Kebanyakan obligasi ini diterbitkan oleh pemerintah dan menurut 
kantor berita Reuters, penerbit terbesar adalah Inggris diikuti Israel, 
Swedia, AS, Kanada dan Australia. Tetapi banyak perusahaan juga 
menerbitkan obligasi terkait indeks, khususnya perusahaan yang bergerak 
dalam bidang komoditi, utiliti 
dan pengecer barang lain yang harganya 
dipengaruhi oleh laju inflasi. Mereka menggunakan obligasi indeksasi 
karena mereka merasa bahwa penghasilan mereka akan naik atau turun jika 
laju inflasi naik atau turun.
Di sisi lain, obligasi berindeks inflasi juga memberi penerbit perlindungan dari risiko inflasi. Dengan menerbitkan obligasi berindeks inflasi,
 penerbit dapat menurunkan biaya bunga atas obligasi yang diterbitkannya
 karena obligasi ini menghilangkan premi risiko yang sering menjadi 
bagian dari yield dalam obligasi yang ditebus dengan nilai nominal. Yang
 dimaksud sebagai premi risiko di sini adalah selisih antara bunga 
nominal dalam obligasi biasa dikurangi laju inflasi. Lebih jelasnya 
begini. Besaran yield dari obligasi yang ditebus pada nilai nominal pada
 umumnya adalah penjumlahan dari 3 komponen, yaitu real yield, perkiraan
 laju inflasi sepanjang tenor obligasi dan premi risiko inflasi. Karena 
obligasi berindeks inflasi bebas dari risiko inflasi, maka yieldnya 
tidak mengandung premi risiko inflasi. Artinya, kalau laju inflasi aktual sama dengan perkiraan inflasi, maka biaya obligasi berindeks inflasi akan lebih kecil dari pada biaya obligasi biasa yang mengandung unsur premi risiko inflasi.
Bagi
 pemodal, manfaat utama obligasi berindeks inflasi adalah karena 
obligasi tersebut memberi pemodal aset jangka panjang dengan yield riil 
tetap yang bebas dari risiko inflasi. lni berbeda dengan pemodal di 
obligasi biasa yang secara historic terpapari pada risiko inflasi. 
Pemodal dalam obligasi berindeks inflasi termasuk orang yang menghindari
 risiko inflasi. Mereka ini bersedia menerima tingkat hasil yang relatif
 rendah di obligasi indeksasi dari pada pemodal rata-rata. Oleh pemodal,
 instrumen berindeks inflasi juga digunakan untuk transaksi lindung 
nilai (hedging). Pemodal obligasi tipe ini mencakup dana pensiun, 
perusahaan manajemen investasi dan individu yang mencoba melindungi daya
 beli uangnya di kemudian hari. Banyak perusahaan juga berinvestasi di 
obligasi indeksasi untuk menjamin bahwa biaya operasi jangka panjang 
tidak terganggu karena adanya inflasi. Jenis surat utang baru ini 
dirancang untuk semua kategori pemodal yang menginginkan jaminan hasil 
riil.
Permintaan akan efek seperti ini tumbuh pesat di Eropa, 
seperti ditunjukkan dalam dana pensiun di Inggris. Mereka 
menginvestasikan sekitar 22% dari rata-rata portofolionya di portofolio 
pada tahun 2002. Dari alokasi ke obligasi ini bagian terbesarnya adalah 
di index-linked bond, yang secara keseluruhan mewakili 8% dari total 
portofolio. Diperkirakan, pangsa index-linked bond dalam portofolio dana
 pensiun terus meningkat. Semula, ekuiti digunakan sebagai instrumen 
utama bagi para pengelola dana pensiun untuk melindungi aset mereka dari
 inflasi. Akan tetapi, kemerosotan pasar ekuiti dan kemudian berbagai 
skandal korporat dunia telah mengguncang keyakinan pemodal ekuiti, 
termasuk para pengelola. Sebagai gantinya mereka kemudian mulai 
memindahkan sebagian dana mereka ke efek pendapatan tetap. Guna 
melindungi diri dari laju inflasi, mereka memilih obligasi indeksasi, 
khususnya yang beracuan laju inflasi. Selain itu, obligasi ini juga 
menjadi sarana diversifikasi.
Manfaat obligasi indeksasi lebih 
terasa untuk investasi panjang karena risiko inflasi dalam jumlah 
signifikan pada umumnya terjadi dalam jangka panjang. Selain itu, 
perubahan laju inflasi mempunyai dampak lebih kecil pada nilai obligasi 
jangka pendek dari pada obligasi jangka panjang. Oleh karena itu, baik 
penerbit dan pemodal lebih tertarik pada obligasi indeksasi yang 
memiliki tenor panjang dari pada obligasi indeksasi bertenor lebih 
pendek.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar