Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Rabu, 30 Maret 2011

PENGARUH INTERMEDIASI KEUANGAN DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA


PENGARUH INTERMEDIASI KEUANGAN DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Oleh

Khairil Anwar
(Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh – Lhokseumawe)
Hp. 085260077320 email: anwar1askari@yahoo.com


Abstract: Intermediation problem in banking sector were being the top issues during the post-1997 crisis period. The parameters such as; Gross Domestic Product (PDB), demand deposit (JUB), loans, central bank asset (ABC), and commercial bank asset (ABCOM). The research used co-integration and Granger Causality. The result of co-integration test, find the monetary intermediation variables have relation on a long term with economic growth. From Granger Causality find that, demand deposit and loans have the unidirectional link with PDB. The variable of financial institution asset such as ABCOM and ABC also have the unidirectional link with PDB. Means while financial institution asset does not have the unidirectional link with economic growth.

Keywords: financial intermediation, demand deposit, and economic growth


PENDAHULUAN
Krisis ekonomi Indonesia medio 1997 yang diawali dengan terjadinya krisis moneter sebagai akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Banyak penelitian yang dilakukan menyangkut sebab akibat suatu krisis. Pandangan pertama menyatakan argument bahwa penyebab utama krisis adalah kelemahan fundamental ekonomi dan inkonsistensi kebijakan pemerintah (Krugman, 1998; dan Mishkin, 1999). Pandangan kedua menyatakan bahwa akar permasalahan krisis adalah pure contagion dan irrational market (Radellet dan Sach, 1988; Furman dan Stighlizt, 1988; dan Stighlizt, 1999; 2000). Sedangkan beberapa pengamat lain memilih mengambil jalan tengah dengan menyebut suatu krisis disebabkan selain pure contagion juga kelemahan fundamental ekonomi (Corsetti, et.al, 1998; Djiwandono, 1999).
Gejolak moneter terutama dalam lembaga keuangan merupakan salah satu sumber instabilitas ekonomi, karenanya krisis keuangan seharusnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin. Menurut Batunangar (2003) krisis finansial terjadi tidak hanya disebabkan oleh kelemahan fundamental ekonomi, tetapi juga dapat terjadi karena ketidakpercayaan investor dan nasabah perbankan sehingga akan terjadi bank runs yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi perekonomian.
Dengan terjadinya krisis keuangan, otoritas moneter menghadapi dilema antara memelihara stabilitas keuangan atau menyelamatkan bank-bank bermasalah dengan konsekuensi akan meningkatnya instabilitas dimasa akan datang akibat moral hazard. Setelah satu dasawarsa krisis multidimensi yang melanda Indonesia, tanda-tanda kearah pemulihan ekonomi masih berjalan lambat. Memang bila dilihat dari beberapa indikator makro pemerintah SBY-JK telah berhasil mengendalikan inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan tentunya yang paling penting adalah pertumbuhan ekonomi, namun dalam beberapa hal masih dirasa lambat terutama dalam mengurangi pengangguran, tingkat kemiskinan bagi 240 juta lebih masyarakat Indonesia.
Pasca krisis titik pokok penyelesaian masalah dilakukan dalam hal moneter terutama menyangkut bagaimana intermediasi keuangan. Beberapa studi mengenai intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi telah ada dan dipelopori oleh Goldsmith (1969), Mckinnon (1973), dan Shaw (1973). Para ahli ini menemukan bahwa akselerasi pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh struktur keuangan yang terorganisir, bahwa pihak-pihak yang kelebihan dana akan sangat membantu pihak-pihak yang kekurangan dana.
Sementara itu selama periode 1980 – 1990, banyak peneliti yang memfokuskan perhatian pada aset-aset keuangan dalam mengindikasikan hubungan antara peran intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Williamson (1987) menemukan bahwa di lima negara industri maju terjadi korelasi yang positif antara output riil dengan kredit yang disalurkan, dia juga menemukan adanya hubungan kausalitas antara kredit dengan output nasional, temuan ini konsisten dengan Gettler (1998) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kredit dengan output nasional.
Hubungan antara intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi juga telah diperluas untuk menguji pertalian dari intermediasi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan seperti yang dikemukakan oleh Greenwood dan Jovanovic (1990) mereka menemukan bahwa pembangunan struktur keuangan yang baik akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi hal ini terjadi akibat investasi yang dilakukan dapat lebih efisien. Mereka juga menemukan bahwa untuk menambah pendapatan, struktur keuangan harus lebih diperluas, pertumbuhan ekonomi akan meningkat, perbedaan pendapatan antara kelompok masyarakat kaya dengan miskin dapat dipersempit.
King dan Levine (1993) telah membangun sebuah model pertumbuhan endogenous untuk membuktikan hubungan yang kuat  dari intermediasi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut mereka menemukan beberapa indikator dari sistem keuangan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu rasio dari liquid liability terhadap GDP, rasio dari total deposito terhadap total aset bank umum ditambah total aset dari bank sentral, rasio total kredit terhadap total kredit sektor swasta ditambah total kredit terhadap pemerintah daerah dan pemerintah pusat, rasio dari jumlah uang yang beredar di luar sistem perbankan terhadap total deposito perbankan dan suku bunga riil sebagai proksi yang digunakan sebagai indikator pembangunan sistem keuangan.
Berdasarkan argumen teoritis dari para ahli di atas, maka penelitian ini mencoba untuk membuktikan hubungan intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan adakah antar setiap variabel ini terbentuk hubungan sebab akibat (kausalitas) terutama pasca krisis moneter di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kointegrasi dan Kausalitas Granger. Pendekatan kointegrasi dilakukan untuk melihat hubungan dan perubahan struktur jangka panjang antara variabel-variabel regresi. Untuk melihat bagaimana hubungan kausalitas antara variabel intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi diuji dengan menggunakan uji Granger Causality.
Sebelum dilakukan estimasi terhadap model persamaan di atas, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Uji Akar-akar Unit
Karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series maka perlu dianalisis dan dipelajari struktur temporal (dinamik) dari data tersebut (Maddala dalam Manurung, 2002). Metode analisis runtun waktu adalah yang bersifat stasioner. Uji stationarity digunakan untuk menghindari kondisi spurious problem dalam regresi. Sebab setiap data yang tidak stasioner dalam setiap random shock dalam data tersebut akan bertahan lama dan mempengaruhi hasil regresi secara keseluruhan sehingga hasil regresi menjadi tidak akurat.
Untuk mengetahui apakah data time series dari PDB, JUB, LOANS, ABC dan ABCOM adalah stasioner atau tidak, maka dapat dibuat suatu persamaan (Gujarati, 2003) sebagai berikut:
                                                                  
Variabel adalah stokastik error term yang berarti bahwa varian konstanta nol dan Y adalah time series.
Dalam melakukan unit root test penelitian ini menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP), nantinya nilai ADF dan PP statistik akan dibandingkan dengan critical value McKinnon. Bila nilai ADF dan PP statistik lebih besar dari critical value McKinnon pada derajat kepercayaan berapapun maka dapat disimpulkan data tidak stasioner.
Uji Kointegrasi
Uji kointergrasi bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel mempunyai hubungan keseimbangan jangka panjang atau tidak. Jika berkointegrasi maka residu kointegrasi atau kesalahan ketidakseimbangan adalah stasioner.
Pengujian kointegrasi dapat dilakukan dengan metode regresi biasa dan kemudian menguji apakah apakah elemen residualnya (e) bersifat stasioner. Elemen residual ini tidak akan bersifat stasioner apabila variabel-variabel tersebut tidak saling co-integrated. Persamaan untuk menguji kointegrasi dapat ditulis sebagai berikut:
Dengan mensubstitusi e persamaan tersebut dapat ditulis:
Dalam hal ini yang akan diuji adalah e apakah bersifat stasioner atau tidak. Pengujian dapat dilakukan selain dengan metode ADF juga dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW).
Uji Granger Causality
Pendekatan ini digunakan untuk melihat hubungan kausalitas dua variabel. Dengan menggunakan Granger Causality test  dapat diketahui apakah kedua variabel secara statistik saling mempengaruhi, saling berhubungan atau tidak saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Persamaan yang digunakan untuk menguji Granger Causality adalah sebagai berikut:
Dimana Ut dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n = r = s.

HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Akar-akar Unit
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pengujian akar-akar unit dilakukan dengan metode ADF dan PP. Pengujian pertama dilakukan pada level I (0), jika tidak stasioner pada level ini, maka akan dilanjutkan pengujian pada first difference I (1). Hasil pengujian akar-akar unit sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel 1.                                                                                                                      Hasil Uji Akar-akar Unit dengan Pendekatan Augmented Dickey-Fuller (ADF)
Level
1st Difference
Variable
ADF
Critical value
Variable
ADF
Critical value
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
-0.3752
-6.7515
-3.2558
-7.2705
-0.8253
-3.9698
-4.3933***
-3.5998***
-4.4768***
-3.6998
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
-6.9811
-11.6467
-10.7044
-8.4851
-4.7668
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
Keterangan: ***signifikan pada α : 1%

Berdasarkan hasil uji pada level hanya variabel JUB, ABC dan ABCOM yang signifikan pada α : 1% sedangkan PDB dan LOANS tidak signifikan, sehingga dilakukan pengujian pada first difference dan diperoleh hasil bahwa seluruh variabel yang diuji signifikan pada α : 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada first difference data time series dari variabel-variabel intermediasi keuangan, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi stasioner.
Uji stasionary juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan Phillip-Perron (PP). Hasil pengujian sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.
Tabel 2.                                                                                                                      Hasil Uji Akar-akar Unit dengan Pendekatan Phillip-Perron (PP)
Level
1st Difference
Variable
ADF
Critical value
Variable
ADF
Critical value
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
-0.2797
-6.2023
-3.2558
-3.3236
-1.1503
-3.9698
-4.3933***
-3.5998***
-4.3393*
-3.6998
PDB
JUB
ABC
ABCOM
LOANS
-6.9811
-13.8351
-10.7044
-12.4854
-4.8559
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
-3.7114***
Keterangan: ***signifikan pada α : 1%     *signifikan pada α : 10%

Berdasarkan hasil uji pada level hanya variabel JUB, ABC yang signifikan pada α : 1%, ABCOM signifikan pada α : 10% sedangkan PDB dan LOANS tidak signifikan, sehingga dilakukan pengujian pada first difference dan diperoleh hasil bahwa seluruh variabel yang diuji signifikan pada α : 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada first difference data time series dari variabel-variabel intermediasi keuangan, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi stasioner.

Hasil Uji Kointegrasi
Untuk melihat bagaimana hubungan variabel-variabel penelitian dalam jangka panjang, model estimasi yang disampaikan pada bagian uji kointegrasi diuji dengan bantuan program E-views. Hasil pengujian sebagaimana disajikan pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Uji Kointegrasi
Trend assumption: linier deterministic trend
Series: PDB JUB ABC ABCOM LOANS
Lags interval (in first difference): 1 to 1
Unrestricted Co-integration Rank Test
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
5 Percent Critical Value
1 Percent Critical Value
r = 0***
r ≤ 1***
r ≤ 2***
r ≤ 3***
r ≤ 4***
r ≤ 5***
0.999457
0.998565
0.928374
0.874617
0.631939
0.377518
384.7685
241.9230
117.5382
67.44860
27.99738
9.006768
94.15
68.52
47.21
29.68
15.41
3.76
103.18
76.07
54.46
35.65
20.04
6.65
***significant at 1%  **significant at 5%   *significant at 10%
Trace test indicates 6 co-integrating equation(s) at both 5% and 1% level
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Max-Eigen Statistic
5 Percent Critical Value
1 Percent Critical Value
r = 0***
r ≤ 1***
r ≤ 2***
r ≤ 3***
r ≤ 4***
r ≤ 5***
0.999457
0.998565
0.928374
0.874617
0.631939
0.377518
142.8454
124.3848
50.08959
39.45122
18.99062
9.006768
39.37
33.46
27.07
20.97
14.07
3.76
45.10
38.77
32.24
25.52
18.63
6.65
***significant at 1%  **significant at 5%   *significant at 10%
Max-Eigen test indicates 6 co-integrating equation(s) at both 5% and 1% level


Dari hasil uji kointegrasi terlihat bahwa dalam jangka panjang variabel intermediasi keuangan yaitu ABC, ABCOM, LOANS dan jumlah uang beredar (JUB) serta pertumbuhan ekonomi (PDB) mempunyai hubungan keseimbangan. Hubungan kointegrasi dapat dilihat dari Trace statistic dan nilai Max-Eigen statistic yang lebih besar dari critical value pada tingkat kepercayaan 1% maupun 5%. Adanya hubungan jangka panjang memperlihatkan bahwa intermediasi keuangan berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang terutama pasca krisis.

Hasil Uji Granger Causality
Pengujian hubungan kausalitas antara intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi akan diuji dengan menggunakan uji Granger Causality. Pengujian didasarkan pada uji F statistik pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10%. Jika F statistik signifikan, maka variabel-variabel yang diuji memiliki hubungan searah dan atau memiliki hubungan kausalitas. Tabel 4 berikut menunjukkan hasil pengujian Granger Causality.






Tabel 4.                                                                                                                      Hasil Uji Granger Causality antar variabel intermediasi keuangan, jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi.
Causality PDB JUB
Lags: 7
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Probability
DJUB does not Granger Cause DPDB***
DPDB does not Granger Cause DJUB
20
16.2736
1.24303
0.00365
0.41944
Causality PDB ABC
Lags: 1
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Probability
DABC does not Granger Cause DPDB*
DPDB does not Granger Cause DABC
26
4.27901
0.51796
0.05001
0.47897
Causality PDB ABCOM
Lags: 3



Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Probability
DABCOM does not Granger Cause DPDB**
DPDB does not Granger Cause DABCOM
24
3.65639
1.29485
0.03360
0.30837
Causality PDB LOANS
Lags: 1



Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Probability
DLOANS does not Granger Cause DPDB**
DPDB does not Granger Cause DLOANS
26
4.69713
0.94849
0.04081
0.34024
***significant at 1%  **significant at 5%   *significant at 10%

Sebagaimana hasil pengujian Granger Causality pada tabel 4 menunjukkan bahwa variabel Jumlah Uang Beredar (JUB) memiliki hubungan searah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 1% dengan pertumbuhan ekonomi (PDB). Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap PDB. Meningkatnya jumlah uang beredar akan merangsang kegiatan ekonomi pada sektor riil.
Pada pengujian yang lain menjumpai variabel Asset Bank Central (ABC) hanya signifikan pada tingkat kepercayaan 10%. Hasil ini mengindikasikan bahwa walaupun ABC berpengaruh terhadap PDB namun masih kurang dominan dibandingkan dengan variabel lainnya. Sementara itu hubungan kausalitas antara Aset Bank Comersial (ABCOM) mempunyai hubungan searah dengan PDB dan signifikan pada tingkat kepercayaan 5%, sama halnya dengan kausalitas antara variabel pinjaman (LOANS) juga mempunyai hubungan searah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa aset bank umum dan pinjaman dapat mempengaruhi PDB walaupun secara tidak langsung.
Dari hasil pengujian Granger Causality juga menjumpai bahwa variabel-variabel intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar yang mempengaruhi PDB sebaliknya bukan PDB yang mempengaruhi intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar. Beberapa alasan coba dikemukakan mengapa hal ini terjadi, yaitu: Pertama, perputaran jumlah uang beredar pasca krisis lebih dipengaruhi oleh fluktuasi kurs, kebijakan moneter yang dilakukan bank Indonesia, dan disintermediasi sektor perbankan. Kedua, tidak adanya hubungan antara PDB dengan ABC disebabkan karena sampai tahun 2003 penerimaan Bank Indonesia masih defisit Rp.6,5 triliun.
Ketiga, tidak adanya hubungan antara PDB dengan ABCOM memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pasca krisis belum ditopang oleh sektor-sektor produksi dalam negeri yang melibatkan bank umum sebagai pemasok dana. Terjadi peningkatan dana pihak ketiga pada perbankan tidak banyak memberikan kontribusi terhadap peningkatan laba bank yang akan meningkatkan aset perbankan, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya LDR dan masih besarnya dana yang menganggur (idle money) di dalam industri perbankan yang justru menjadi beban bagi bank.
Keempat, tidak adanya hubungan antara PDB dengan LOANS adalah fenomena menarik yang terjadi di Indonesia. Seharusnya, pertumbuhan ekonomi yang membaik adalah potensi yang besar bagi sektor perbankan untuk mengekspansi kredit ke sektor riil. Aktivitas sektor riil yang membaik tentu memberikan expected return yang tinggi bagi perbankan. Namun yang terjadi sebaliknya, krisis moneter di Indonesia menyebabkan sektor perbankan mengalami tekanan yang berat akibat banyaknya kredit macet dan kesulitan likuiditas.

KESIMPULAN
Data time series dari variabel-variabel  yang digunakan dalam penelitian ini stasioner secara statistik yang dibuktikan dengan pengujian ADF dan PP. Hasil pengujian co-integration konsisten dengan penelitian sebelumnya dan pendapat dari beberapa ahli bahwa intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar berkoingresi dengan PDB.
Kesimpulan lainnya bahwa variabel intermediasi keuangan yang terdiri dari Aset bank sentral, aset bank umum, dan pinjaman signifikan pada tingkat kepercayaan 5% dan 10% dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sementara jumlah uang beredar signifikan pada tingkat kepercayaan 1%. Hal ini bermakna bahwa kebijakan moneter yang dibuat oleh bank Indonesia dalam hal intermediasi keuangan dan kebijakan jumlah uang beredar pasca krisis efektif dalam mendorong perbaikan ekonomi terutama pertumbuhan ekonomi.

IMPLIKASI
Sikap bank yang ekstra hati-hati akibat terbelenggu trauma kredit macet masa lalu hendaknya secara bertahap dapat dikurangi. Kehati-hatian memang penting, namun yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir keadaan ini telah menuntun bank cenderung malas dan lebih memilih langkah aman dengan menanamkan dananya pada instrumen SBI, obligasi pemerintah dan surat-surat berharga lainnya, walaupun return yang didapat dari portofolio surat-surat berharga tersebut relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan return yang didapat dari kegiatan menyalurkan kredit.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah uang beredar mempengaruhi PDB, sebaliknya PDB tidak mempengaruhi jumlah uang beredar. Hal ini berarti bahwa di satu sisi kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia pasca krisis telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi, namun disisi lain kebijakan pemerintah yang diterapkan di sektor riil masih belum efektif. Karenanya pemerintah melalui otoritas moneter di harapkan selain tetap menjalankan kebijakan moneter juga perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi, dan juga pemerintah perlu mengkaji ulang dan perbaikan kebijakan di sektor riil melalui keseimbangan kebijakan fiskal dan moneter.

DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta
Batunangar, S. 2003. Reformulasi Manajemen Krisis di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Bank Indonesia. Jakarta.
Corsetti, Pausetti dan Roubini. 1998. Financial Intermediation and Economic Performance: Historical Evidence From Five Industry Country. Journal of Money, Credit and Banking. Vol. 30 p. 34-46.
Djiwandono. 1999. Fungsi Intermediasi Keuangan dan Permasalahannya. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial. Vol 14.
Gettler, M. 1998. Financial Structure and Aggregate Economic Activity: An Overview. Journal of Money, Credit and Banking. Vol. 30 p. 47-60.
Greenwood, J and B. Jovanovic. 1990. Financial Development, Growth, and The Distribution of Income. Journal of Political Economy.
Goldsmith, R. (1969) Financial Structure and Development. New Haven, Yale University Press.
Gujarati, D (2003) Basic Econometric. 4th edition. McGraw-Hill. New York
Furman dan Stighlizt. 1988. Development of Financial Intermediation and Economic Growth Chinese Experience. University d’Auvergne France.
Mishkin and J. Tirole. 1999. Financial Intermediation, Loanable Funds, and The Real Sector. The Quarterly Journal of Economics.
King, R.G and R. Levine. 1993. Finance, Entrepreneurship, and Growth. The Quarterly Journal of Economics.
Krugman, P. 1998. Impacts of The Indonesian Economic Crisis: Study of Monetary Policy. NBER Working Paper Series. p.71-94.
Levine, R., Loayza, N and T. Beck. 2000. Financial Intermediation and Growth Causality and Causes. University of Virginia and Word Bank.
Manurung, B. R. 2002. Twin Defisit di Indonesia. Thesis. Magister Ekonomi Pembangunan USU. Medan.
McKinnon and I. Ronald. 1973. Money and Capital in Economic Development. Brookings Institution. Washington.
Radellet and Sach. 1988. Disintermediation and The Role of Bank in Europe: An International Camparison. Journal of Financial Intermediation.
Shaw, R.J. 1973. Banks, Financial Innovations and Regional Growth. University of Granada. Spain
Williamson, S.D. 1987. Financial Intermediation, Business Failure, and Real Business Cycle. Journal of Political Economy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar