Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Jumat, 30 Desember 2011

Faktor produksi


2.1.3.1  Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi yang efesien. Dalam proses produksi tidak
ada perbedaan  antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada produksi.
Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan tejadinya peningkatan output dimasa mendatang (Todaro, 1998).
Menurut Mubyarto (1994)  Modal adalah barang atau uang yang secara bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru yaitu output. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas,  bertambahnya ketrampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi. T.W.Schultz (dalam Mubyarto, 1994) mengusulkan dengan tegas perbedaan antara modal manusiawi dan modal fisik. Berhubungan dengan modal manusiawi adalah hubungan antara modal dan teknologi, disini ditekankan bahwa teknologi tidak lain adalah cara-cara atau metode yang dapat menurunkan biaya produksi dan menaikan hasil produksi. Bagi tenaga kerja  pengetahuan menganai cara – cara atau metode – metode baru dapat dibedakan pengetahuan dalam bersifat teknis dan pengetahuan bersifat organisatoris atau manajerial.

2.1.3.2  Tenaga Kerja
Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan dibidang bisnis/perusahaan penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar   kecilnya   tenaga   kerja yang dibutuhkan dan  pula membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (terampil). Biasanya perusahaan  kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja  dan mempunyai keahlian. Dalam analisa ketenagakerjaan sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan dalam perusahaan, hal seperti ini sangat penting untuk melihat alokasi sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan (Sukartawi 2002).
Di Negara-negara yang sudah maju, kemajuan tenaga kerja diukur dengan tingginya produktivitas tenaga kerja, semua usaha diarahkan untuk meningkatkan produktivitas. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling terbatas jumlahnya, dalam keadaan ini mesin-mesin penghemat tenaga kerja (labor saving) ditemukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas output yang dihasilkan (Mubyarto  1994)
Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam  hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta harga outputnya (Nopirin, 1996). Pengusaha cenderung menambah tenaga kerja selama produk marginal (nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga kerja) lebih tinggi dari pada cost yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja.

1 komentar:

  1. Assalamualaiku wr wb, Informasi yang sangat membantu, Tolong posting faktor produksi lainnya seperti Kewirausahaan dan SDA. Terimakasih Kanda...

    BalasHapus