kurva indeferens. Kurva ini menunjukkan kombinasi konsumsi periode pertama dan periode kedua yang membuat konsumen tetap merasa senang.


 
















Gambar 1: Preferensi Konsumen Selama Konsumsi
Periode Pertama dan Kedua


Gambar 2.1 di atas menunjukkan dua dari banyak kurva indeferen. Kurva indeferen yang lebih tinggi seperti IC2 lebih disukai daripada kurva indeferen yang lebih rendah IC1. Konsumen tetap merasa senang mengkonsumsi pada titik W, X dan Y, tetapi lebih menyukai titik Z  (Mankiw, 2003:431).
Selanjutnya masih dalam Mankiw (2003:439) Franco Modigliani dalam analisis hipotesis daur hidupnya membuat persamaan yang memasukkan periode waktu dan kekayaan. Seorang konsumen yang berharap hidup selama T tahun, memiliki kekayaan W dan mengharapkan menghasilkan pendapatan Y sampai ia pensiun selama R dari sekarang, maka persamaannya dapat ditulis:
C = (W + RY)/T                                                                                     (2.13)
Sehingga fungsi konsumsi seseorang dapat ditulis;
C = (1/T) W + (R/T)Y                                                                            (2.14)
Jika setiap orang dalam perekonomian merencanakan konsumsi seperti ini, maka konsumsi agregat serupa dengan fungsi konsumsi individual. Bisanya, konsumsi agregat tergantung pada kekayaan dan pendapatan. Oleh karena itu fungsi konsumsi perekonomian adalah:
C = αW + βY                                                                                         (2.15)
Dimana parameter α adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari kekayaan dan parameter β adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari pendapatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar