Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Selasa, 17 Januari 2012

Analisis Kelayakan Usaha Kilang Padi


Analisis Kelayakan Usaha Kilang Padi
Di Kecamatan Tanah Pasir Pasca Tsunami
(Study Kasus Kilang Padi Usaha Bersama)
Husaini*
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Email : saini_um@yahoo.com
ABSTRACT
This research is to analyze the prospect of rice production that produced by Usaha Bersama at Kecamatan Tanah Pasir and the factors which face by owner in development of firm. The data was analyzed by Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Gross Benefit Cost Ratio, Profitability Ratio, Pay Back Period, dan Break Event Point. The result of research of Usaha Bersama were Net Present Value (NPV) Rp. , Internal Rate of Return (IRR) 25.33%,  Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1.42, Gross B/C 1,64,  Profitability Ratio (PR) 1.73 and Pay Back Period (PBP) Usaha Bersama could refundable in first year production. Besides that, the challenges of production are lack of capital, rice production, quality of rice and price.
Key words:  BEP, Gross B/C, Net B/C, NPV, IRR, and PBP.


Pendahuluan
Industri kecil harus mendapat perhatian yang serius bagi pemerintah, karena  industri kecil secara umum memanfaatkan potensi alam yang ada pada suatu daerah. Kondisi ini akan menciptakan efficiency cost production bagi perushaan.  Sementara dari sisi lain akan meningkatkan pendapatan masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurut Tunggal (1996:58) industri merupakan himpunan semua penjual suatu produk, di mana produk yang dihasilkan tersebut merupakan pengolahan dari suatu bahan tertentu untuk menghasilkan jasa pelayanan atau produk dalam bisnis.
Dalam pada itu, pasca gempa dan tsunami di Kecamatan Tanah Pasir pendapatan petani mengalami penurunan yang sangat tinggi.  Ini disebabkan sebahagian dari lahan pertanian yang dipakai petani tidak dapat digunakan lagi karena telah mengandung garam, sehingga tidak dapat dipakai untuk lahan pertanian. Pada dasarnya masyarakat Kecamatan Tanah Pasir menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Kehidupan para petani rata-rata masih sederhana, baik ditinjau dari segi pendidikan, pendapatan, jenis bibit yang digunakan dan juga pupuk serta obat-obatan dan peralatan.
Kerusakan lahan yang dialami petani sangat berdampak terhadap produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir karena mereka tidak dapat menghasilkan pada lagi. Kondisi ini akan menurunkan produksi pada secara keseluruhan di Kec. Tanah Pasir. Namun demikian, pengembangan usaha kilang padi sangat baik untuk di kembangkan karena pasca tsunami kerusakan kilang padi mencapai 90%. tuhkan waktu yang lama agar lahan tersebut dapat dipergunakan lagi.
Dari data yang diperoleh dari kantor Pertanian Kec. Tanah Pasir (2008) dikatakan bahwa jumlah produksi padi sawah di Kecamatan Tanah Pasir sebelum tsunami sebesar 2.454 ton dan setelah tsunami jumlah produksi menurun menjadi 1.634 ton. Hal ini mengambarkan bahwa terjadinya penurunan produksi padi sawah setelah bencana tsunami  yaitu mencapai 819 ton. Meskipun demikian, kilang padi yang sudah rusak perlu dibangun kembali agar produksi beras terus berjalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Maka dari itu penulis ingin mengkaji lebih lanjut yang membahas mengenai “Prospek  Kelayakan Usaha Pabrik Padi Di Kecamatan Tanah Pasir Pasca Tsunami (Studi Kasus Kilang Padi Usaha Bersama).
Tujuan Penelitian
Dari fenomena di atas tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah
Untuk menganalisis apakah usaha pabrik padi di Kecamatan Tanah Pasir  memiliki prospek yang layak untuk dikembangkan dilihat dari analisis kriteria investasi setelah terjadi tsunami.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan   pengusaha pabrik padi dalam mengembangkan usahanya.
Tinjauan Pustaka
Studi Kelayakan Bisnis
Ibrahim (2003:4) mengatakan, studi kelayakan bisnis merupakan “gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan disusun secara terperinci dan teratur serta kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan manfaat di samping dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknis maupun operasional”.
Siagian dan Asfaliani (1997:231), mengatakan bahwa analisis kelayakan bisnis merupakan suatu analisis formal (resmi) terhadap suatu rencana investasi dari suatu peluang usaha yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat investasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan biayanya. Menurut Nitisemito dan Burhan (1991:9) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak ayau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.
Aspek-Aspek Kelayakan Investasi
Ibrahim (2003:6) mengatakan bahwa Aspek Pemasaran bertujuan untuk menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang di hasilkan dapat mendukung perkembangan usaha yang akan di laksanakan” Adapun yang menjadi faktor penentu kelayakan usaha dapat di nilai dari segi daya serap pasar terhadap produk yang di hasilkan, prospeknya di masa yang akan datang, pangsa pasar dan bagaimana strategi yang di gunakan nantinya.
Selanjutnya adalah penelitian terhadap aspek organisasi dan manajemen untuk menilai dan mengukur kesiapan dan kemampuan pihak pengelola perusahaan dalam menjalankan usahanya kemudian mencari bentuk organisasi yang sesuai dengan usaha yang di jalankan yang menyangkut seperti jumlah karyawan, skill yang di perlukan dan jumlah upa/gaji karyawan. Pembahasan ini bertujuan untuk menilai dan menentukan tentang kebijaksanaan personalia yang perlu dilakukan.
Aspek ekonomi dan keuangan merupakan aspek untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang di keluarkan, dari sini akan terlihat pengembalian uang yang di tanamkan seberapa lama akan kembali. Penilaian yang di lakukan dalam bidang keuangan menyangkut dengan investasi, modal kerja, biaya operasi dan biaya pemeliharaan, serta perhitungan pendapatan yang mungkin di terima.
Penelitian yang selanjutnya adalah untuk menilai manfaat ekonomi dan sosial dengan di jalankan bisnis tersebut bagi masyarakat. Yang terakhir adalah aspek lingkungan yang merupakan salah satu aspek  untuk mendapat perhatian,  
Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi membantu para pengusaha untuk menilai sejauhmana suatu kegiatan atau suatu proyek layak atau tidak dilakukan. Evaluasi proyek dapat digunakan sebagai alat untuk menilai suatu kegaiatn yang ada ataupun yang akan dilaksanakan layak atau tidak bila diusahakan.
Ibrahim (2003:141) mengatakan bahwa “tujuan dari pehitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui sejauhmana gagasan usaha (proyek) yang direncanakan atau dijalankan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat dari financial benefit maupun social benefit.”
Suatu kegiatan usaha dari segi sosial pada umumnya adalah kegiatan-kegiatan yang keuntungannya di hitunh atau di nilai dari segi manfaat yang diberikan terhadap perekonomian masayarakat secara keseluruhan. Sedangkan dari segi finanasial adalah kegiatan yang di nilai dari segi penanaman investasiyang akan memberikan keuntungan secara finansial. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan layak, pelaksanaannya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor yang tidak dapat terkontrol seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah dan disamping data yang digunakan tidak relevan.
Net Present Value (NPV)
Net Present value (NPV) merupakan salah satu pengkriteriaan usaha dari segi perbandingan kas  dalam suatu usaha. Untuk menghitung Net Present Value (NPV) dalam menjalankan sebuah gagasan usaha diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.
Menurut Kasmir (2003:157) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value (NPV). Sedangkan menurut Ibrahim (2003:142) Net Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah di diskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount  factor.
Apabila hasil perhitungan dari Net Present value (NPV) lebih besar dari nol maka dapat dikatakan usaha atau proyek tersebut feasible atau layak untuk dijalankan dan jika Net Present Value (NPV) kecil dari nol maka tidak layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan NPV sama dengan nol ini berarti proyek atau usaha tersebut berada dalam keadaan break event point (BEP) di mana TR = TC dalam bentuk present vulue.
Internal Rate of Return (IRR)
Ukuran kedua dalam perhitungan kriteria investasi adalah Internal rate of Return (IRR). Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan bahwa tingkat bunga yang akan menghasilkan present value dari sebuah proyek atau usaha sama dengan nol.
Menurut Ibrahim (2003:140) memberikan dcfinisi Internal Rate of Return (IRR) sebagai " tingkat bunga yang dapat membuat Net Present Value dari sebuah usaha sama dengan nol, karena present value dari cash in  flow pada tingkat bunga tersebut sama dengan internal investasinya". Selanjutnya, Suharto (1992:54) mengatakan "Internal Rate of Return (IRR) sebagai tingkat bunga yang menyamakan antara nilai sekarang dengan aliran kas keluar yang diharapkan".
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila hasil perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dari usaha tersebut lebih besar dari bunga pinjaman maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Dan sebaliknya apabila Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh lebih kecil dari pada bunga pinjaman yang berlaku dalam masyarakat maka usaha tersebut tidak layak untuk diteruskan karena akan mendatangkan kerugian bagi pelaksananya.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Ibrahim (2003:49) menyatakan Net Benefit Cost Ratio (NET B/C) merupakan hasik nilai perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif (-). Selanjutnya, Suharto (1992) mengatakan Net Benefit Cost Ratio (NET B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif (-).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Kasmir (2003: 51) menyatakan hasil nilai perbandingan antara benefit  kotor yang telah di discount dengan biaya secara keseluruhan yang telah di discountSelanjutnya, Suharto (1992) mengatakan adalah perbandingan antara benefit  kotor yang telah di discount dengan biaya secara keseluruhan yang telah di discount.
Profitability Ratio (PR)
Analisis Profitabilitiy Ratio akan digunakan untuk mengukur perbandingan   antara selisilih benefit dengan biaya operasional dan pemeliharaan dibanding dengan besarnya investasi yang akan dikeluarkan. Ibrahim (2003:152) mengatakan profitability ratio  merupakan suatu ratio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi."
Kasmir (2003:163) menyebutkan bahwa " Profitability Ratio (PR) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi." Nilai dari masing­masing variabel dalam bentuk present value atau nilai yang telah di discount dengan discont factor dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) yang berlaku dalam masyarakat.
Pay Back Period  (PBP)
Menurut Ibrahim (2003:154) Pay Back Period (PBP) adalah jangka aktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan  cash in flows. Kasmir (2003:163) menyebutkan Pay back period (periode pengembalian) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari proyek/usaha yang dijalankan.
Break Event Point (BEP)
Kasmir (2003:163) menyebutkan Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost.” Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek/usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Ibrahim (2003:22) menyatakan Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost.”

Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman  (2000) tentang Analisis Pengembangan Usaha Pabrik Padi di Desa Blang Mee Lhok Nga. Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah bagaimana  analisis pengembangan usaha pabrik padi di Desa Blang Mee Lhok Nga. Hasil dalam penelitian ini adalah pengembangan pabrik padi di Desa Blang Mee sangat baik ini dapat dilihat dari tingginya tingkat pekerjaan penduduk di sekitar desa Blang Mee adalah petani dan 75% dari area tanah  digunakan untuk bertani sehingga pabrik padi sangat penting  bagi masyarakat tersebut.
Yacob (2002) yang menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi kilang padi dalam memenuhi kebutuhan beras di Kecamatan Nisam dan Dewantara. Hasil dalam penelitiannya menunjukkan faktor yang diobservasi yaitu faktor lahan pertanian (X1), tenaga kerja (X2), modal (X3), manajemen (X4) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap proses produksi kilang padi dalam memenuhi kebutuhan beras di Kecamatan Nisam dan Dewantara.
Tarmizi, (2003) menganalisis tentang Sistem Poduksi Pada Kilang Padi CV. Indomas Krueng Mane Aceh Utara. Ruang  lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah sistem produksi kilang padi pada CV. Indomas dalam menghasilkan beras bermutu serta mendukung pengadaan pangan nasional. Hal yang menjadi penelitian ini adalah sistem informasi produksi, peralatan produksi, pengawasan internal,  perawatan dan pemeliharaan mesin produksi sistem pengadaan bahan baku produksi dan pelaksanaan sistem produksi pada kilang padi CV. Indomas Krueng Mane dan pengawasan mutu. Hasil penelitiannya adalah sistem produksi yang dilakukan oleh CV. Indomas mampu memaksimalkan hasil yang diperoleh dari beras yang bermutu sehingga memuaskan para konsumen.
Hipotesis
Hipotesis  dalam penelitian ini yaitu :
Ho       :           Pabrik Padi Usaha Bersama di Kecamatan Tanah Pasir tidak memiliki      prospek untuk dikembangkan dilihat dari analisis kriteria investasi setelah terjadi Tsunami.
Hi        :           Pabrik Padi Usaha Bersama di Kecamatan Tanah Pasir memiliki prospek untuk dikembangkan dilihat dari analisis kriteria investasi setelah terjadinya Tsunami
Metodologi Penelitian
Objek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Padi Usaha Bersama di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara. Objek yang diamati adalah semua asset yang ada di perusahaan dan tingkat produksi yang dilakukan pasca Tsunami.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha pengumpulan data sebagai bahan analisis dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha mendapat data, yaitu:
Data primer
Data yang dikumpulkan penulis secara langsung dari sumbernya baik melalui daftar pertanyaan maupun wawancara dengan pihak yang bersangkutan.
Data sekunder
Data yang didapatkan penulis melalui observasi langsung pada objek penelitian atau dari literatur lain baik itu dari bahan bacaan atau dari internet dan instansi terkait.
Definisi Operasional Variabel
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan    perbandingan    antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value (NPV).
Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) menunjukkan bahwa tingkat bunga yang akan menghasilkan present value dari sebuah proyek atau usaha sama dengan nol.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif.
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perbandingan antara benefit   kotor yang telah di dicount dengan biaya secara keseluruhan  yang telah di discount.
Profitability Ratio (PR)
Analisis Profitability Ratio akan di gunakan untuk mengukur perbandingan  antara selisih benefit dengan biaya operasional dan biaya pemeliharaan di banding dengan besarnya biaya yang akan dikeluarkan.
Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period (periode pengembalian) merupakan jangka waktu yang   dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan – penerimaan yang diperoleh dari proyek /usaha yang dijalankan.
Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok da mana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek/usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan biaya pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.

Metode Analisis Data
Untuk menganalisa data digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 
Net Present Value (NPV)
di mana :
NB = Benefit – cost
 i     = Discount Factor
 n     = Tahun (waktu)
Internal Rate of Return (IRR)
Di mana :
                        = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
                        = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C
Di mana :
 = Benefit yang telah didiscount
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C    
Di mana :
B = Benefit yang telah didiscount
C = Cost yang telah didiscount
i  = Tingkat Bunga
n = Periode waktu tahun ke n
Profitability Ratio (PR)
PR =
Di mana :
PR       =  Profitability Ratio
        =  Jumlah Investasi yang telah didiscount
n          =  Periode waktu tahun ke n
  =  Jumlah Benefit yang telah didiscount
Pay Back Period (PBP)
PBP =     
Di mana :
PBP   = Pay Back Period
   = Tahun sebelum terdapat PBP
      = Jumlah Investasi yang telah di discount
 Jumlah Benefit yang telah di discount sebelum PBP
    =  Jumlah Benefit pada PBP berada
Break Event Point (BEP)
BEP =
Di mana:
BEP  = Break Event Point
   = Tahun sebelum terdapat BEP
   = Jumlah total cost yang telah di discount
 Jumlah benefit yang telah di discount sebelum BEP
     = Jumlah Benefit pada Break Event Point berada.
Kriteria Pengujian
Untuk pengujian terhadap data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Net Presen Value (NPV)
Bila nilai NPV > 0 (nol) maka usaha atau proyek tersebut layak (feasible) untuk dikerjakan.
Bila nilai NPV < 0 (nol) maka usaha atau proyek tersebut tidak layak (non feasible)  untuk dikerjakan.
Bila nilai NPV = 0 (nol) maka usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Internal Rate of Return (IRR)
Bila nilai IRR > SOCC maka usaha atau proyek tersebut layak (feasible)  untuk dikerjakan.
Bila nilai IRR < SOCC maka usaha atau proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Bila nilai IRR = SOCC maka usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Bila nilai Net B/C > 1 maka usaha atau proyek tersebut feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai Net B/C < 1 maka usaha atau proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Bila nilai Net B/C = 1 maka usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Bila nilai Gross B/C > 1 maka usaha atau proyek tersebut feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai Gross B/C < 1 maka usaha atau proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
Bila nilai Gross B/C = 1 maka usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Profitability Ratio (PR)
Bila nilai PR > 1 maka usaha atau proyek tersebut feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai PR < 1 maka usaha atau proyek tersebut tidak l feasible (layak) untuk dikerjakan.
Bila nilai PR = 1 maka usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan Break Even Point (BEP)
Pay Back Period (PBP)
Jangka waktu sejauh mana sebuah usaha yang dijalankan bisa menutupi seluruh investasi yang dikeluarkan.
Break Event Point (BEP)
Jangka waktu sejauh mana sebuah usaha bisa menutupi seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan di mana TR = TC

Hasil Penelitian
Perkiraan Jumlah Investasi Kilang Padi Usaha Bersama
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diketahui bahwa untuk mendirikan sebuah usaha kilang padi diperlukan sejumlah investasi tertentu. Perkiraan jumlah investasi ini menggambarkan bahwa jumlah investasi yang dibutuhkan dari pendirian usaha kilang padi. Perkiraan jumlah investasi dari usaha kilang padi Usaha Bersama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Rincian Biaya Investasi Pada Kilang Usaha Bersama
di Kecamatan Tanah Pasir

No
Uraian
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Total Nilai
(Rp)
1
Pembelian Tanah
1000
           30.000
   30.000.000
2
Bangunan Pabrik
1
     40.000.000
   40.000.000
3
Bangunan Gudang
1
     10.000.000
   10.000.000
4
Bangunan Kantor
1
       9.500.000
     9.500.000
5
Mesin Kewa
1
       6.500.000
     6.500.000
6
Polis  
1
     13.000.000
   13.000.000
7
Alipatur
1
       7.500.000
     7.500.000
8
Roda Angin
1
       2.500.000
     2.500.000
9
Besi As
7
          350.000
     2.450.000
10
Timbangan
1
       2.000.000
     2.000.000
11
Menjeng Air
2
       4.000.000
     8.000.000
12
Mesin Jahit
2
       1.000.000
     2.000.000
13
Kereta Sorong
2
          400.000
       800.000
14
Meja 
2
       5.000.000
   10.000.000
15
Kursi 
4
       1.000.000
     4.000.000
16
ATK 

       2.000.000
     2.000.000

Jumlah
150.250.000
Sumber : Hasil (diolah), Desember 2008

Berdasarkan table  di atas terlihat bahwa jumlah investasi ini diperkirakan modal yang dapat dibiaya sendiri yaitu Rp.120.250.000,- sedangkan tanah yang bernilai Rp.30.000.000,-.


Perkiraan Jumlah Biaya Operasional Kilang Padi Usaha Bersama

Biaya operasional yang diperlukan untuk pembuatan kilang padi dapat berupa biaya tetap dan biaya variabel. Perincian biaya yang diperlukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:




Tabel 2
Rincian Biaya Operasional Pada Kilang Usaha Bersama
di Kecamatan Tanah Pasir (dalam ribuan)
No
Jenis Biaya
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
I
Biaya Tetap






Manager
28.800
28.800
28.800
28.800
28.800

Pekerja Tetap
25.200
25.200
25.200
25.200
25.200

Pengangkutan & Penimbangan
10.800
10.800
10.800
10.800
10.800

Pengeringan
18.000
18.000
18.000
18.000
18.000

Penggilingan dan Pengarungan
18.000
18.000
18.000
18.000
18.000

Pembukuan
18.000
18.000
18.000
18.000
18.000

Penyusutan
6.818
6.818
6.818
6.818
6.818
II
Biaya Variabel






Biaya Produksi
89.695
94.180
98.889
103.833
109.025

Biaya Pemasaran
4.000
4.200
4.410
4.631
4.863

Biaya Tak Terduga
3.000
3.500
3.500
4.000
4.500
III
Total Cost
222.313
227.498
232.417
238.082
244.006
Sumber : Hasil (diolah), Desember 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya biaya operasional untuk biaya tetap dari tahun pertama sampai tahun kelima tidak mengalami peningkatan yaitu Rp.125.618.000,- pertahun, sedangkan biaya variabel setiap tahunnya meningkat. Biaya produksi dan biaya pemasaran meningkat sebesar 5% setiap tahun. Sedangkan biaya tak terduga pada tahun 2003 sebesar Rp. 3.000.000,- mengalami kenaikan tipa tahun Rp. 500.000,- sehingga pada tahun 2007 biaya tak terduga sebesar Rp. 4.500.000,-.

Perkiraan Pendapatan Kotor Kilang Padi Usaha Bersama
Perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh pengusaha kilang padi Usaha Bersama pasca Tsunami mencapai Rp.336.960.000,- per tahun. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Rincian Besar Pendapatan Kilang Padi Usaha Bersama
di Kecamatan Tanah Pasir
Tahun
Produksi
Harga
Nilai
Per Kg
Penggilingan
2003
22.464
5.000
112.320.000
2004
42.120
5.000
210.600.000
2005
68.796
5.000
343.980.000
2006
89.856
5.000
449.280.000
2007
113.724
5.000
568.620.000
Jumlah
336.960
25.000
1.684.800.000
Rata-rata
67.392
5.000
336.960.000
Sumber : Hasil (diolah), Desember 2008


Pembahasan

Perhitungan Net Present Value (NPV) Kilang Padi Usaha Bersama

Dari data yang tersedia dan diolah dengan menggunakan rumus NPV, maka hasil perhitungan Net Present Value (NPV) dari kilang padi Usaha Bersama adalah sebagai berikut:
NPV Usaha Bersama  =
Berdasarkan perhitungan Net Present Value (NPV) di atas, menunjukkan keuntungan bersih yang diperoleh oleh pengusaha kilang padi Usaha Bersama sebesar Rp.109.204.870,- Maka usaha kilang padi tersebut layak (feasible) untuk dikembangkan berdasarkan pertimbangan ekonomis di atas.

Perhitungan Internal Rate of Retrun (IRR) Kilang Padi Usaha Bersama

Langkah selanjutnya dalam menganalisis kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama  adalah kriteria investasi Internal Rate of Return  (IRR). Dengan menggunakan rumus maka IRR diperoleh:

IRR Usaha Bersama   = 25,33%  

Berdasarkan perhitungan Internal Rate of Return (IRR) di atas, menunjukkan persentase keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha kilang padi Usaha Bersama sebesar 25,33%. Maka usaha kilang padi tersebut dengan SOCC atau biaya modalnya 25,33%. Yang disiyaratkan masih layak (feasible) untuk dikembangkan.

Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Kilang Padi Usaha Bersama

Elemen selanjutnya dalam menganalisis kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah kriteria investasi Net Benefit Cost Ratio  (Net B/C).
Net B/C =
Net B/C Usaha Bersama         =          1,420

Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Usaha Bersama sebesar 1,42. Ini menunjukkan bahwa kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan.

Perhitungan Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Kilang Padi Usaha Bersama

Elemen selanjutnya dalam menganalisis kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah kriteria investasi Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C). Adapun perhitungan Gross Benefit Cost Ratio  (Gross B/C) dari usaha kilang Usaha Bersama sebagai berikut :
Gross B/C =
Gross B/C Usaha Bersama      =          1,64

Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) kilang padi Usaha Bersama sebesar 1,64. Ini menunjukkan bahwa usaha kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan karena Gross B/C>1.

Perhitungan Profitability Ratio (PR) Kilang Padi Usaha Bersama

Elemen selanjutnya dalam menganalisis kelayakan usaha kilang padi Usaha Bersama adalah dengan kriteria investasi Profatability Ratio (PR). Adapun perhitungan Profatability Ratio (PR) dari usaha kilang padi sebagai berikut :

PR Usaha Bersama     =          1,73  

Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, Profitability Ratio (PR) kilang padi Usaha Bersama 1,73. Ini menunjukkan bahwa usaha kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan karena PR>1.

Perhitungan Pay Back Periode (PBP) Kilang Padi Usaha Bersama

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) sama dengan jumlah investasi dalam bentuk Present Value. Analisis Pay Back Periode (PBP) pada usaha kilang padi perlu dijelaskan karena untuk mengetahui lama usaha kilang padi didirikan dapat mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan. Untuk mengetahui hasil perhitungan Pay Back Period (PBP) dari kilang padi Usaha Bersama dihitunga denganmenggunakan rumus sebagai berikut :
PBP
PBP Usaha Bersama   =          1 Tahun, 3 Bulan, 24 Hari.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Pay Back Periode (PBP) kilang padi Usaha Bersama yaitu 1 Tahun, 3 Bulan, 24 Hari. Dengan demikian usaha tanaman kilang padi layak (feasible) untuk dikembangkan. Karena PBPnya cepat.

Perhitungan Break Even Point  (BEP) Kilang Padi Usaha Bersama

Break Event Point (BEP) merupakan titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Untuk mengetahui hasil perhitungan Break Even Point (BEP) dari usaha kilang padi Usaha Bersama dihitunga dengan rumus sebagai berikut :
BEP =  
BEP Usaha Bersama   =          3 Tahun + 6 Bulan + 25 Hari  

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa kilang padi Usaha Bersama titik pulang pokok yaitu 3 tahun 6 bulan 25 hari. Maka dari itu kilang padi Usaha Bersama layak (feasible) untuk dikembangkan.


Hambatan-Hambatan Yang dihadapi Para Pengusaha Kilang Padi di Kecamatan Tanah Pasir

Adapun hambatan yang banyak dialami oleh para pengusaha kilang padi di Kecamatan Tanah Pasir diantaranya adalah :
Rendahnya produksi gabah oleh para petani karena luasnya lahan pertanian yang disebabkan oleh bencana gempa dan gelombang tsunami.
Tingginya kadar air yang terdapat dalam gabah yang diproduksikan oleh petani, sehingga menyebabkan mudah hancurnya gabah dalam proses penggilingan menjadi beras.
Minimnya modal usaha yang dimiliki oleh pengusaha dalam mengembangkan usaha diantaranya dalam pembuatan lantai penjemuran dan gudang penampung.
Rendahnya harga jual beras pada tingkat pedagang, sehingga mengakibatkan tidak seimbangnnya antara harga beli gabah dengan biaya produksi penggilingan.



Kesimpulan

Dari hasil perhitungan melalui analisis kelayakan usaha Kilang padi Usaha Bersama, dan melihat aspek-aspek yang mendukung usaha kilang padi, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu :  Dari perhitungan studi kelayakan bisnis didapati Net Present Value (NPV) yaitu Rp. , ini berarti usaha tersebut dinyatakan layak (feasible) untuk didirikan dimana NPV > 0. Sedangkan IRR diperoleh sebesar 25,33%,  ini berarti IRR > SOCC (Social Oppurtunity Cost of Capital). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) diperoleh sebesar 1,42 (Net B/C > 1). Gross B/C diperoleh 1,64 (Gross B/C > 1), Profitability Ratio (PR) diperoleh 1,73 (PR > 1) serta PBP Kilang Padi Usaha Bersama dapat menutupi seluruh biaya pada tahun pertama.
Hambatan-hambatan dalam menjalankan kilang padi di Kecamatan Tanah Pasir adalah rendahnya produksi gabah, tingginya kadar air yang terdapat dalam gabah yang diproduksikan, minimnya modal usaha yang dimiliki dan rendahnya harga jual beras pada tingkat pedagang.

Saran
Diharapkan kepada para pengusaha pengilingan padi agar bisa lebih memerhatikan peralatan dan input (padi) yang digunakan sehingga kualitas beras yang dihasilkan menjadi lebih baik. Dengan layaknya usaha ini dijalankan, maka pihak perusahaan harus bisa mempertahankan produksi dan juga lebih ditingkatkan produksinya sehingga pendapatan yang diperoleh lebih besar lagi.

Referensi

Anoraga, Panji dan Sudantoko (2002), Koperasi Kewiraswastaan dan Usaha Kecil, Rineka Cipta, Jakarta.

Boyd At All (2000), Pengantar Evaluasi Proyek, Gramedia Pustaka Utama,   Jakarta

Daud (2003), Petani dan Prospeknya, Buana Ilmu, Jakarta.

Ibrahim, Yacob, (2003), Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta.

Kadariah, Karlina, Lien, Gray, Clive, (1999), Pengantar Evaluasi Proyek (edisi revisi), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kasmir (2003), Studi Kelayakan Bisnis, Rineka, Jakarta.

Siagian dan Asfaliani, (2001), Studi Kelayakan Bisnis, Nusa Buana, Jakarta.
Suharto, Imam (1992), Manajemen Proyek Industri, Erlangga, Jakarta.




1 komentar:

  1. maaf pak, apakah ada teori yang berkaitan dengan pembahasan bapak ini?

    BalasHapus