Deskripsi Diri

Khairil Anwar, SE, M.Si lahir di Paya Naden pada 20 April 1978 dari pasangan Tengku Umar bin Abu Bakar dan Fatimah binti Muhammad. Gelar Sarjana di peroleh dari Unsyiah Banda Aceh, sementara gelar Magister di peroleh dari SPs-USU Medan. Sejak tahun 2002 sampai saat ini bekerja sebagai dosen pada Prodi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Menikah dengan Riza Izwarni dan telah dikarunia dua orang anak; Muhammad Pavel Askari dan Aisha Naury.

Rabu, 30 Maret 2011

ANALISIS TINGKAT PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH TENGGARA


KHAIRIL ANWAR
(Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh)


ABSTRACT


This research intends to find know the effects of land area, working hour, number of workers, fertilizer, and seedling on rice production in North Aceh Regency. In addition, it is aimed at knowing the most predominant factors determining on the paddy production in North Aceh Regency.
The result of study showed that the variable of land area partially has a coefficient of 0.805, working time of 0.293 and coefficient of the workers of 0.101. The three variables have significantly effect on the rice production. The variable of fertilizer has coefficient of 0.037 and the seedling of 0.135. Both variables have  not significantly but positively effect on the paddy production. Simultaneously, the variables have  significantly  effect on the paddy production. The variation in capability of observation variables in describing the paddy production in North Aceh Regency was of 73.6 percents, the remaining 26.4 percents was described by other variables out of the regression analysis. Implementation of the result of such a research is expected that the Regencies Government of North Aceh especially the Agriculture and Crop Department more effectively implement the guidance for the wetland paddy farmers for improvement of production. In addition, a development program of agriculture sector particularly wetland paddy is significantly required, including the efforts of improving capability, provision of working capital and irrigation channels.

Keywords: wetland paddy, production, worker,  capital.



PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi (non migas) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tercatat 7,4 persen per tahun pada periode 1970-1997. Keadaan ini melambat pada periode 1998-2001 seat atau pasca krisis moneter yaitu hanya -0,41 persen per tahun. Kemudian kembali menunjukkan kenaikan pada periode 2001-2004 yaitu 3,12 persen per tahun (BPS, 2004). Kondisi ekonomi NAD membawa pengaruh kepada ekonomi kabupaten-kabupaten dalam wilayahnya. Sebagaimana ekonomi di Aceh Tenggara. Perekonomian di Aceh Tenggara secara umum meningkat dari tahun sebelumnya, walaupun dalam kurun waktu selama tahun 2004 terjadi beberapa musibah besar, baik yang terjadi di daerah seperti banjir bandang di Kecamatan Badar, maupun musibah yang terjadi di luar daerah seperti Tsunami yang terjadi di Banda Aceh dan beberapa kabupaten lainnya.
Menurut perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi Aceh Tenggara tahun 2004 mencapai 6,03 persen, lebih baik dibandingkan tahun 2003 yang hanya mengalami pertumbuhan 5,56 persen dan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan kabupaten lain yang ada di NAD. Keadaan ini disebabkan kondisi keamanan di Aceh Tenggara relatif lebih stabil dan kondusif, sehingga semua aktivitas perekonomian berjalan dengan lancer. Selain itu, membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh Tenggara disebabkan adanya peningkatan pertumbuhan dibeberapa sektor ekonomi antara lain; sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan dan sektor jasa (BPS, 2005).
Sektor pertanian pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,10 persen, sedangkan pada tahun sebelumnya hanya tumbuh sebesar 4,48 persen. Semua sub sektornya juga mengalami pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan karena masyarakat Aceh Tenggara sebagian besar mata pencahariannya di sektor pertanian. Selain itu, harga komoditi pertanian yang juga semakin membaik mendorong para petani meningkatkan produksi pertaniannya. Kondisi iklim selama kurun waktu 2004 juga sangat mendukung dalam usaha pertanian (BPS, 2005).
Harga komoditi pertanian ikut membaik disebabkan adanya kebijakan pemerintah untuk melindungi petani. Salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam menstabilkan harga adalah dengan menetapkan harga dasar gabah. Dengan kebijakan ini pemerintah mengharapkan adanya perlindungan terhadap para petani yang sebagian besar berada di pedesaan, peningkatan produksi hasil pertanian, dan pada akhirnya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Faktor lain yang turut mempengaruhi produksi padi adalah tenaga kerja, bagi petani tradisional biasanya jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak efisien. Hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja dengan luas lahan tidak seimbang. Selain itu, banyak dari waktu yang harusnya digunakan untuk menggarap sawah digunakan untuk hal-hal lain, sehingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan menjadi terlantar. Selain faktor sumberdaya manusia di atas, faktor penting yang turut menentukan produksi padi adalah penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat. Kelebihan dalam penggunaan pupuk dan pestisida akan berdampak pada peningkatan biaya produksi, sementara bila kekurangan pupuk dan pestisida akan menyebabkan penurunan produksi.
Selain harga, sumberdaya manusia, pupuk dan pestisida, faktor lain yang sangat menentukan produksi hasil pertanian adalah iklim. Dimana sebagaimana diketahui bahwa di Kabupaten Aceh Tenggara sebagaimana umumnya daerah lain yang ada di NAD memiliki dua iklim yaitu; kemarau dan penghujan. Pada umumnya pada saat kemarau, tingkat produksi padi mengalami penurunan, disebabkan kekurangan air. Sementara pada saat musim penghujan akan terjadi peningkatan dalam produksi hasil pertanian. Kondisi iklim ini sangat berdampak bagi petani padi karena sebagian dari sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan.
Luas lahan persawahan di wilayah Aceh Tenggara sebesar 17.224 Ha yang terdiri dari sawah beririgasi  2.500 Ha, sawah berpengarian sederhana 13.972 Ha dan sawah tadah hujan 752 Ha. Dengan luas yang sedemikian itu, wilayah ini mampu menghasilkan 107.153 ton gabah kering panen selama tahun 2004 dengan produktivitasnya 5,51 ton per hektar.


Tabel 1: Sawah Berpengairan, Luas Areal dan Total Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tenggara


No


KECAMATAN
SAWAH BERPENGAIRAN (Ha)

LUAS AREAL
(Ha)
PRODUKSI
(TON)
Setengah
Tehnis
Seder hana
Pedesaan
Sawah Tadah Hujan
(1)
(2)
(3)
(4)
(6)
(5)
(6)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Lawe  Alas
Babul Rahmat
Lawe Sigala Gala
Babul Makmur
Semadam
Bambel
Bukit Tusam
Babussalam
Lawe Bulan
Badar
Darul Hasanah

-
-
-
-
-
500
-
-
1.160
840
-

3.080
1.676
1.160
1.294
960
1.782
853
624
915
678
950

35
154
83
186
17
181
34
-
-
-
62

3.115
1.830
1.243
1.480
977
2.463
887
624
2.075
1.518
1.012


18.832,0
10.498,8
8.199,5
9.262,4
5.269,6
16.784,2
5.643,0
3.442,8
14.649,0
9.150,75
5.421,3
JUMLAH
2.500
13.972
752
17.224
107.153,4
Sumber: BPS Aceh Tenggara, 2005


Wilayah yang menghasilkan produksi gabah terbesar adalah kecamatan Lawe Alas total hasil panen selama tahun 2004 sebesar 18.832 ton. Selain tanaman Padi, terdapat juga jagung yang luas tanamnya 27.054 Ha dengan produksi sebesar 151.092,85 ton tahun 2004 (BPS, 2005).  Namun demikian berdasarkan laporan yang diterbitkan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 terjadi produktivitas produksi sebesar 0,09 ton/ha. Jika pada tahun 2004 produktivitasnya sebesar 5,51 ton/ha, namun pada tahun 2005 produktivitasnya hanya 5,42 ton/ha. Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah: a) Untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jam kerja,  jumlah pekerja,  pupuk,  dan benih/bibit terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. b) Untuk menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara.


TINJAUAN PUSTAKA
Teori Produksi
Menurut  Pappas (1995) Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran). Sementara itu, menurut  Beattie dan Taylor (1994)  produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa – jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa output atau produk.
Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003),  produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.   Lebih lanjut Putong (2002) produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum. 
Ahyari (1997) Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut diatas. Dengan demikian produksi tidak hanya terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore (2001) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumber daya menjadi output berupa barang atau jasa.
Manajemen produksi bertujuan mengatur penggunaan resources (faktor-faktor produksi) yang ada baiknya berupa bahan, tenaga kerja, mesin-mesin dan perlengkapan sedemikan rupa sehingga proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Hubungan antara Produksi Total (TP), produksi rata-rata (AP) dan Produk Marjinal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap konstan) dapat dilihat pada gambar  berikut   (Nicholson 1994) :


Gambar 1:     Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi


Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah pertambahan produksi yang semakin berkurang (law of diminishing marginal productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimum artinya tambahan input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal (MP) adalah nol (C1). Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimum adalah pada saat elastisitas produksi sama dengan 1 dan AP berpotongan dengan MP artinya produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan 1 unit input produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan.
Hubungan fungsional antara berbagai faktor produksi termasuk pengelolaannya memerlukan koordinasi yang baik sehingga dapat menghasilkan output optimal. (Mubyarto 1986). Apabila keterbatasan biaya menjadi kendala maka tindakan yang dilakukan adalah dengan meminimumkan biaya (cost minimization) dan jika tidak dihadapkan dengan keterbatasan biaya maka dapat dilakukan melalui pendekatan memaksimumkan keuntungan (profit maximazation)
Apabila kedua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel, maka variabel yang sering digunakan adalah pendekatan isoquant dan isocost. Isoquant adalah kurva yang menujukan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi  yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama. Jumlah produksi digambarkan oleh pergeseran kurva isoquant, jika suatu perusahaan memutuskan untuk menambah produksinya maka kurva isoquant akan bergeser kekanan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2 berikut (Joesran dan Fathorrozi, 2003).
Gambar 2: Peta Isoquant
Gambar 2 mengilustasikan bahwa ada beberapa proses produksi sehingga kurva isoquant continue, dan sebenarnya yang ingin dituju oleh setiap perusahaan adalah titik T, namum untuk mencapai titik tersebut sangat sulit terlaksana dan tidak akan tercapai, karena titik T menggambarkan penggunaan input yang demikian banyak sehingga menciptakan output yang tak terhingga.

Fungsi Produksi
Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan   menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksikan dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 1993 ).
Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input dan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang  dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama  dapat digambarkan dengan kurva isokuan (isoquant), yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan produksi yang sama (Joesran dan Fathorrozi, 2003)
Isoquant hanya menjelaskan keinginan perusahaan berdasarkan fungsi produksi yang ditentukan, dan tidak menjelaskan apa yang dapat diperbuat oleh perusahaan. Untuk memahami ini kita harus memasukkan faktor biaya kedalam gambar yaitu garis isocost, yang menggambarkan kombinasi biaya berbagai input dengan input konstan dan biaya itu yang tersedia.
Menurut Pappas (1995) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi ini menyatakan maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau, alternatif lain, jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari kerakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan. Setiap perbaikan teknologi, seperti penambahan satu komputer  pengendalian proses yang memungkinkan suatu perusahaan pabrikan untuk menghasilkan sejumlah keluaran tertentu dengan jumlah bahan mentah, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau program pelatihan  yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menghasilkan sebuah fungsi produksi yang baru.
Menurut Samuelson (1992)  fungsi produksi adalah kaitan teknologi antara jumlah output maksimum yang bisa dihasilkan oleh masing – masing dan tiap perangkat input  (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap  tingkatan teknologi yang digunakan.
Produksi sebenarnya merupakan kegiatan yang diukur sebagai  tingkat output per unit waktu. Hubungan antara kuantitas produksi dengan input yang digunakan dalam proses produksi diformulasikan sebagai fungsi produksi. Menurut Beattie dan Taylor (1994) Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material serta kekuatan (faktor produksi, sumber daya) dalam menghasilkan suatu barang atau jasa (output atau produksi).  Hubungan antara  input  dan  output diformulasikan dalam suatu fungsi produksi sebagai berikut :
Q = f (K, L, M )                                                                                          (1)
Dimana: Q adalah jumlah output dari suatu barang yang dihasilkan selama periode tertentu, K adalah jumlah modal yang digunakan. L adalah tenaga kerja yang digunakan, dan M adalah variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi produksi
Jika dalam proses produksi hanya terdapat dua kombinasi faktor (input) produksi yaitu modal dan tenaga kerja, maka bentuk model hubungan antara output dengan inputnya adalah Q = f (K, L). Jumlah maksimum suatu barang yang dapat diproduksi (Q) dengan menggunakan kombinasi alternatif antara modal (K) dengan tenaga kerja L.
Banyak fungsi produksi memiliki suatu sifat yang disebut skala hasil konstan (constant returns to scale). Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika peningkatan dalam persentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor produksi menyebabkan peningkatan output dalam persentase yang sama. Jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka kita dapatkan output 10 persen lebih banyak ketika kita meningkatkan modal dan tenaga kerja sampai 10 persen. Secara matematis, fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika:
                                                                                          (2)
Untuk setiap angka positif z. Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita mengalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga dikalikan dengan z. Pada bagian berikutnya kita lihat bahwa asumsi skala hasil konstan memiliki implikasi penting pada distribusi pendapatan dari produksi (Mankiw, 2003:43)..
Konsep fisik lain dari suatu produksi adalah Average Product (AP) atau produksi rata-rata yaitu perbandingan antara jumlah produk (output) yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang digunakan.         
     dimana input K  dianggap konstan                                        (3)
             
    dimana input L   dianggap konstan                                       (4)
                                          
Di samping itu dikenal juga konsep Marginal product (MP) atau produksi marjinal yaitu tambahan produksi akibat penambahan satu unit input. Fungsi  ini juga merupakan slope dari produksi total. Produksi marjinal bisa diperoleh dengan melakukan derivasi parsial :
   produksi  marginal dari tenaga kerja                                     (5)
  produksi marginal dari modal                                                (6)

METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini hanya menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Pembatasan ini dilakukan agar tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian tidak menyimpang dari yang telah ditetapkan sebelumnya. Lokasi yang dipilih untuk memperoleh data penelitian lapangan ini adalah desa-desa yang berada di 4 kecamatan dari populasi 11 kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tidak tetap ataupun tidak terhingga disebut populasi infinit (Nazir, 1999:325).
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani padi yang ada di 250 desa dari 11 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara.

Sampel
Jumlah rumah tangga petani padi yang menjadi sampel penelitian ini ditetapkan metode penarikan sampel acak bertingkat (stratified random sampling) berdasarkan jumlah  produksi paling banyak dihasilkan  petani pada masing-masing kecamatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 115 rumah tangga petani padi yang berasal dari 4 kecamatan.
Secara spesifik sampel diambil dari kecamatan Lawe Alas sebanyak 3 desa, masing-masing desa 10 rumah tangga sampel. Kecamatan Babul Rahmah sebanyak 3 desa; 2 desa masing-masing 10 rumah tangga sampel dan 1 desa lainnya hanya 5 rumah tangga sampel. Selanjutnya Kecamatan Lawe Bulan diambil 30 rumah tangga sampel terbagi dari 3 desa. Kecamatan Bambel sebanyak 3 desa masing-masing 10 rumah tangga responden. Sehingga total sampel diperoleh 115 rumah tangga petani. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.


Tabel 2: Sampel Penelitian Berdasarkan  Luas Sawah dan Produksi Tanaman Padi

No

KECAMATAN
L  U  A  S  (Ha)
PRODUKSI
(TON)
SAMPEL
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

1.
2.
3.
4.


Lawe  Alas
Bambel
Lawe Bulan
Babul Rahmah


3.115
2.463
2.075
1.830


18.832,0
16.784,3
14.649,0
10.498,8


30
30
30
25

JUMLAH
9.483
60.764,1
115
Sumber :  BPS Aceh Tenggara, 2008

Teknik Analisis Data
Model dasar untuk produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pengembangan teori produksi Cobb-Dauglas, yaitu persamaan:
Y = A Kα Lβ                                                                                                             (7)
Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi produksi menjadi:
TPp = f (LL, WK, JP, Ppk,  Bnh)                                                                           (8)
Dengan memasukkan seluruh variabel penelitian ini dalam fungsi Cobb-Douglas, menghasilkan fungsi sebagai berikut:
                                                            (9)
Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian ini dilakukan log terhadap variabel-variabel yang digunakan.  Untuk menguji pengaruh antara variabel penjelas (explanatory variable) terhadap produksi padi digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk regresi berganda dengan menggunakan alat bantu program SPSS. Adapun spesifikasi model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dimana:                                            TPp            = Total produksi padi (Kg)
                LL   = Luas lahan (m2)
                WK             = Waktu kerja (jam)
                JP    = Jumlah Pekerja (orang)
                Ppk  = Pupuk (kg)
                Bnh = Benih/bibit (kg)
                α      = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5    = Parameter regresi
                µ      = Faktor pengganggu

HASIL PENELITIAN
Tingkat Produksi Padi
Dari hasil observasi dijumpai rata-rata produksi padi yang dihasilkan oleh petani padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara 2,71 ton per sekali panen. Produksi paling sedikit 900 kg dan produksi paling banyak 5,8 ton. Tingkat produksi ini sangat tergantung dari luas lahan garapan dan juga variabel-variabel pendukung lainnya. Dilihat dari luas lahan garapan rata-rata 1.875,65 meter persegi, yang paling sempit 500 meter dan yang paling luas memiliki areal garapan 5.000 meter persegi.
Selain luas lahan, faktor pendukung tingkat produksi lainnya adalah waktu yang digunakan untuk bekerja di sawah. Hasil observasi dijumpai rata-rata waktu yang digunakan untuk menggarap sawah 243,17 jam per musim panen. Paling sedikit waktu yang digunakan 140 jam per musim panen, sedangkan petani yang paling banyak menggunakan waktu bekerja di sawah mencapai 315 jam per musim panen. Sementara dilihat dari jumlah pekerja yang digunakan dalam proses produksi; rata-rata petani padi sawah menggunakan 8 orang, jumlah pekerja yang paling sedikit 2 orang dan yang paling banyak 25 orang. Banyaknya tenaga kerja yang digunakan sangat tergantung pada luas lahan garapan. Tabel 3 di bawah ini akan menunjukkan komposisi tingkat produksi padi sawah, serta komposisi faktor pendukung dalam proses produksi.


Tabel 3: Rata-rata Tingkat Produksi dan Faktor Pendukung Tingkat Produksi Padi Sawah di Kabupaten Aceh Tenggara
Luas lahan
Waktu kerja
Jumlah pekerja
Pupuk
Bibit/benih
Uraian
Minimum
Maksimum
Mean
Std. Deviasi
Produksi
900,00
500,00
140,00
2,00
8,00
4,00
5.800,00
5.000,00
315,00
25,00
150,00
150,00
2.705,83
1.875,65
243,18
8,48
63,88
56,47
1.275,85
1.029,53
34,02
5,13
29,20
25,72
Sumber: Hasil Penelitian, 2010

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pupuk per sekali musim tanam sebanyak 63,88 kg, paling sedikit penggunaan pupuk sebanyak 8 kg dan paling banyak menggunakan 150 kg. Sedangkan rata-rata penggunaan bibit per sekali tanam sebanyak 56,47 kg. Banyaknya bibit yang diperlukan sebenarnya sangat tergantung dari luas lahan yang akan ditanami.



Hasil Estimasi Model Penelitian
Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan mengadopsi fungsi produksi Cobb-Dauglas. Hasil estimasi sebagaimana disajikan pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4: Hasil Estimasi Model Penelitian
Variabel
Koefisien
Standar error
t-hitung
Sig.
Konstanta
Log LL
Log WK
Log JP
Log Ppk
Log Bnh
0,656
0,805
0,293
0,101
0,037
0,135
0,195
0,065
0,086
0,043
0,063
0,087
3,360
12,448
3,407
2,343
0,592
1,552
0,001
0,000
0,001
0,021
0,555
0,144
Sumber: Hasil Penelitian, 2010

Berdasarkan hasil estimasi yang ditampilkan pada tabel 4 di atas, bila dimasukkan dalam model penelitian, maka hasilnya sebagai berikut:

Keterangan: )*** Signifikan pada α = 0,01.
                        ** Signifikan pada α = 0,05.

Hasil estimasi di atas menunjukkan bahwa; nilai konstanta sebesar 0,656 mempunyai makna bahwa tanpa adanya pertambahan luas lahan, waktu kerja, jumlah pekerja, pupuk, dan benih maka produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 65,6 persen. Koefisien luas lahan sebesar 0,805 yang bermakna bahwa apabila luas lahan bertambah 1 meter persegi, maka produksi padi sawah dapat meningkat 80,5 persen.
Selanjutnya koefisien waktu kerja sebesar 0,293 yang bermakna bahwa dengan penambahan waktu kerja satu jam, akan mampu meningkatkan produksi padi sawah sebesar 29,3 persen. Demikian halnya dengan jumlah pekerja yang mempunyai koefisien sebesar 0,101 yang bermakna bahwa apabila jumlah pekerja ditambah 1 orang, maka akan meningkatkan produksi sebesar 10,1 persen.
Pupuk dan benih mempunyai koefisien yang relatif sangat kecil, dimana untuk variabel pupuk dijumpai koefisien sebesar 0,037 yang berarti bahwa dengan penambahan penggunaan pupuk 1 kg hanya mampu meningkatkan produksi sekitar 0,37 persen. Sementara koefisien benih sebesar 0,135 yang bermakna bahwa penambahan penggunaan benih hanya mampu meningkatkan produksi padi sebesar 13,5 persen.
Dari koefisien masing-masing variabel input produksi ini, maka besarnya elastisitas penggunaan input produksi terhadap tingkat produksi padi petani padi sawah di kabupaten Aceh Tenggara sebesar 2,027. Koefisien elastisitas ini menunjukkan bahwa penggunaan input produksi mempunyai hubungan yang elastis terhadap tingkat produksi padi sawah.



Pembuktian Hipotesis
Sebelum melakukan pembuktian hipotesis sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, terlebih dahulu akan dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) atau uji R2. Sebagaimana hasil estimasi yang dilakukan  dijumpai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2) sebagaimana ditampilkan pada tabel 5 di bawah ini.


Tabel 5: Uji Goodness of Fit Model Penelitian
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
F Change
Sig. F Change
0,858
0,736
0,722
0,11078
50,625
0,000
Sumber: Hasil Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai R-Square sebesar 0,736 yang bermakna bahwa variasi kemampuan variabel bebas (luas lahan, waktu kerja, jumlah pekerja, pupuk, dan variabel benih) menjelaskan variabel terikat (total produksi padi) sebesar 73,6 persen. Sedangkan sisanya sebesar 26,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Uji Parsial
Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara parsial (individu) dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi (sig.) pada hasil estimasi.
Pada jumlah sampel (n) = 115, variabel bebas (k) = 5. Koutsoyiannis, (1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk konstanta. Dengan demikian k = 6, dijumpai Degree of Freedom (DF) = 115 – 6 = 109. Pada DF = 109 dijumpai t-tabel pada pengujian dua  ekor; α = 0,01 sebesar 2,576, dan  pada α = 0,05 sebesar 1,960.
Berdasarkan hasil estimasi yang ditampilkan pada tabel 4 dijumpai nilai t-hitung variabel luas lahan sebesar 12,448 lebih besar dibandingkan 2,576 yang bermakna bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan (pada α = 0,01) terhadap peningkatan produksi padi. Selanjutnya t-hitung variabel waktu kerja sebesar 3,407 lebih besar dibandingkan 2,576 yang bermakna bahwa variabel waktu kerja berpengaruh signifikan (pada α = 0,01) terhadap peningkatan produksi padi. Variabel jumlah pekerja mempunyai t-hitung sebesar 2,343 lebih besar dari t-tabel α=0,05 sebesar 1,960 yang bermakna bahwa variabel jumlah pekerja berpengaruh signifikan (pada α=0,05) terhadap produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara.
Sementara itu t-hitung variabel pupuk sebesar 0,592 jauh lebih kecil dibandingkan nilai t-tabel pada α = 0,05 sebesar 1,960 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pupuk tidak signifikan mempengaruhi produksi padi. Demikian halnya dengan variabel benih yang mempunyai t-hitung sebesar 1,552 lebih kecil dari 1,960 yang menunjukkan bahwa variabel ini juga tidak signifikan mempengaruhi produksi padi.

Uji Simultan
Uji simultan (serempak) dilakukan untuk menguji signifikansi secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya pengujian simultan dilakukan dengan menguji F. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung. Untuk Degree of Freedom pada pengujian F adalah  v1 = (k – 1) = (6 – 1 = 5), dan v2 = (n – k) = (115 – 6 = 109), dijumpai F-tabel; pada α = 0,01 sebesar 3,02.
Berdasarkan hasil estimasi pada model penelitian dijumpai nilai F-hitung sebesar 50,265 > 3,02 yang berarti bahwa variabel luas lahan (LL), waktu kerja (WK), jumlah pekerja (JP), pupuk (Ppk), dan variabel benih (Bnh) secara simultan signifikan mempengaruhi produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara. Hal ini diperkuat dengan nilai sig. sebesar 0,000 yang berada di bawah batas toleransi kesalahan 0,01.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.    Hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan dan variabel waktu kerja berpengaruh positif dan signifikan pada α=1% terhadap produksi padi sawah. Sementara variabel lain yang signifikan α=5% mempengaruhi produksi padi adalah variabel jumlah pekerja. Dilain pihak variabel pupuk dan variabel benih walaupun mempunyai tanda positif namun tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara.
2.    Kesimpulan lain yang dapat diambil dari penelitian ini, bahwa bila dari uji parsial dijumpai dua variabel tidak signifikan. Namun secara serempak (simultan) variabel-variabel eksplanatori yang digunakan berpengaruh sangat signifikan α=1% terhadap tingkat produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara. Dari koefisien masing-masing variabel input produksi ini, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat elastisitas penggunaan input produksi terhadap tingkat produksi padi petani padi sawah di kabupaten Aceh Tenggara sebesar 2,027 (elastis).

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran, sebagai bentuk implementasi dari hasil penelitian ini, diharapkan Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara terutama Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kepada para petani padi sawah dalam rangka meningkatkan produksi. Selain itu perlu dibuat program pengembangan sektor pertanian khususnya padi sawah, termasuk upaya-upaya peningkatan kemampuan, ekstensifikasi lahan, pemberian modal serta penyediaan saluran irigasi.



DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus, 1997.  Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Edisi Keempat, Penerbit Balai Pustaka Fakultas Ekonomi, Yokyakarta.
Arsyad, Lincolin 1996. Ekonomi Manajerial, Edisi Ketiga, Penerbit Balai Pustaka Fakultas Ekonomi Yokyakarta.
Beattie R, Bruce dan Robert C Taylor, 1994, Ekonomi Produksi, UGM PRESS, Yokyakarta

BPS. (2005) Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Tenggara Menurut Lapangan Usaha, Kerjasama BPS dengan BAPPEDA Kabupaten Aceh Tenggara.
______ (2005) Aceh Tenggara Dalam Angka Tahun 2004, BPS Aceh Tenggara, Kutacane.
Djojohadikusumo, Sumitro (1995) Ekonomi Pembangunan, PT Pembangunan, Jakarta.
Ghozali, Imam (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP-Undip, Semarang.
Gujarati, Damodar (1978) Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa, Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Pertama, Penerbit Salemba empat, Jakarta.
Kasryno, Faisal (2000) Sumberdaya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Pedesaan Indonesia, Jurnal FAE, Volume 18 No. 1 dan 2, Desember 2000, hal. 25-51.
Koutsoyiannis (1977) Theory of Econometrics, Second Edition, The Macnillan Press Ltd, London.
Malian, A. Husni dan Siregar, Masdjidin (2000) Peran Pertanian Pinggiran Perkotaan Dalam Penyediaan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Keluarga, Jurnal FAE, Volume 18 No. 1 dan 2, Desember 2000, hal.    65 -76.
Mankiw, N. Gregory (2003) Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES Jakarta
Nicholson, Walter, 1994. Teori Ekonomi Mikro, terjemahan Deliarnov, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nopirin, 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama, Balai Pustaka Fakultas Ekonomi, Yokyakarta.
Pappas, James L dan Hirschey Mark, Alih Bahasa 1995. Ekonomi Manajerial. Edisi Keenam, jilid 1, Binarupa Aksara Indonesia.
Pass dan Lowes (1994) Kamus Lengkap Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Putong Iskandar, (2002). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia
Salvatore, Dominicck, 2001. Managerial Economics, dalam Perekonomian Global, Edisi Keempat, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Samoelson, Paul. A.  1992. Ekonomi, Edisi Kedua belas, Penerbit PT. Gelora Aksara Pratama.
Sobri (1987) Ekonomi Makro, BPFE-UGM, Yogjakarta.
Sudaryanto, Tahlim dan Rusastra, I.  Wayan (2000) Kebijaksanaan dan Perspektif Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dalam Mendukung Otonomi Daerah, Jurnal FAE, Volume 18 No. 1 dan 2, Desember 2000, hal.      52-64.
Sukartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, Sadono (2006) Makroekonomi: Teori Pengantar, Edisi Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sumardi, Muldjanto (1982) Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Prilaku Menyimpang, CV Rajawali, Jakarta.
Susilowati, S. Hery dkk (2002) Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga di Pedesaan Jawa Barat, Jurnal FAE, Volume 20 No. 1, Mei 2002, hal.    85 -109.
Todaro, M.P (1998) Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar